Makassar, IDN Times - "Merdekakan Palestina!" teriak Pawa, vokalis grup musik beraliran hardcore asal Makassar yakni Martil dengan lantang. Di depan panggung, sekitar 20 anak muda larut dalam violent dance. Semuanya saling membenturkan badan, lengan terangkat, kaki ikut melayang. Tapi mereka semua hadir dengan satu tujuan: aksi amal untuk korban konflik di Jalur Gaza.
Itu adalah pemandangan gigs bertajuk Distortion of Resistance : Palestine yang berlangsung pada 13 Juli 2025 lalu di Etika Studio. Bendera Palestina berukuran raksasa membentang dengan gagah sebagai backdrop panggung. Silih berganti sejumlah grup musik Makassar lintas genre tampil menghibur selama 15 hingga 30 menit. Selain Martil turut pula Frontxside, Lycka, Risingroad, Front to Fight hingga Minor Bebas.
Dari kejauhan, seorang lelaki yang mengenakan kaos Wafaq (band hardcore asal Padang) mengamati dengan serius situasi gigs sambil sesekali menghisap rokok. Ia adalah Amri Armadhani Azis, sang inisiator acara. Pria berusia 30-an itu sesekali berlalu lalang sembari menyapa sesama penggerak industri musik yang hadir, baik sebagai penonton atau bahkan penampil. Meski terlihat begitu santai, matanya akan menyala saat berbicara tentang isu penjajahan Palestina.