Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi keanekaragaman hayati hutan di Indonesia. Desain grafis IDN Times.

Makassar, IDN Times - Hutan tropis Sulawesi Selatan menghadapi ancaman serius. Dalam Catatan Akhir Tahun bertema 'Pesan Ekologi; Untuk Gubernur dan Seluruh Kepala Daerah – Pulihkan Sulawesi Selatan', yang digelar di Red Corner Cafe, Senin (3 0/12/2024), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan memaparkan kondisi kritis hutan di wilayah ini.

Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin, menyoroti kawasan hutan yang tersisa, terutama di wilayah utara Sulawesi Selatan, seperti Luwu Timur, Luwu Utara, dan sebagian kecil di Luwu. Namun, kawasan ini pun berada di bawah tekanan besar akibat aktivitas tambang.

"Hutan hujan Sulawesi Selatan yang tersisa tinggal di wilayah utara di Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara, sedikit di Kabupaten Luwu," kata Al Amin.

1. Kehilangan hutan yang mengkhawatirkan

ilustrasi hutan hujan tropis (pexels.com/Molly Champion)

Amin menyatakan hutan hujan tropis yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati dan penyerap karbon, kini terancam hilang. Aktivitas tambang terus mengepung kawasan ini, terutama di sekitar Danau Towuti yang memiliki nilai ekologi yang sangat penting. 

"Sekarang ada 6 konsesi tambang sedang mengepung Danau Towuti yang kami anggap danau esensial bagi kehidupan kami. Danau yang begitu banyak pengetahuan di dalamnya. Danau itu sekarang diancam tambang," katanya.

Data WALHI Sulsel menunjukkan tren kehilangan hutan yang mengkhawatirkan. Pada 2019 tercatat kehilangan hutan mencapai 8.943,90 hektar. Pada 2021, jumlahnya menurun menjadi 4.373,38 hektar. Pada 2023, Pegunungan Tokalekaju mencatat lonjakan kehilangan hingga 10.194,89 hektar.

Pegunungan Tokalekaju sendiri, merupakan sebuah gugusan pegunungan yang membentang di wilayah utara Provinsi Sulawesi Selatan, hingga Sulawesi Barat, Tengah dan Tenggara, yang biasa disebut sebagai jantung Pulau Sulawesi. Dalam penamaan lainnya sering juga disebut sebagai gugusan pegunungan Quarless dan Verbeek, Tokalekaju merupakan bentang alam dengan vegetasi hutan yang memiliki keanekaragaman hayati, mineral dan budaya yang tinggi.

2. Hutan beralih menjadi sumber emisi

Direktur WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Ekspansi tambang di kawasan hutan yang terus meningkat tentu mengancam keberlangsungan ekosistem. Hal ini juga memicu pelepasan karbon yang memperparah krisis iklim.

Hutan Sulawesi Selatan yang selama ini berfungsi sebagai penyerap karbon kini justru menjadi sumber emisi karbon dioksida (CO2). Hal ini disebabkan oleh ekspansi tambang nikel yang semakin meluas di kawasan hutan.

Hutan hujan tropis kini tidak lagi berfungsi sebagai penyerap karbon. Daya serap karbon hutan di Kabupaten Luwu Timur dan Luwu Utara sebenarnya bisa menjadi obat untuk krisis iklim. Tapi fakta yang terjadi, hingga tahun ini, rata-rata lepasan emisi karbon akibat ekspansi nikel di kawasan hutan justru membuat hutan menjadi sumber emisi CO2 yang bisa memperparah krisis ekologi dan krisis iklim.

Fakta menunjukkan bahwa hutan telah berubah dari penyelamat iklim menjadi penyumbang krisis iklim. Aktivitas tambang di kawasan hutan tidak hanya menghancurkan hutan, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekologi yang berdampak luas pada masyarakat.

3. Seruan WALHI untuk Gubernur Sulsel terpilih

Pohon harapan untuk kepala daerah dalam Catatan Akhir Tahun 2024 yang bertajuk 'Pesan Keadilan Ekologi untuk Gubernur dan Seluruh Kepala Daerah di Sulawesi Selatan' yang berlangsung di Red Corner Cafe, Makassar, Senin (30/12/2024). (IDN Times/Asrhawi Muin)

WALHI Sulsel meminta Gubernur Sulawesi Selatan terpilih untuk segera meninjau ulang izin tambang di kawasan hutan. Selain itu, pemerintah diharapkan mengambil langkah tegas untuk melindungi kawasan hutan yang tersisa demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Jika tidak ada tindakan nyata, maka konflik sumber daya alam akan semakin meningkat. Generasi mendatang pun akan kehilangan warisan hutan tropis yang sangat berharga.

"Sekali lagi, Gubernur Sulawesi Selatan kami minta atensi Anda untuk merevisi mereview kembali perizinan di wilayah-wilayah konsesi yang ada di Danau Towuti. Kalau tidak, maka pasti yakin dan percaya konflik sumber daya alam akan terjadi di Luwu Utara, Luwu Timur dan tempat-tempat lainnya," kata Amin.

Editorial Team