Buku-buku basah di perpustakaan SMP 207 Jakarta, Banjir (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)
Minat membaca yang dimiiliki Nabila termasuk tinggi. Dulu, dia bisa menghabiskan buku bacaan yang cukup tebal dalam waktu yang tidak lama. Beberapa tahun belakangan, kata dia, minatnya untuk mencurahkan pikiran dan isi hati lewat tulisan, juga semakin tumbuh.
“Awalnya saya tidak pernah menulis. Saya hanya pembaca garis keras yang suka menghayal, alih-alih belajar menulis,” ujar Nabila yang saat ini terus termotivasi mengasah kemampuan menulisnya. “Saya dua tahun belakang mulai menggeluti dunia tulis menulis. Sekarang, saya adalah peserta ISM (Institut Sastra Makassar) sebuah institusi sastra yang didirikan sejumlah sastrawan Makassar. Salah duanya ialah, Aslan Abidin dan Aan Mansyur,” ucap Nabila.
Pada pertangahan tahun 2018 dia terlibat dalam kegiatan Social Justice Youth Camp (SJYC) yang diadakan oleh Indonesia Social Justice Network (ISJN) bekerja sama dengan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK). Kegiatan bertema outdoor kala itu diselenggarakan di Kabupaten Bulukumba. Salah satu persyaratan untuk mengikuti camp itu adalah menyetorkan satu essai populer bertema isu sosial.
“Itu pertama kali saya menulis panjang,” tuturnya.
Sepulangnya dari Bulukumba, para peserta kembali diminta mengumpulkan tulisan lagi. Tema penulisannya tentang difabel. “Saya menulis, dan satu bulan kemudian saya dikabari bahwa saya, melalui tulisan saya terpilih mewakili SJYC Sulsel untuk mengikuti konferensi dan festival pemuda di Gorontalo,” lanjutnya.
Nabila tak bisa menggambarkan betapa bahagianya mendapatkan kabar tersebut. Di Gorontalo, tulisan yang dia setorkan tadi kemudian kembali diperlombakan dan dipresentasikan. Dari situ, Nabila tampil sebagai juara pertama dari enam perwakilan kabupaten se-Indonesia yang ikut berlomba.
“Tidak ada peserta difabel kecuali saya, dan saya rasa semua teman SJYC saya adalah pemuda-pemudi terpilih dari provinsinya masing-masing. Pulang dari Gorontalo saya mulai gabung di PerDIK, dan rutin menulis di web resmi PerDIK. Nah, dari sanalah saya mulai menulis sampai sekarang,” ungkap Nabila.