Ina Tobani menunjukkan alat-alat pembuat kain kulit kayu yang sudah berusia ratusan tahun. IDN Times/Kristina Natalia
Membuat sepasang pakaian adat Kulawi dari kain kulit kayu, bukan perkara mudah kata Tobani. Semua prosesnya dikerjakan secara manual sesuai tradisi.
Bahan untuk membuat kain kulit kayu berasal dari kulit pohon beringin. Sepasang pakaian adat membutuhkan kurang lebih 20 batang ranting berukuran 1,5 meter. Menurut Tobani, beringin cocok jadi bahan kain karena seratnya yang lebih kuat.
Pohon beringin memiliki berbagai macam jenis, kata Tobani. Puluhan beringin yang tumbuh di hutan Desa Mataue, sebenarnya memudahkan kaum perempuan Kulawi membuat kain kulit kayu.
“Ratusan tahun sudah usianya pohon beringin yang hidup sendiri di kebun kami. Nah yang kami pakai buat baju itu rantingnya. Kulit kayu yang bisa dibuatkan kain itu bisa yang masih usia bulan,” terangnya.
Dia menuturkan cara membuat kain kulit kayu. Pertama-tama, lembaran kulit kayu dibersihkan lalu bagian yang keras dikupas. Sementara kulit yang memiliki pola berserat diambil lalu direbus dalam belanga tanah selama satu jam.
“Kulit kayu itu kemudian diinjak dan disatukan menjadi dua ikat. Setelah itu diperam atau direndam dalam air selama empat hari,” tutur Tobani.
Jika kulit kayu sudah terlihat lebih halus, maka proses pembuatan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu memukul-mukul atau menempa kulit kayu hingga halus menggunakan alat yang disebut pola. Alat ini terbuat dari pohon enau.
Kemudian, kulit kayu kembali ditempa menggunakan alat bernama Ike Tinahi. Selanjutnya, kulit kayu ditempa lagi dengan alat bernama Ike Tiva. Nah alat terakhir inilah yang akan menjadikan kulit kayu semakin halus.
Setelah serangkaian proses menempa kulit kayu, Tobani memakai alat yang disebutnya Ike Pogea untuk membentuk kulit kayu menjadi tipis merata dengan sempurna. Tahap berikutnya adalah menyambung ujung kulit-kulit kayu memakai alat Ike Popapu.
“Berlapis-lapis sampai jadi rok dan kain kulit kayu ini tanpa jahitan,” sebut Tobani.
Ibu dari 10 anak ini mengerjakan seluruh proses pembuatan kain kulit kayu seorang diri. Setelah membentuk rok, Tobani lanjut menjemur kain sebelum dihaluskan lagi dengan alat Porondo.
Tahap terakhir, kata Tobani yaitu proses pengawetan. Kain diawetkan menggunakan buah Ula yang telah ditumbuk lalu dicampur air. Ampas buah Ula dibuang dan airnya digunakan untuk merendam kain hingga menjadi lebih keras dan berbentuk sempurna.
“Buah Ula hanya ada di Kulawi ini dan saya tanam di kebunku. Buah ini sejak dulu dipakai orang tua kami sebagai pewarna sekaligus pengawet baju,” jelasnya.
Proses pengerjaan sepasang baju adat kain kulit kayu akan memakan paling cepat satu bulan. Mulai dari pengambilan kayu hingga menjadikan sepasang baju siap pakai.