Gorontalo, IDN Times - Pada 11 juni 2020, sebagian besar wilayah Provinsi Gorontalo diguyur hujan dengan intensitas cukup tinggi. Akibatnya sejumlah wilayah di Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo diterjang banjir luapan Sungai Bone.
Tak sampai satu bulan, tepatnya pada 3 juli 2020, hujan dengan intesitas tinggi kembali terjadi. Banjir pun kembali melanda wilayah Gorontalo. Kali ini banjir tidak hanya terjadi di Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo saja, namun juga di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gorontalo, banjir pertama berdampak kepada 23.950 Jiwa. Sementara pada banjir kedua di tiga kabupaten dan satu kota menyebabkan 31.679 jiwa terdampak.
Sementara itu, menurut kajian Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) Gorontalo, dijelaskan bahwa pokok persoalan banjir tahunan tersebut karena laju kerusakan hutan atau deforestasi kawasan hutan. Sehingga hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan meluapnya Sungai Bone dan beberapa sungai lainnya. Bahkan menyebabkan kerusakan pada hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
"Kesimpulan itu kami dapat setelah melakukan survei langsung ke sungai-sungai besar yang memiliki sumbangsih besar terhadap terjadinya bencana saat intensitas hujan tinggi," kata Jalipati Tuheteru, selaku Bidang Riset dan Database Japesda Gorontalo kepada IDN Times di Gorontalo, Kamis (9/7/2020).