Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kekerasan seksual (unsplash.com/ivalex)
ilustrasi kekerasan seksual (unsplash.com/ivalex)

Intinya sih...

  • Masyarakat mulai berani laporkan kasus kekerasan seksual

  • Diibaratkan seperti fenomena gunung es

  • Kekerasan seksual anak paling rentan terjadi di SD-SMP

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Makassar menunjukkan tren peningkatan sepanjang tahun 2025. Dari Januari hingga Oktober, UPT PPA Makassar mencatat 536 kasus kekerasan, termasuk 201 kasus kekerasan seksual.

Angka ini naik dibandingkan tahun 2024. Saat itu, UPT PPA Makassar mencatat 179 kasus kekerasan seksual dari total 520 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Kalau bicara komparasi datanya dengan tahun lalu, memang ada tren peningkatan kasus," kata Plt Kepala UPT PPA Makassar, Musmualim, kepada IDN Times, Rabu (8/10/2025).

1. Masyarakat mulai berani laporkan kasus kekerasan seksual

ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Aditya Pratama)

Musmualim menjelaskan bahwa peningkatan laporan tidak sepenuhnya disebabkan jumlah kejadian yang lebih banyak. Menurutnya, masyarakat kini lebih sadar dan berani melaporkan kasus kekerasan, termasuk kekerasan seksual.

"Masyarakat sudah mulai sadar ketika ada keluarga, teman, atau sahabat yang terkena kasus kekerasan, mereka sudah berani melapor, mereka sudah berani bicara," kata Musmualim.

2. Diibaratkan seperti fenomena gunung es

Ilustrasi kekerasan seksual (IDN times/Aditya Pratama)

Menurut Musmualim, pos pengaduan yang tersedia secara online maupun offline mempermudah masyarakat menyampaikan laporan. Selain itu, sosialisasi yang digelar UPT PPA ikut mendorong masyarakat melaporkan kasus kekerasan lebih cepat.

Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, diibaratkan seperti gunung es yakni sebagian besar tidak terlihat di permukaan karena banyak korban takut atau malu melapor. Akibatnya, hanya sebagian kecil yang terungkap, sedangkan kasus tersembunyi jauh lebih banyak di bawah permukaan.

"Karena itu, kita edukasi masyarakat supaya berani berbicara dan melaporkan, supaya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak bisa ditangani lebih cepat," katanya.

3. Kekerasan seksual anak paling rentan terjadi di SD-SMP

Ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Aditya Pratama)

Musmualim juga menjelaskan kekerasan seksual terhadap anak paling rentan terjadi pada rentang usia SD hingga SMP. Beberapa wilayah di Makassar, termasuk Kecamatan Tamalate dan Panakkukang, tercatat sebagai daerah yang rawan.

Upaya preventif pun terus digalakkan melalui edukasi di satuan pendidikan yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan. Selain itu, pengaktifan Satgas PPKS bertujuan agar kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat ditangani sejak dini.

"Kita dorong juga supaya dioptimalkan Satgas PPKS di wilayah ini, satuan pendidikan, karena itu memang salah satu amanah undang-undang. Itu juga menjadi penting," kata Musmualim.

Editorial Team