Ilustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)
Akademisi psikolog UNM lainnya, Basri Tetteng, turut menyampaikan rasa prihatin atas kasus bunuh diri yang memilukan itu. Menurutnya, motif kasus tersebut perlu didalami lebih lanjut.
Dia menyebut bahwa kasus bunuh diri dengan cara terjun dari ketinggian bukan hal pertama yang terjadi di lingkungan masyarakat. Ada banyak peristiwa serupa yang kerap terjadi bahkan datanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan penyebab yang beragam.
"Menurut data WHO 2006, sedikitnya 30.000 orang Indonesia bunuh diri tiap tahunnya. Artinya, kurang lebih 82 orang Indonesia bunuh diri per harinya," kata Basri.
Menurut Basri, banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi dewasa ini menjadi gambaran kian merosotnya kesehatan mental masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peran dari berbagai pihak untuk menangani persoalan tersebut.
Dia menyebut ada berbagai faktor penyebab orang sampai nekat bunuh diri. Di antaranya, faktor gangguan mood (suasana hati) seperti adanya stress yang tinggi, frustrasi, dan depresi akut.
"Saya menduga mungkin faktor ini yang terjadi pada diri pelajar tersebut. Stres dan depresi akut atau berat disertai rasa frustrasi terhadap keadaaan yang di alaminya, sehingga membuatnya tidak memiliki pilihan lain kecuali mengakhiri hidupnya sebagai cara membebaskan diri dari keadaan stres, frustrasi, dan depresi," kata Basri.