Kampung Sayur Kanreapia Semakin Berdaya Berkat Pasar Tani

Gowa, IDN Times – Kanreapia merupakan sebuah desa subur di kaki Gunung Bawakaraeng. Berada di ketinggian dua ribu meter di atas permukaan laut, kawasan berbukit, dingin, dan berkabut itu dikenal sebagai penghasil berbagai macam sayur-sayuran.
Kanreapia terletak di Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 74 kilometer dari ibukota kabupaten, Sungguminasa. Sejauh mata memandang terhampar lahan perkebunan sayur seperti kol dan sawi. Desa ini tak mengenal musim tanam, sebab berton-ton hasil pertanian dipanen setiap hari.
Selama ini Kanreapia dikenal sebagai kampung sayur, sebab lahan perkebunan di sana memang fokus pada produk sayur-sayuran. Setidaknya ada delapan sayur yang jadi produk pertanian andalan Kanreapia. Dari kol, kentang, tomat, sawi, wortel, labu siam, daun bawang, hingga seledri.
Kanreapia dan desa-desa sekitarnya bisa menghasilkan hingga 20 ton sayuran per hari. Namun, dulunya, petani Cuma menyuplai hasil panen untuk dijual di pasar-pasar, baik di Gowa maupun daerah tetangga, seperti Makassar. Karena tergantung permintaan dari pasar, belum tentu semua sayuran laku terjual.
“Kami melihat persoalannya adalah petani sangat mahir melakukan budidaya, tapi lemah di pemasaran. Makanya mereka tetap mengalami kerugian,” kata Jamaluddin Daeng Abu, tokoh pemuda Kanreapia, saat berbincang dengan IDN Times, Kamis (29/12/2022).
Jamal, putra daerah kelahiran 1998 adalah inisiator Pasar Tani. Sebuah program dari Komunitas Rumah Koran yang mewadahi pemasaran hasil panen perkebunan sayur di Kanreapia. Berjalan efektif sejak tahun 2021, Pasar Tani -disingkat Patani- bergerak dalam urusan promosi dan penjualan produk sayuran segar dari petani langsung kepada masyarakat atau konsumen.
Patani mengedepankan pemasaran daring atau online, meski juga tetap ada penjualan secara offline. Medianya melalui layanan WhatsApp, marketplace Facebook, Instagram, hingga website. Secara sederhana, sistemnya adalah konsumen memesan sayur dari rumah melalui gawai. Setelah menerima pesanan, Patani mengambil sayuran dari kebun, mengemasnya rapi, lalu mengantar ke lokasi tujuan.
“Kita ingin pemasaran itu lebih modern sehingga pasarnya lebih luas. Ini cara kita agar produksi dan pasar bisa ter-cover secara keseluruhan. Jadi, produksi petani banyak, tapi juga bisa dipasarkan secara maksimal,” ucap Jamal.
Pasar Tani salah satu inovasi sederhana yang dijalankan Jamal sebagai penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Kanreapia. Didukung oleh Astra, KBA menjadi model pengembangan masyarakat berbasis komunitas. Program ini dengan menggabungkan inisiatif empat pilar kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirahusahaan.
Sebelumnya Jamal dikenal sebagai penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia untuk kategori pendidikan pada tahun 2017. Dia mendorong pendidikan literasi untuk mencerdaskan anak-anak dan petani di kampungnya melalui komunitas Rumah Koran.
Upaya bangkit di tengah pandemi
Ide membuat Pasar Tani tercetus di tengah situasi pandemi COVID-19. Saat itu semua pergerakan masyarakat dibatasi lewat PPKM dan PSBB, dan orang-orang diimbau beraktivitas di rumah. Jamal paham bahwa, berkurangnya interaksi fisik berarti peluang bagi penjualan dengan sistem online.
“Ini kesempatan kita karena pasar ada di mana saja. Bagaimana agar masyarakat cukup di rumah, kami antarkan sayur ke tempat mereka. Cukup melakuan pemesanan di HP,” ucap Jamal mengenang.
Saat ini, kata Jamal, aktivitas Pasar Tani masih lebih dominan di marketplace Facebook. Menurutnya, di media itu interaksi dengan konsumen lebih mudah. Selama ini, konsumennya rata-rata ibu rumah tangga. Selain untuk kebutuhan harian, pembelian sayuran via online biasanya untuk kepentingan acara seperti arisan.
Jamal mengungkapkan keunggulan pembelian sayur via Patani. Yang pertama, fresh, karena sayuran diambil langsung dari tangan petani. Lalu pembeli bisa membeli partai besar. Pihaknya juga menyediakan gratis ongkos kirim di wilayah lokal Gowa dan Makassar dengan minimal pemesanan 20 kilogram.
“Jadi kita punya sistem distribusi yang bersambung. Dari kampung, kita bawa sayuran ke semacam toko tani di kota. Disortir di situ. Tapi masih semacam rumahan. Mudah-mudahan ke depan bisa berkembang lagi,” katanya.
Setahun lebih berjalan, Pasar Tani lebih banyak menjangkau target pasar Makassar sebagai kota metropolitan terdekat. Namun sesekali mereka juga menerima pesanan dari luar kota, seperti Morowali di Sulawesi Tengah, Baubau (Sulawesi Tenggara), Samarinda (Kalimantan Timur), hingga kota-kota di Papua.
Petani sudah tidak waswas sayuran tidak laku
Inovasi sederhana seperti Pasar Tani nyatanya berdampak besar kepada petani sayuran di Kanreapia. Jamal mengatakan, sesuai harapan, penjualan via online bisa memperluas jangkauan pasar produk sayuran. Tidak terbatas pada distribusi di pasar-pasar tradisional yang selama ini berjalan.
Meluasnya pasar, menurut Jamal, membuat petani lebih lega. Sayuran yang mereka tanam relatif aman karena ada penjualan kian lancar. Kemungkinan sayur membusuk dan dibuang semakin kecil. Secara langsung berpengaruh terhadap perekonomian petani.
“Secara pendapatan dan produksi mungkin masih sama. Yang membedakan, mereka tidak lagi waswas sayuran tidak laku, karena sudah ada media penyalurannya. Mereka tidak lagi selalu merugi,” ujar Jamal.
Pasar Tani menghimpun sepuluh kelompok binaan. Satu kelompok beranggotakan 25 orang petani. Artinya, sejauh ini ada 250 petani di Kanreapia yang resmi menyalurkan sayurannya lewat pasar online tersebut. Namun diperkirakan jumlah petani di luar itu, termasuk di desa-desa sekitar, masih lebih banyak.
Jamal belum berani menaksir perbedaan pendapatan para petani sebelum dan sesudah menjual produknya via Pasar Tani. Menurutnya, itu baru bisa terbaca beberapa tahun ke depan saat penjualan via online semakin besar. “Sekarang, istilahnya, kita baru menemukan jalannya. Tinggal dimaksimalkan lagi ke depan.”
Pendapatan dunia dapat, tabungan akhirat juga
Program Pasar Tani di KBA Kanreapia tidak berjalan sendiri. Komunitas Rumah Koran memadukan gerakan kewirausahaan dengan semangat berbagi lewat program sedekah sayur.
Secara rutin, para petani yang tergabung dalam Pasar Tani menyisihkan hasil panennya untuk disumbangkan. Sayuran dibagikan ke panti-panti asuhan, pesantren, atau kawasan terdampak bencana.
Jamal mengatakan, sejak aktif sekitar tahun 2020, para petani sudah membagikan seratus ton sayur. Ada lebih 100 panti asuhan yang jadi lokasi berbagi, tersebar di empat daerah, yakni Makassar, Gowa, Takalar, dan Maros. Setiap panti asuhan rata-rata mendapatkan bantuan dua kali atau lebih.
Tujuan gerakan ini adalah menumbuhkan semangat petani dermawan. Petani berinisiatif menyisihkan sebagian dari hasil panen untuk disumbangkan bagi orang yang membutuhkan. Misalnya, dari produksi 100 kg sayuran, dipisahkan 10 kg untuk program sedekah sayur.
“Bicara pasar, mereka dapat keuntungan dari situ. Tapi di sisi lain ada nilai lebih yang didapatkan petani, Jadi ada pendapatan dunia, ada juga tabungan akhirat,” kata Jamal.
Menurut Jamal, gerakan sedekah sayur bisa bermanfaat positif jika dilihat dari berbagai sisi. Di samping bernilai pahala, menurut dia, aktivitas itu juga secara tidak langsung membantu aktivitas pemasaran sayuran petani.
“Bicara promosi, informasi soal berbagi sayuran itu bisa menyebar di masyarakat, dari mulut ke mulut. Maka semakin banyak orang tahu bahwa kampung Kanreapia itu kampung sayur.”