Puguh Herumawan. IDN Times/Asrhawi Muin
Pada 2016, Heru mendirikan komunitas Rumah Dongeng untuk mewadahi bakat-bakat mendongeng anak-anak. Dia ingin anak-anak lain yang memilik bakat serupa dengan putrinya juga bisa mendongeng sampai ke tingkat nasional.
Namun dalam perkembangannya, komunitas Rumah Dongeng tak hanya diminati anak SD, guru-guru pun juga tertarik dengan metode mendongeng ini.
Bagi Heru, ini adalah angin segar mengingat budaya bertutur yang mulai luntur di sekolah-sekolah bahkan di rumah. Karena itulah komunitas yang didirikannya diberi nama Rumah Dongeng.
"Rumah Dongeng adalah supaya kebiasaan mendongeng itu kita mulai dari rumah. Dari orang tua dulu, dari ibu atau ayah yang bercerita kepada anaknya karena itu sudah lama terkikis di Makassar," katanya.
Heru tak menampik bahwa tradisi mendongeng mulai dilupakan sebagian masyarakat. Padahal dongeng sarat akan makna kehidupan. Sebut saja dongeng Bawang Merah Bawang Putih yang mengajarkan bahwa kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan.
Heru memandang fenomena di Makassar di mana sebagian masyarakatnya tak tahu lagi cerita-cerita rakyat populer. Mereka tidak tahu bahwa di Sulawesi Selatan ada cerita rakyat populer seperti Nene Pakande yang berasal dari Soppeng atau cerita Putri Tadamapalik dari Tanah Luwu.
"Kadang saya prihatin juga dengan kondisi ini. Kalau di Jawa, tradisi berturtur tetap ada dengan wayang kulit. Di Sulsel itu tidak ada sama sekali. Ada tapi sudah hilang, namanya makkelong, yaitu menidurkan anak dengan bernyanyi dan itu ada syairnya," katanya.
Heru pun akhirnya resign dari pekerjaannya dan beralih menjadi pendongeng profesional. Sebelum beralih profesi, Heru juga sempat gamang jikalau ternyata profesi ini tidak menjanjikan.
Dia khawatir profesi mendongeng tak dianggap seperti profesi pada umumnya. Apalagi di Makassar, mendongeng hanya dianggap sebagai pekerjaan sosial.
Namun setelah melihat perkembangan dongeng di Jakarta, maka dia pun yakin dengan pilihannya. Melalui komunitas Rumah Dongeng, Heru membuat paket-paket pelatihan yang ditawarkan ke sekolah-sekolah.
"Kita bikinkan paket pelatihan 6 jam sekian harganya, mereka beli tiket jadi saya kelola seperti itu. Akhirnya berkembanglah ini Rumah Dongeng, menciptakan beberapa pendongeng," katanya.
Rumah Dongeng pun berkolaborasi bersama pemerintah. Di antaranya Dinas Perpustakaan melalui program Dongeng Keliling (Dongkel), serta Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan cara mengedulo anak-anak tentang bahaya narkoba melalui cerita.
"Itu awal mula terbentuknya Rumah Dongeng yang sekarang sudah menjadi yayasan. Jadi sekarang namanya Yayasan Rumah Dongeng Nusantara," kata Heru.