Jalan Panjang Mas Indro, Penjual Bakso Gerobak di Gowa sejak 1986

Makassar, IDN Times - Bukan hal baru lagi kalau pandemik COVID-19 telah membuat sektor ekonomi merosot. Tak sedikit pelaku usaha yang harus mengalami penurunan pendapatan bahkan sampai ada yang gulung tikar.
Akan tetapi, masih ada juga usaha-usaha kecil yang tetap bertahan kala pandemik COVID-19, salah satunya adalah usaha bakso kaki lima milik laki-laki bernama Mas Indro (56).
Pria asal Jawa Tengah ini merupakan perantau yang kini tinggal di Kabupaten Gowa. Sehari-hari, dia berjualan dengan mendorong gerobaknya di Jalan Poros Malino. Namun dia kerap mangkal di sekitar Kampus Teknik Unhas.
"Saya datang ke Gowa tahun 1986 bulan tiga (Maret). Waktu itu masih umur 22 tahun. Saya merantau ke sini karena di Jawa susah cari uang," ujar Mas Indro kepada IDN Times, Senin (23/8/2021).
1. Pernah dirampok

Mas Indro bercerita, dulu dia datang sendirian ke Gowa tanpa ditemani kedua orangtuanya. Saat itu, dia memang hanya berpikir untuk berjualan bakso yang waktu itu belum banyak pesaing.
Sejak berjualan bakso sejak dulu hingga kini, dia mengaku banyak suka dukanya. Tak jarang dia mendapat perlakuan kurang menyenangkan karena daerah tempatnya mangkal dulunya tidak aman.
"Di sini dulu daerahnya rawan, banyak rampok, banyak pencuri. Dulu saya sering diganggu, bahkan pernah dirampok tahun 1994. Kalau sekarang aman," katanya.
2. Tak mudik selama pandemik

Di Gowa, Mas Indro tinggal bersama istri dan tiga anaknya yang semuanya laki-laki. Meski begitu, dia selalu menyempatkan mudik ke kampung halaman setidaknya sekali dalam 2 tahun.
Namun sayangnya, COVID-19 mengubah segalanya. Selama masa pandemik ini, Mas Indro belum pernah pulang ke kampung halaman. Alasannya karena keterbatasan biaya yang lengkap dengan sejumlah aturan.
"Selama pandemik belum pernah mudik. Ini susah. Naik pesawat bayar PCR. Kalau orang miskin pikir-pikir karena PCR mahal," katanya.
3. Pendapatan menurun selama pandemik

Di masa pandemik ini, Mas Indro merasakan betul bagaimana situasi ini memukul usahanya. Pendapatannya menurun 50 persen lantaran kurangnya pembeli.
"Menurun. Pembeli kurang jadi kurang pendapatan. Dulu dapat 1 juta per hari, sekarang 500," katanya.
Belum lagi, pedagang bakso kaki lima juga kian hari kian menjamur. Hal itu membuatnya mendapatkan banyak saingan. Namun dia tak patah semangat.
"Kalau di sini sudah banyak saingan. Lebih banyak penjual dari pada pembeli. Yang penting rasa dijaga. Kalau orang Jawa yang penting enak," katanya.