Hampir Memasuki Musim Kemarau, Sulut Diminta Waspada Dampak El Nino

Manado, IDNTimes – Provinsi Sulawesi Utara bersiap memasuki musim kemarau. Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Minahasa Utara, Muhammad Candra Buana, mengatakan baru ada satu daerah yang sudah memasuki musim kemarau, yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut).
“Dan di wilayah lain di dasarian satu ini curah hujannya sudah mulai turun, tapi perkiraan kami di minggu ketiga bulan Juni baru akan memasuki musim kemarau,” teran Candra, Selasa (13/6/2023).
Untuk saat ini, suhu muka laut masih dalam kondisi netral. Hal tersebut memungkinkan adanya hujan di tengah musim kemarau.
1.Musim kemarau lebih kering memasuki semester kedua

Setelah mengalami fenomena La Nina selama 3 tahun berturut-turut, Indonesia diprediksi turut menghadapi fenomena El Nino di tahun 2023. Candra mengatakan, memasuki semester 2 tahun 2023, 50-60 persen akan terjadi fenomena El Nino yang membuat musim kemarau di seluruh dunia termasuk Sulut lebih kering dibanding 3 tahun belakangan.
El Nino tersebut diperkirakan berada pada posisi lemah hingga moderat. Masyarakat pun diminta waspada terkait adanya potensi kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan.
“Kalau mau dilihat ke bekalakang, kondisi tahun ini diperkirakan sama dengan kondisi tahun 2009,” ucap Candra.
2.Masyarakat diminta menampung air hujan

Candra mengungkapkan bahwa potensi karhutla tetap ada di Sulut. Namun, kebanyakan penyebabnya adalah kekeringan yang disertai dengan pembakaran sampah oleh warga.
Untuk mengatasinya, masyarakat diminta lebih bijak dalam beraktivitas. Untuk menghindari kekeringan, masyarakat juga diminta menggunakan air seperlunya.
“Karena masih ada kemungkinan hujan sampai awal semester 2, masyarakat disarankan menampung air hujan supaya bisa digunakan lebih baik waktu musim kemarau,” tutur Candra.
3.Sulut perlu antisipasi kelangkaan beras

Selain berdampak kepada kebutuhan air bersih, kekeringan juga bisa berdampak terhadap ketersediaan bahan pangan, termasuk beras. Deputi Kepala Perwakilan Divisi Perumusan dan Implementasi Kekda BI Sulut, Fernando Butarbutar, mengatakan bahwa selama ini Sulut belum pernah mengalami kekeringan.
Meski begitu, kelangkaan beras dan komoditas pangan lainnya tetap perlu diwaspadai karena komoditas pangan Sulut banyak yang berasal dari luar daerah. Misalnya saja kebutuhan beras Sulut diambil dari pasokan lokal yang ada di Bolaang Mongondow Raya (BMR) dan Kabupaten Minahasa. Namun, sebagian juga diambil dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Bahkan, perubahan cuaca saat ini dilaporkan sudah menyebabkan gagal panen di beberapa wilayah. “Kita harus mengambil langkah-langkah strategis menjelang musim kemarau. Jika tidak diantisipasi akan mendorong inflasi,” kata Butarbutar.