Salah satu SPPG di Makassar mengajak guru dan orang tua murid mencicipi menu program MBG. (DOK. Istimewa)
Dalam operasionalnya, setiap porsi MBG bernilai sekitar Rp8.000, terdiri dari nasi, lauk berupa ayam atau telur, sayur, buah, dan susu. Sebelum didistribusikan ke sekolah, guru dan orang tua turut mencicipi menu yang sama untuk memastikan kualitas rasa dan kebersihannya.
Kepala SPPG, Hairul Qalam Hakim, menjelaskan alasan pihaknya mengundang langsung guru dan kepala sekolah untuk meninjau proses produksi.
“Alasan kami itu mengundang mereka, sebagai wujud bahwa SPPG kami itu sedang melakukan perebutan penerima manfaat antar sesama SPPG. Jadi ada biasa istilahnya yayasan nakal, yang melakukan penandatangan kerja sama antar sekolah. Padahal dapurnya itu belum jalan, belum ada Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia atau (SPPI)-nya.
Tujuannya kami panggil guru-guru dan kepala sekolah, untuk meyakinkan kepada siswanya bahwa program ini sudah sesuai SOP atau standar yang diberikan oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Untuk kelengkapan, sedang dalam kepengerusuan, karena kami belum melakukan operasional, lagi dalam pengajuan,” ujar Hairul.
Pihak SPPG menyebutkan bahwa sertifikat kelayakan dapur MBG saat ini masih dalam proses pengurusan. Meski begitu, kegiatan dapur tetap berjalan sesuai standar dan terus diawasi agar kualitas makanan yang disalurkan tetap terjaga.
SPPG memastikan, transparansi akan terus dijaga dengan melibatkan guru dan orang tua dalam setiap tahap kegiatan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Makassar, agar seluruh penerima manfaat merasa aman dan percaya pada kualitas makanan yang diberikan.