Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Legislator DPR RI asal Sulbar Suhardi Duka. dpr.go.id
Gubernur Sulawesi Barat Suhardi Duka. (Dok. dpr.go.id)

Makassar, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat mewajibkan siswa SMA/SMK dan sederajat membaca minimal 20 judul buku selama masa studi. Kewajiban itu jadi bagian pembinaan literasi sekaligus syarat kelulusan.

Kewajiban itu tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Sulbar bernomor 000.4.14.1/174//11/2025, tertanggal 5 Juli 2025, seiring pencanganan Gerakan Peningkatan Literasi Masyarakat guna meningkatkan indeks literasi di daerah.

"Saya mewajibkan membaca buku minimal 20 judul selama masa SMA/SMK. Dan itu sebenarnya masa awal, bisa sampai 60 judul. Jangan kaget, mulai dari (judul) yang tidak terlalu berat," kata Gubernur Sulbar Suhardi Duka dalam keterangannya yang dikutip, Selasa (15/7/2025).

1. Upaya meningkatkan budaya membaca

ilustrasi siswa sekolah menengah atas(unsplash.co/Ed Us)

Surat edaran Gubernur Sulbar ditujukan kepada kepala daerah, perangkat daerah, dan instansi vertikal se-Sulawesi Barat. Dalam surat itu, Guebrnur menekankan pentingnya pengembangan budaya membaca sebagai bagian dari pembangunan kecerdasan bangsa, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Salah satu poin utama dari instruksi tersebut adalah kewajiban bagi siswa SMA/SMK sederajat untuk membaca minimal 20 judul buku selama masa studi mereka sebagai bagian dari pembinaan literasi sekaligus syarat kelulusan.

"Orang tua juga terlibat, karena pendidikan itu lebih banyak di rumah. Dan pendidikan awal itu adalah orang tua," ucap Gubernur.

2. Andi Depu dan Baharuddin Lopa jadi bacaan wajib

Kolase foto dua tokoh pengusul pembentukan Provinsi Mandar pada 1961, Andi Depu dan Baharuddin Lopa. (Dok. Istimewa)

Selain mewajibkan membaca 20 judul buku, Gubernur Sulbar mewajibkan bacaan dengan judul tentang Andi Depu dan Baharuddin Lopa. Mereka merupakan dua tokoh asal Sulawesi Barat yang telah mengukir sejarah penting bagi bangsa.

Andi Depu adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ia dikenal sebagai pejuang perempuan tangguh yang memimpin perlawanan rakyat Mandar melawan penjajah Belanda pada masa penjajahan. Lahir pada 1907, Andi Depu juga merupakan Raja perempuan pertama di Kerajaan Balanipa dan memainkan peran penting dalam pergerakan kemerdekaan di wilayah Sulawesi. Kepemimpinannya yang berani dan kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan menjadikan namanya dikenang sebagai simbol keberanian perempuan Mandar.

Baharuddin Lopa adalah tokoh hukum nasional yang juga berasal dari Sulawesi Barat, tepatnya dari Polewali Mandar. Ia dikenal sebagai jaksa agung yang jujur, tegas, dan berani dalam memberantas korupsi di Indonesia. Kariernya di bidang hukum sangat cemerlang, mulai dari menjadi jaksa, guru besar, hingga menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung RI. Integritas dan ketegasannya membuatnya dihormati luas oleh masyarakat, bahkan setelah wafatnya pada tahun 2001. Baharuddin Lopa dikenang sebagai sosok penegak hukum yang tidak bisa dibeli dan menjadi teladan dalam pemberantasan korupsi.

"Kita masukkan Andi Depu dan Baharuddin Lopa sebagai judul wajib, untuk bagaimana anak-anak kita bisa mengambil keteladan beliau dan menyemangati," kata Gubernur Suhardi Duka.

3. Indeks literasi di Sulbar tergolong rendah

ilustrasi membaca buku (pexels.com/kaboompics.com)

Gubernur Sulbar menyadari bahwa tingkat literasi masyarakat di daerahnya masih tertinggal dibandingkan wilayah lain di Sulawesi, atau bahkan secara nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) di Sulbar pada tahun 2024 adalah 63,65. Nilai itu menempatkan Sulawesi Barat di posisi yang perlu ditingkatkan dalam hal literasi masyarakat.

IPLM adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat literasi masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk kemampuan dasar literasi (membaca, menulis, berhitung), keterlibatan dalam kegiatan literasi, dan ketersediaan serta pemerataan layanan perpustakaan. 

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat literasi di suatu wilayah, antara lain: minat baca masyarakat, kualitas pendidikan, akses dan ketersediaan sumber belajar, dan peran aktif berbagai pihak.

Editorial Team