Makassar, IDN Times - Perjanjian Bongaya yang diteken oleh Kesultanan Gowa-Tallo dan pihak VOC pada 18 November 1667, di tengah kecamuk Perang Makassar (1666-1669), memang melucuti supremasi wilayah yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin tersebut. Seperti diperkirakan Laksamana Cornelis Speelman, sejumlah bangsawan yang menolak 30 butir kesepakatan memilih hengkang ketimbang tunduk pada Kompeni.
"Mereka bertolak dalam rombongan kapal bak Suku Viking demi mencari kehormatan, kekayaan, dan rumah baru. Mereka kemudian sukses menjadi pemain penting dalam urusan dalam negeri Lombok, Sumbawa, Kalimantan, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya dan bahkan Siam," tulis mendiang Merle Calvin Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia since c.1200 (Palgrave, 2001).
Ini tak lepas dari budaya siri' (memegang teguh harga diri) di masyarakat Bugis-Makassar. Para figur berpengaruh Gowa-Tallo berpencar ke berbagai tempat, salah satunya Pulau Jawa dan memimpin perlawanan rakyat melawan VOC.