Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251026_122204.jpg
Gala Premiere film Badik digelar di Studio XXI Trans Studio Mall Makassar, Sabtu (25/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Intinya sih...

  • Produksi film Badik sempat tertunda pandemik COVID-19

  • Perpaduan aksi dan nilai budaya Bugis-Makassar

  • Ryan Hidayat belajar bela diri dari nol demi peran di Film Badik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Kearifan lokal Bugis-Makassar kembali diangkat ke layar bioskop lewat film berjudul Badik. Karya besutan sutradara Dicky R. Maland ini diproduksi oleh Indora Global Film bekerja sama dengan Pandawa Lima Production, dan akan tayang serentak di seluruh bioskop tanah air mulai 30 Oktober 2025.

Film Badik menyoroti filosofi senjata tradisional khas Bugis-Makassar yang sarat makna dan sejarah. Bukan sekadar alat pertahanan diri, badik menjadi simbol kehormatan, identitas, dan nilai Siri' na Pacce yang hidup dalam jiwa masyarakat Sulawesi Selatan.

Executive Producer Badik, Ira Kusmira A. Muin, menuturkan film ini lahir dari semangat untuk menghadirkan karya yang bermakna. Bagi dirinya, Badik bukan sekadar tontonan hiburan, melainkan medium untuk menegaskan identitas dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.

"Film ini berbicara tentang identitas dan budaya Bugis-Makassar. Jangan sampai budaya ini diklaim oleh orang luar yang bukan orang Makassar. Kita harus mempertahankan budaya dan identitas, bahwa badik ini patut dipertahankan," kata Ira. 

1. Produksi film Badik  sempat tertunda pandemik COVID-19

Executive Producer Badik, Ira Kusmira A. Muin, diwawancarai usai Gala Premiere film Badik digelar di Studio XXI Trans Studio Mall Makassar, Sabtu (25/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Ira mengungkapkan produksi film ini telah dimulai sejak sebelum pandemik COVID-19 melanda, yakni tahun 2017-2019. Prosesnya sempat terhenti cukup lama hingga akhirnya bisa kembali dilanjutkan setelah situasi mulai pulih.

"Film ini memang kita dapat tanggal tayangnya lama ya. karena produksinya itu sebenarnya sebelum COVID-19. Setelah COVID-19 selesai, baru dilanjut lagi, makanya kenapa lama," ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan jadwal tayang Badik sebenarnya sudah sempat ditetapkan lebih awal, namun terpaksa diundur karena tim belum siap menggelar promosi. Kesempatan baru datang secara mendadak, membuat mereka hanya punya waktu sebulan untuk menyiapkan seluruh agenda promosi sebelum penayangan pada 30 Oktober.

"Biasanya di film-film lain, persiapan promo itu paling sedikit tiga bulan. Tetapi di film Badik ini, kita benar-benar nekat dan bertekad, hanya satu bulan untuk promonya. Mudah-mudahan film ini sukses dan disukai di hati masyarakat, khususnya di Sulawesi Selatan," katanya. 

2. Perpaduan aksi dan nilai budaya Bugis-Makassar

Poster film Badik. (Istimewa)

Proses syuting berlangsung selama 14 hingga 15 hari, mengambil latar di empat daerah yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkep. Sejumlah lokasi ikonik ditampilkan, seperti Pantai Losari, Hutan Pinus Malino, Karst Rammang-Rammang, Leang-Leang, hingga Geopark Maros-Pangkep dan Leang Lonrong.

Film berdurasi dua jam ini menampilkan kisah dua kakak beradik, Badik dan Unru, yang hidup di tengah pergulatan antara tradisi dan modernitas. Keduanya mewarisi ajaran sang ayah, seorang guru silat, untuk menjunjung kehormatan dan menjaga warisan budaya leluhur.

Dipenuhi adegan aksi dan drama yang emosional, Badik tampil memikat sejak awal hingga akhir, utamanya pada aspek adegan aksi. Film ini menghadirkan pesan tentang keberanian, harga diri, serta ajakan untuk terus menjaga warisan budaya Bugis-Makassar di tengah arus modernitas.

3. Ryan Hidayat belajar bela diri dari nol demi peran di Film Badik

Ryan Hidayat, pemeran Ippang dalam film Badik, diwawancarai usai Gala Premiere film Badik digelar di Studio XXI Trans Studio Mall Makassar, Sabtu (25/10/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Ryan Hidayat, pemeran Ippang dalam film Badik, mengenang proses produksi sebagai pengalaman yang penuh tantangan. Setiap adegan menuntut ketelitian dan ketahanan fisik, terutama saat dia harus beradaptasi dengan latihan aksi yang intens.

"Karena ada drama dan adegan aksi, proses latihannya lumayan panjang, hampir setahun. Saya sama sekali tidak punya latar belakang bela diri. Jadi di film Badik ini benar-benar diajarkan dari nol sampai bisa," katanya. 

Untuk karakter Ippang CS, koreografi pertarungannya menonjolkan gaya street fight dengan sentuhan muay thai boxing. Sementara itu, karakter Badik dan Unru tampil dengan gerakan silat yang lebih tradisional.

Ryan pun menyimpan harapan besar terhadap pesan yang dibawa film ini. Dia ingin Badik mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap badik yang sesungguhnya bukan alat kekerasan, melainkan lambang kehormatan dan harga diri.

"Ada satu adegan di mana badik baru dikeluarkan ketika sudah tidak ada jalan keluar lagi. Itu yang ingin diangkat, bahwa badik bukan senjata untuk membunuh," katanya.

Editorial Team