Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

DPR: Dapur MBG Menyerap Tenaga Kerja Lokal

Sosialisasi program Makan Bergizi Gratis oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Badan Gizi Nasional (BGN)  di Makassar, Sabtu (28/2/2025). (Dok. Istimewa)
Sosialisasi program Makan Bergizi Gratis oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Badan Gizi Nasional (BGN) di Makassar, Sabtu (28/2/2025). (Dok. Istimewa)

Makassar, IDN Times - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dijalankan dengan memasok makanan kepada anak sekolah melalui dapur yang disebut dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Itu disampaikan Anggota Komisi IX DPR RI Ashabul Kahfi dalam sejumlah sosialisasi program MBG bersama Badan Gizi Nasional (BGN) di Kota Makassar.

Kahfi mengungkapkan, setiap hari ribuan porsi makanan disiapkan di dapur alias SPPG. Dapur tersebut dikelola oleh tenaga kerja yang melibatkan masyarakat sekitar atau tenaga lokal.

“Program MBG di Indonesia saat ini terdapat 726 SPPG, dengan penerima kurang lebih dua juta, dari 38 provinsi. Sedangkan untuk Sulawesi Selatan terdapat 28 SPPG dari target 160 SPPG di tahun 2025," kata Kahfi dalam keterangan yang dikutip, Jumat (7/3/2025).

Kahfi mengatakan program MBG berlangsung secara bertahap. Untuk wilayah Makassar, saat ini masih harus menjalan beberapa tahapan, antara lain verifikasi dan uji coba.

“Hampir setiap saat Komisi IX DPR RI update untuk pelaksanaan program MBG ini, tentu berbagai macam evaluasi dan masukan. Kegiatan seperti ini butuh proses dan waktu, mulai dari bahan baku, ketersediaan pangan, ketersediaan SDM yang bisa kolaborasi secara baik,” dia menjelaskan.

Kahfi menyebut program MBG memiliki banyak manfaat. Antara lain, diharapkan dapat menekan kasus kekerdilan atau stunting. Angka stunting Indonesia saat ini cukup tinggi, berada di urutan kedua di Asia Tenggara.

Program MBG disasar pada 4 komponen, yaitu Balita, SD sampai SMA, ibu hamil dan ibu menyusui. Tujuan MBG, kata Kahfi, untuk menghadirkan generasi sehat dan berkualitas yang mampu mencapai generasi emas di tahun 2045.

“Indonesia punya potensi yang cukup besar, karena ada bonus demografis, karena ada 60% indonesia pada usia produktif. Ketika usia produktif tidak memliki SDM yang berkualitas, maka jadi bahaya. Inilah yang menjadi tanggungjawab negara,” ungkapnya.

“SDM tidak berkualitas maka lapangan pekerjaan juga makin sempit. Semua manusia ingin hidup aman, nyaman, tapi terkadang kondisi yang membuat mereka tidak seperti itu, maka hadirnya negara untuk solusi bagi itu," dia melanjutkan.

Share
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us