Salah satu orang tua murid,SD Negeri Tamamaung 1, Hamida. (Dok. Istimewa)
Basora juga menambahkan, dari total 383 siswa penerima manfaat MBG, sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Karena itu, tidak semua murid bisa membawa bekal atau membeli makanan di kantin sekolah.
"Yang mengah ke atas mungkin bawa berupa uang dan belanja di kantin sekolah," tuturnya.
Sementara itu, salah satu orang tua murid, Hamida, mengaku kecewa atas penghentian program MBG. Menurutnya, program ini sangat membantu meringankan beban keluarga.
“Kalau pendapat saya, selama ada MBG itu enak, karena anak-anak setiap hari makan di sini tepat waktu. Orang tua juga tidak terlalu terbebani. Dengan diberhentikannya, saya kecewa karena kembali lagi seperti semula, harus siapkan bekal setiap hari,” ungkap Hamida.
Ia khawatir kebiasaan anak-anak yang sudah teratur makan di sekolah terganggu.
“Biasanya jam 10.00 Wita anak-anak sudah makan. Jangan sampai kena mag karena sudah terbiasa lalu tiba-tiba dihentikan,” tambahnya.