Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi MBG. (IDNTimes/Tunggul Damarjat)
Ilustrasi MBG. (IDNTimes/Tunggul Damarjat)

Intinya sih...

  • Siswa SD Tamamaung 1 bawa bekal sendiri setelah dapur MBG ditutup

  • Orang tua murid kecewa dan khawatir pola makan anak terganggu tanpa MBG

  • Dapur MBG Panakukang 02 ditutup akibat polemik pagu Rp6.500 per porsi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Ratusan murid di SD Negeri Tamamaung 1, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, tidak lagi menerima suplai Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak sepekan terakhir. Pasokan makanan terhenti akibat penutupan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panakukang 02.

Sebelumnya diberitakan, penutupan SPPG itu diduga terkait polemik pagu harga Rp6.500 per porsi.

1. Siswa bawa bekal sendiri dampak dapur MBG ditutup

Kepala SD Negeri Tamamaung 1, Basora. (Dok. Istimewa)

Kepala SD Negeri Tamamaung 1, Basora, mengaku pihak sekolah hanya menerima informasi dari koordinator dapur terkait penghentian sementara program tersebut. Dia tidak tahu alasan penghentian.

"Yang jelas dari pihak koordinator menyampaikan dihentikan untuk sementara. Mengenai kelanjutannya, kita tidak tahu sampai kapan,” kata Basora kepada awak media, Rabu (1/10/2025).

Basora menuturkan, pihak sekolah segera menyampaikan informasi kepada orang tua murid melalui grup wali kelas. Para siswa kini diminta membawa bekal dari rumah karena tidak lagi mendapat suplai makanan dari program MBG.

“Kami sampaikan di kelas masing-masing agar orang tua siswa membekali makanan, karena sudah tidak sama seperti kemarin lagi. Ini sudah berhenti satu minggu,” jelasnya.

2. Orang tua kecewa, khawatir pola makan anak terganggu tanpa MBG

Salah satu orang tua murid,SD Negeri Tamamaung 1, Hamida. (Dok. Istimewa)

Basora juga menambahkan, dari total 383 siswa penerima manfaat MBG, sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Karena itu, tidak semua murid bisa membawa bekal atau membeli makanan di kantin sekolah.

"Yang mengah ke atas mungkin bawa berupa uang dan belanja di kantin sekolah," tuturnya.

Sementara itu, salah satu orang tua murid, Hamida, mengaku kecewa atas penghentian program MBG. Menurutnya, program ini sangat membantu meringankan beban keluarga.

“Kalau pendapat saya, selama ada MBG itu enak, karena anak-anak setiap hari makan di sini tepat waktu. Orang tua juga tidak terlalu terbebani. Dengan diberhentikannya, saya kecewa karena kembali lagi seperti semula, harus siapkan bekal setiap hari,” ungkap Hamida.

Ia khawatir kebiasaan anak-anak yang sudah teratur makan di sekolah terganggu.

“Biasanya jam 10.00 Wita anak-anak sudah makan. Jangan sampai kena mag karena sudah terbiasa lalu tiba-tiba dihentikan,” tambahnya.

3. Dapur MBG Panakukang 02 ditutup akibat polemik pagu Rp6.500 per porsi

Dapur SPPG Panakkukang 02, Makassar. (Dok. Istimewa)

Sejak Februari 2025, program MBG di SD Negeri Tamamaung 1 rutin menyuplai makanan bergizi untuk ratusan murid. Namun kini, setelah dapur Panakukang 02 ditutup, keberlanjutan program di sekolah tersebut masih belum jelas.

Sebelumnya diberitakan,Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panakkukang 02 Jl AP Pettarani II, Tamamaung, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar Sulawesi Selatan yang berada di bawah naungan Yayasan Tangan Fatima Bekerja, resmi berhenti beroperasi.

Penutupan ini imbas polemik pagu anggaran Rp6.500 per porsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai tidak mencukupi biaya produksi. Akibatnya, lebih dari 50 pekerja yang mayoritas warga sekitar, termasuk para janda, terpaksa dirumahkan tanpa kepastian kapan bisa bekerja kembali.

Editorial Team