Kaprodi Magister Ilmu Linguistik FIB Unhas, Dr Ery Iswary. Istimewa
Sementara itu, menurut Budayawan Sulsel, Dr. Ery Iswary, dari aspek budaya, pengunaan tangan kiri dominan ataupun tangan kanan secara kultural itu akan bersifat fungsional.
"Jadi ada perbedaan antara memberikan sesuatu dengan menggunakan tangan kiri dan tangan kanan, sejak kecil kita diajari soal itu. Banyak hal dianggap menggunakan tangan kanan itu berhubungan dengan kesantunan ataupun soal etika kita," terang Ery Iswary.
Ery Iswary yang juga Kepala Program Studi (Kaprodi) Magister Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin menilai, di luar negeri menggunakan tangan kiri atau kanan bukan bersifat fungsional.
"Di budaya Indonesia itu fungsional, mereka (orang luar) tidak menganggap bahwa nanti memberikan sesuatu dengan tangan kanan baru sopan, itu tidak. Tangan kiri atau kanan bagi mereka itu tidak fungsional," lanjutnya.
Hal inilah kata Ery Iswary, sudah jadi suatu kebiasaan bagi orang Indonesia, termasuk di Sulsel, penggunaan tangan kanan diajari sejak seseorang masih balita. Akhirnya kebiasaan itu menjadi budaya yang berlaku di masyarakat.
"Jadi saya kira kultur kita mengajari itu dan sejalan dengan agama kita juga. Pemberian dengan tangan kiri atau tangan kanan aspek fungsional dari budaya kita dan tradisi dari agama, sejalan dengan agama Islam, karena kita makan dengan tangan kanan itu menjadi kebiasaan nabi seperti itu," tambah Dr Ery.