Budi daya ikan nila sistem bioflok yang dikerjakan Akib (32), warga Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. IDN Times/Kristina Natalia
Ribuan ikan nila berusia tiga bulan dipanen untuk dipasarkan kepada konsumen langsung maupun ke sejumlah rumah makan di Kota Palu. Ini adalah panen perdana sejak awal pembangunan fasilitas budi daya ikan pada September 2020. Sementara uji coba benih pertama dimulai pada Februari 2021. Ada 20 kolam bundar yang dikelola 10 kelompok. Satu kolam berisi 800 hingga 1.000 ekor ikan nila.
Kolam ikan milik Akib dan rekan-rekannya menempati lahan seluas kurang lebih satu hektare di dalam kawasan hunian tetap (huntap) Desa Lero Tatari. Huntap tersebut disediakan pemerintah bagi penyintas bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Pemerintah Kabupaten Donggala pun mengupayakan pemulihan ekonomi bagi para penyintas bencana di huntap tersebut. Salah satunya dengan menyelenggarakan pembinaan budi daya ikan serta pemberian paket bantuan untuk memulai usaha bidang perikanan.
“Alhamdulillah sangat membantu kami, apalagi masa sekarang pendapatan berkurang, sudah pasti meningkatkan perekonomian untuk warga di huntara maupun di huntap ini,” tutur Akib.
Menurut Akib, budi daya ikan nila sistem bioflok masih menemui kendala, salah satunya adalah masalah listrik. Khusus Desa Lero Tatari, belum semua daerah teraliri listrik 24 jam.
“Sebenarnya bisa penen dalam waktu dua bulan, kendala listrik ini juga berpengaruh pada ukuran ikan,” tutur Akib.