Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hujan di Kota Makassar. IDN Times/Irwan Idris
Ilustrasi hujan di Kota Makassar. IDN Times/Irwan Idris

Intinya sih...

  • Awal musim hujan di Sulsel tahun ini cenderung lebih lambat

  • Pergeseran waktu terjadi hampir di seluruh wilayah, dengan variasi berbeda antar daerah.

  • Musim hujan paling signifikan terjadi di Wajo dan Bone, sementara Luwu Utara hingga Wajo berpotensi alami hujan di atas normal.

  • BMKG mengembangkan produk baru bernama INAFLEWS untuk prediksi potensi banjir dan longsor.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Makassar mencatat awal musim hujan di Sulawesi Selatan tahun ini cenderung lebih lambat dibandingkan kondisi normal. Pergeseran waktu terjadi hampir di seluruh wilayah, dengan variasi berbeda antar daerah.

Forecaster BMKG Wilayah V Makassar, Bagus Primohadi, menyebut musim hujan tahun ini tidak datang sesuai pola normal. Pergeseran awal musim diperkirakan terjadi satu hingga dua dasarian lebih lambat di sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan.

"Jika mengacu pada data klimatologis yang ada di Sulawesi Selatan, secara umum, untuk tahun ini, awal musim hujan itu cenderung bergeser satu hingga dua dasarian. Hampir di seluruh wilayah Sulawesi Selatan," kata Bagus, Rabu (17/9/2025).

1. Wajo dan Bone paling signifikan

Ilustrasi hujan petir. (IDN Times/Arief Rahmat)

Bagus menjelaskan pergeseran musim hujan paling signifikan terjadi di Wajo dan Bone. Di kedua wilayah ini, awal musim hujan diperkirakan mundur hingga tiga dasarian dibandingkan kondisi normal.

"Untuk wilayah Makassar, Maros, Gowa, Takalar, dan Jeneponto, awal musim hujan diperkirakan mundur sekitar satu dasarian dibandingkan kondisi normal," kata Bagus.

Setiap wilayah di Sulawesi Selatan diprediksi akan mengalami musim hujan pada waktu yang berbeda sesuai karakteristik iklimnya. Hal ini dipicu berbagai faktor. 

"Banyak faktor yang memicu perbedaan karakteristik pemicu hujan tadi. Misalkan topografi, tata letak wilayah perairan dan daratan itu mempengaruhi bagaimana cuaca atau misalnya musim itu berubah setiap waktu," kata Bagus. 

2. Luwu Utara hingga Wajo berpotensi alami hujan di atas normal

Ilustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Berdasarkan pembaruan data terbaru pada September, BMKG menganalisis sifat curah hujan untuk musim hujan akhir tahun ini. Hasilnya menunjukkan hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan diperkirakan mengalami curah hujan dalam kategori normal.

"Namun terdapat beberapa wilayah yang sifat curah hujannya itu diprediksi di atas normal atau dalam kategori waspada ekstrem," kata Bagus. 

Wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan di atas normal atau waspada ekstrim mencakup Luwu Utara, Sidrap, Soppeng, dan Wajo. Sementara sebagian besar kabupaten dan kota lain di Sulawesi Selatan diperkirakan memiliki sifat hujan normal saat musim hujan tiba.

"Untuk wilayah yang tadi saya sebutkan, itu waspada untuk potensi sifat hujan di atas normal atau waspada ekstrim untuk saat musim hujan nanti tiba," kata Bagus.

3. BMKG kembangkan produk untuk prediksi potensi banjir dan longsor

ilustrasi hujan. (IDN Times/Febriana Sinta)

Dalam menghadapi musim hujan, kewaspadaan dan mitigasi bencana di Sulawesi Selatan bersifat kerja sama lintas lembaga, termasuk BPBD dan pemerintah daerah. Dari sisi BMKG, salah satu upayanya adalah mengembangkan produk baru bernama INAFLEWS (Indonesia Flood and Landslide Early Warning System).

Sistem ini, kata Bagus, mampu memprediksi potensi banjir dan longsor dengan presisi lokasi dan tanggal hingga tujuh hari sebelum kejadian. Informasi prediksi kemudian dipublikasikan melalui akun Instagram BMKG Sulsel, sehingga masyarakat dapat mengetahui potensi bencana 3-7 hari sebelum kejadian dan lebih cepat mengambil tindakan.

"Sistem prediksi bencana baru ini kami kembangkan untuk memberikan informasi secara presisi mengenai kapan dan di mana potensi banjir berpeluang terjadi," katanya. 

Bagus juga menjelaskan masyarakat disarankan antisipasi mandiri seperti menyiapkan dokumen penting agar tidak terendam air, mempersiapkan P3K, serta stok bahan makanan pokok. Sementara pemerintah daerah diimbau rutin memperbarui informasi dari BMKG untuk mendukung mitigasi bencana.

"Informasi ini sendiri bahkan sudah dipublish di kejadian bencana banjir yang cukup besar di Sulsel Februari tahun lalu. Jadi, program ini sudah berjalan dan sudah bisa diaplikasikan bahkan  bisa memprediksi lokasi banjirnya di Soppeng Waktu itu," katanya.

Editorial Team