Dok. Humas Pemkab Bulukumba
Sebagian orang mengenal Pinisi sebagai perahu layar tradisional warisan kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan. Namun tak banyak yang tahu bahwa sebelum Pinisi, di daerah yang sama dikenal sebuah jenis perahu kuno bernama Padewakang.
Horst mengungkapkan, Padewakang merupakan cikal bakal Pinisi. Perahu ini digunakan pelaut Sulawesi mengeksplorasi kawasan pesisir utara Australia di abad ke-17 dan 18. Termasuk dalam pelayaran orang Makassar mencari teripang, yang menjadi referensi hubungan sejarah maritim Australia-Indonesia, sebelum kedatangan orang Eropa.
Perahu Padewakang dilabeli nama Marege, sesuai sebutan pesisir utara Australia oleh pendatang awal dari Makassar. Perahu bernama lengkap Nur Al Marege ini dibangun atas pesanan Shaykh Wesam Chardawi, pimpinan Yayasan Abu Hanifa Institute Sidney. Warga keturunan Aborigin di Australia itu mengumpulkan dana sekitar Rp1 miliar untuk menghadirkan Padewakang yang legendaris.
Wesam, pada ritual peluncuran ke laut di Tana Beru, 9 November 2019 lalu, menyebut perahu Padewakang sebagai mozaik yang mempertemukan leluhurnya dengan orang Makassar. Proyek napak tilas bertujuan untuk membangun kembali silsilah antara suku Aborigin dan Makassar. Sebab dahulu orang Makassar datang ke Australia membawa perahu Padewakang hingga bertemu, berteman, bahkan menikah dengan penduduk Aborigin.
Menurut Wesam, leluhur Aborigin selalu berbicara tentang kesukaannya terhadap orang Makassar. Hubungan Makassar- Aborigin disebut bagaikan cahaya yang tak pernah redup. “Kita adalah keluarga. Ketika berbicara tentang Makassar mereka selalu meneteskan air mata," ujarnya di laman Pemkab Bulukumba.