Usai kejadian itu, Gibran mengaku langsung mengambil langkah tegas menutup sekolah tersebut karena dinilai intoleran.
"Ini sekolahnya saya langsung tutup dan guru beserta muridnya saya langsung berikan pembekalan biar tidak keterusan," tuturnya.
Begitupun, lanjut Gibran, saat perayakan natal, warga yang memasang ornamen natal banyak yang diprotes juga. "Tiap kali diprotes saya tidak mundur justru saya bilang ke panitianya, baik imlek, natal tahun depan digedein aja (ornamen natalnya)," ucapnya.
Dia mengungkapkan, sikapnya yang tak gentar serta terus menyampaikan pentingnya sikap toleransi di Kota Solo, membuahkan hasil positif karena perlahan Kota Solo masuk 4 besar Kota yang penuh toleransi.
"Puncaknya solo masuk kota toleran ke 9 hingga masuk 4 kota toleran. Ini kerja keras semua warga, dukungan seluruh tokoh-tokoh agama, kyai, romo-romo, pendeta semua gotong royong biar image-nya Solo tidak seram seperti dulu," ungkapnya.
"Jadi intinya di sini dibutuhkan dialog yang damai, dorong semua tokoh agama, anak-anak muda, tokoh-tokoh muda, semuanya gotomg-royong agar hal seperti ini tidak terjadi lagi," imbuhnya.