Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Beda Sikap Orang Tua Siswa soal Pembukaan Sekolah di Makassar

Ilustrasi sekolah tatap muka di tengah pandemik (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Makassar, IDN Times - Rencana pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang akan digelar kembali di Makassar menuai respons beragam dari orang tua siswa. Setelah menerapkan PPKM Level 2, Makassar memang telah diizinkan menggelar PTM terbatas.

Sari (42), salah satu orang tua murid, menyatakan tidak akan mengizinkan anaknya mengikuti PTM terbatas. Anaknya saat ini duduk di bangku kelas 2 SMP dan kelas 4 SD di Kota Makassar.

"Saya belum setuju sih karena kondisi sekarang berubah-ubah. Apalagi anak saya juga belum divaksinasi, jadi masih khawatir begitu," kata Sari saat dihubungi IDN Times, Selasa (30/9/2021).

1. Masih ragu dengan penerapan prokes di sekolah

default-image.png
Default Image IDN

Menurut Sari, sekolah harus bisa menjamin protokol kesehatan. Dia baru akan mengizinkan anaknya ikut PTM ketika pihak sekolah memastikan semua sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan sudah lengkap.

"Kita belum tahu apakah protokol kesehatannya sudah siap atau belum. Jadi untuk saat ini, saya belum yakin mau mengizinkan anak saya ikut belajar tatap muka," katanya.

Dia mengaku memang kesulitan saat anaknya mengikuti pembelajaran daring. Jika anaknya bingung dengan tugas yang diberikan guru, maka dia terpaksa harus ikut membantu anaknya.

"Kami paham anak-anak juga pasti lebih suka kalau belajar di sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, dari pada di luar anak-anak juga tidak aman. Lebih baik di rumah kan," katanya.

2. Mengizinkan anak ikut PTM tapi dengan prokes ketat

Ilustrasi sekolah tatap muka. IDN Times/Khaerul Anwar

Wahyuni (36), orang tua murid lainnya, justru mengizinkan anaknya mengikuti PTM terbatas asalkan sekolah menjamin protokol kesehatan. Anaknya kelas 3 SMP, kelas 4 SD dan 2 SD. 

"Tidak apa-apa, yang penting ketat protokol kesehatannya karena anak-anak juga sudah bosan sekali di rumah. Bahkan sudah ogah-ogahan belajar," katanya.

Selama anaknya menjalani pembelajaran daring, Wahyuni sadar betul bahwa pembelajaran seperti itu kurang efektif. Belum lagi masalah kuota yang harus selalu tersedia.

"Harus selalu ada kuota, sementara kita ini cuma ibu rumah tangga. Bapaknya juga tidak begitu banyak penghasilannya," katanya.

3. Tidak sabar ikut PTM

Ilustrasi sekolah tatap muka (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Wahyuni mengaku anaknya sudah tak sabar mengikuti PTM terbatas. Menurutnya, belajar di sekolah tentu lebih baik daripada belajar di rumah. 

Tapi sekolah harus menerapkan protokol kesehatan ketat. Jika ada guru atau siswa yang memiliki gejala COVID-19 di sekolah, maka sebaiknya tidak diikutsertakan belajar.

"Intinya harus hati-hati. Karena kasihan juga kalau ada yang sakit, pasti bakal berimbas ke semua murid lain. Jadi baiknya memang siswa yang ada gejala COVID-19, jangan dikasih masuk," kata Wahyuni.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ashrawi Muin
Aan Pranata
Ashrawi Muin
EditorAshrawi Muin
Follow Us