Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. (IDN Times/Asrhawi Muin)
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. (IDN Times/Asrhawi Muin)

Intinya sih...

  • Hujan deras picu banjir di Makassar, persoalan banjir tak kunjung tuntas selama 2 periode kepemimpinan Wali Kota Danny Pomanto.
  • Curah hujan ekstrem jadi alasan utama, warga pertanyakan efektivitas penanganan banjir. Satgas Drainase bekerja 24 jam, tapi banyak wilayah masih rentan banjir.
  • Otorisasi kanal dan drainase jadi alasan lain, Danny sambut kunjungan METI Jepang untuk studi komparasi penanganan bencana antara Kota Maniwa dan Makassar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Hujan deras yang mengguyur Kota Makassar pada Minggu (15/12/2024), memicu banjir di sejumlah wilayah. Fenomena ini menyoroti persoalan banjir yang tak kunjung tuntas meski Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto, sudah menjabat selama dua periode. 

Warga mulai mempertanyakan efektivitas penanganan banjir di tengah kondisi yang semakin sering terjadi. Curah hujan ekstrem menjadi salah satu alasan utama yang dikemukakan Danny Pomanto. 

"Jadi ini tidak ada hubungannya dengan siapa wali kota, tidak ada hubungannya dengan siapa pun, ini hubungannya dengan iklim," ujar Danny saat ditemui di kediamannya, Selasa(17/12/2024).

1. Klaim kinerja Satgas Drainase yang bekerja 24 jam

Bersihkan sampah dan gulma penyebab aliran drainase tidak lancar.

Dia menyebut bahwa saat itu, puncak hujan terjadi pada jam 1 siang, sedangkan puncak pasang laut pada jam 6 pagi. Dia bersyukur keduanya tidak bersamaan. Namun, bagi sebagian warga, pernyataan tersebut dianggap tidak cukup menjawab keresahan mereka.

Dalam dua periode kepemimpinannya, Danny mengklaim telah membentuk Satgas Drainase yang bekerja 24 jam untuk menangani genangan. Namun, banyak wilayah di Makassar yang masih rentan banjir saat hujan deras turun, terutama di wilayah padat penduduk seperti Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, dan Manggala. 

"Tengah malam air sudah surut setelah puncak pasang menurun kan besoknya sudah kering. Itu tandanya kinerja Satgas Drainase bekerja baik," kata Danny.

2. Terbentur persoalan otoritas

Pembersihan salah satu kanal di Makassar melalui program Sabtu Bersih. (Dok. Humas Pemkot Makassar)

Persoalan otorisasi kanal dan drainase menjadi alasan lain yang disampaikan Danny Pomanto. Dia mengatakan kanal-kanal bukan kewenangan Pemerintah Kota Makassar. Demikian juga ruas Jalan Pettarani yang selalu banjir ditangani Balai Jalan. 

"Kalau solusi jangka panjangnya, yang perlu dimaksimalkan adalah otorisasi drainase. Kalau kita perbaiki kanal-kanal, itu bukan otorisasi kita. Contoh saya dikecam, padahal Pettarani itu otoritas Balai tapi kan orang tidak mau tahu. Masyarakat tidak salah tapi otorisasinya begitu," kata Danny.

3. Lebih tekankan penanganan banjir

Sejumlah pengendara mencoba menerobos banjir yang merendam Jalan AP Pettarani di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (15/12/2024). ANTARA FOTO/Arnas Padda/nym

Danny juga mengaku telah menerima kunjungan dari METI (Ministry of Economy,  Trade and Industry) atau Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri dari Jepang. Dia datang untuk studi komparasi antara Kota Maniwa di Jepang dan Makassar tentang penanganan bencana. 

"Waktu itu, sedang hujan kita bawa dia di titik-titik spot bencana. Kemudian dia lihat sistem penanganan di bencana kita," kata Danny.

Dari hasil pertemuan itu, Danny berkesimpulan bahwa dunia hari ini, orang tidak lagi berdiskusi tentang penyebab banjir. Namun orang berdiskusi bagaimana menangani maksimal soal bencana.

"Jadi kalau ada orang permasalahan kenapa banjir? Ya saya kira itu pertanyaan yang sangat awam, sekarang justru bagaimana kita sama-sama menangani banjir ini tidak ada lagi kita saling menyalahkan. Nanti kita lihat wali kota yang akan datang, bisa tangani banjir? Jadi seolah-olah ada orang bisa tangani banjir," kata Danny.

Editorial Team