Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Annar Salahuddin Sampetoding / Foto : Istimewa

Intinya sih...

  • Pesan berantai Annar Salahuddin Sampetoding bantah keterlibatan dalam kasus uang palsu, menilai pemberitaan sebagai "trial by the press".
  • Annar klaim mesin cetak digunakan untuk bisnisnya dan instruksikan teknisinya menjualnya, namun belum menerima pembayaran.
  • Annar mengumumkan pengunduran diri dari politik setelah ditetapkan sebagai tersangka, sementara Rutan Makassar tetap jalankan prosedur tanpa perlakuan khusus.

Makassar, IDN Times – Pesan berantai yang diduga berasal dari tersangka kasus uang palsu, Annar Salahuddin Sampetoding, beredar luas di berbagai grup WhatsApp. Dalam pesan tersebut, Annar membantah keterlibatannya dalam percetakan dan peredaran uang palsu yang kini menjeratnya sebagai tersangka.

Annar mengawali pesannya dengan permintaan maaf kepada keluarga dan sahabat atas kegaduhan yang terjadi akibat kasus ini. Ia juga menilai bahwa pemberitaan terhadap dirinya telah menciptakan "trial by the press" atau peradilan oleh media yang menurutnya tidak adil.

1. Klarifikasi Annar Soal Tuduhan Uang Palsu

Penampakan rumah mewah ASS, aktor intelektual produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar, Selasa (24/12/2024). IDN Times/Darsil Yahya

Lebih lanjut, Annar menjelaskan bahwa mesin cetak yang ditemukan dalam kasus ini awalnya digunakan untuk kebutuhan bisnis restoran dan bursa ikan miliknya, serta sebagai alat peraga kampanye Pilkada. Setelah batal mencalonkan diri sebagai gubernur Sulawesi Selatan, ia mengaku menginstruksikan teknisinya, Syahruna, untuk menjual mesin tersebut.

"Saya mendapat kabar bahwa mesin-mesin itu telah terjual seharga Rp250 juta, tapi sampai sekarang saya belum menerima pembayaran dari penjualan itu," kata Annar dalam pesannya.

Ia juga menegaskan bahwa namanya mulai dikaitkan dengan kasus ini setelah aparat menggerebek rumahnya pada 8 Desember 2024. Saat itu, Annar sedang berada di Jakarta dan baru mengetahui bahwa Syahruna ditangkap bersama seseorang bernama Andi Ibrahim di kawasan Kampus UIN Alauddin Makassar.

2. Annar Sebut Ada "Permufakatan Jahat"

ilustrasi rupiah (IDN Times/Umi Kalsum)

Dalam pesannya, Annar mengaku terkejut saat mengetahui bahwa Andi Ibrahim sebelumnya pernah datang ke rumahnya bersama Ryan Latief untuk melihat mesin cetak. Ia mengklaim sempat melarang teknisinya untuk berhubungan dengan mereka setelah melihat mereka membawa banyak mata uang asing dan alat sensor uang.

"Saya bersumpah demi Allah, demi Rasul, bahwa saya tidak terlibat dan tidak pernah menerima hasil dari perbuatan haram tersebut," tegas Annar.

Ia juga menuding adanya "permufakatan jahat" dalam proses hukum yang menjeratnya. Awalnya, ia hanya dipanggil sebagai saksi, namun kemudian ditetapkan sebagai tersangka secara tiba-tiba.

Sebagai respons atas kasus ini, Annar mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia politik setelah lebih dari 20 tahun bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia menyatakan akan fokus membangun ekonomi di Indonesia Timur serta melestarikan budaya leluhur.

3. Pihak Rutan Makassar merasa dirugikan

Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Makassar, Jayadikusumah / Foto : Istimewa

Menanggapi pesan berantai yang beredar, Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Makassar, Jayadikusumah, mengatakan bahwa pihaknya telah mengonfirmasi kepada istri Annar, Maryam.

"Terus terang, pesan itu diketik ulang oleh keluarganya. Jangan sampai ada informasi yang bisa merugikan pihak kami," ujar Jayadi saat ditemui di kantornya, Selasa (11/2/2025).

Jayadi menegaskan bahwa Rutan Kelas I Makassar tetap menjalankan tugasnya sesuai prosedur tanpa memberikan perlakuan khusus kepada siapapun. "Kami hanya menjalankan aturan. Tidak ada yang diistimewakan," pungkasnya.

4. Pesan WhatsApp diketik keluarga Annar

ilustrasi media sosial (IDN Times/Aditya Pratama)

Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Kelas I Makassar, Andi Erdiyangsah Bahar, memberikan klarifikasi terkait beredarnya pesan dari Annar. Menurutnya, pesan tersebut sebenarnya diketik ulang dalam bentuk pesan WhatsApp oleh keluarganya sebelum akhirnya tersebar luas.

"Sewaktu keluarga membesuk, Pak Annar meminta agar pesan yang ingin disampaikan dituliskan seperti yang sudah ditunjukkan ini," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa Annar tidak bisa menyampaikan pesan secara langsung kepada keluarganya, sehingga keluarganya yang mengetik ulang pesan tersebut dan mengirimkannya ke grup WhatsApp keluarga.

"Namun, entah bagaimana pesan itu kemudian menyebar ke publik," ungkapnya.

Lebih lanjut, Andi Erdiyangsah menambahkan bahwa Annar sebelumnya memang sempat menyampaikan kepadanya agar keluarga dan kerabat membatasi kunjungan.

"Dia merasa malu sekali atas kejadian ini dan meminta menyampaikan permohonan maaf kepada orang-orang yang ingin membesuk," tambahnya.

Editorial Team