Angkatan Kerja Sulsel Terus Bertambah tapi Lapangan Kerja Terbatas

- Ribuan lulusan baru tiap tahun tidak sebanding dengan serapan tenaga kerja
- Genjot serapan tenaga kerja melalui job fair
- Dorong pengembangan wirausaha berbasis pelatihan
Makassar, IDN Times - Pertumbuhan angkatan kerja di Sulawesi Selatan (Sulsel) terus berjalan cepat. Namun, peluang kerja dinilai belum sepenuhnya seimbang dengan jumlah lulusan baru setiap tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel per Februari 2025 naik menjadi 4,96 persen, meningkat 0,06 persen poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini muncul di tengah bertambahnya jumlah angkatan kerja yang kini mencapai 4,82 juta orang, atau bertambah 108,41 ribu orang dalam kurun setahun terakhir.
Lonjakan tenaga kerja ini berpotensi menimbulkan masalah serius jika tidak diiringi penyiapan lapangan kerja yang memadai. Hal ini akan berdampak pada semakin meningkatnya jumlah pengangguran.
1. Ribuan lulusan baru tiap tahun tidak sebanding dengan serapan tenaga kerja
.jpg)
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sulsel, Jayadi Nas, mencontohkan Universitas Hasanuddin saja setiap tahun mewisuda mahasiswa sebanyak lima kali. Dalam satu kali wisuda, rata-rata tercatat 800 hingga 1.000 lulusan baru.
Artinya, Unhas saja menghasilkan 4.000 hingga 5.000 angkatan kerja setiap tahun. Angka ini belum termasuk lulusan dari perguruan tinggi lain maupun sekolah kejuruan.
"Palingan beberapa persen saja yang terserap," kata Jayadi saat Coffee Morning di Kantor Disnakertrans Sulsel, Kamis (3/7/2025).
2. Genjot serapan tenaga kerja melalui job fair

Disnakertrans Sulsel berupaya menjembatani tantangan ini dengan memperbanyak gelaran job fair di berbagai daerah. Namun upaya ini tetap punya batas. Dalam satu job fair, biasanya hanya sekitar 200 orang yang berhasil diterima kerja dari sekitar 500 hingga 700 pelamar.
"Berarti kan lumayanlah. Makanya semakin banyak job fair, kami mendorong pengusaha untuk terlibat dan biasanya kita 25 perusahaan setiap job fair. Mudah-mudahan kami bisa dibantu untuk ada lagi 1 atau 2 job fair di anggaran perubahan," kata Jayadi.
Di sisi lain, tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Sulsel masih terjadi. Faktor efisiensi perusahaan, penutupan unit usaha, dan pengurangan operasional membuat beberapa perusahaan mem-PHK karyawannya atau merumahkan.
"Sampai sekarang yang masih proses negoisasi. Saya belum dapat informasi seperti apa hasil negosiasinya. Sampai 700 se-Sulsel. Mungkin ada yang belum melaporkan seperti yang dirumahkan," kata Jayadi.
3. Dorong pengembangan wirausaha berbasis pelatihan

Di tengah persoalan ini, Disnakertrans mendorong pengembangan wirausaha lokal berbasis pelatihan praktis. Salah satunya melalui pelatihan eco print bersama PKK, di mana peserta dibekali keterampilan membatik dengan memanfaatkan bahan alam sekitar.
Namun, Jayadi menilai pelatihan tidak cukup tanpa dukungan alat produksi agar peserta benar-benar bisa mandiri. Menurut dia, peserta harus didukung dengan peralatan, akses pasar, dan peluang untuk berkembang agar bisa mempekerjakan orang lain.
"Kita jangan hanya memberikan pelatihan tapi apa yang harus kita kasih setelah pelatihan," katanya.
Jayadi mendorong perguruan tinggi, termasuk Universitas Hasanuddin, untuk lebih serius membekali mahasiswa dan siswa SMK dengan keterampilan praktis. Menurut dia, lulusan harus siap terjun ke dunia kerja begitu meninggalkan bangku pendidikan.
"Tidak hanya ijazah yang kita berikan secara teori akan tetapi kemampuan kompetensi di bidang dunia kerja itu juga harus. Makanya kurikulum harus senantiasa dilihat. Mungkin dua semester terakhir sudah bisa dilakukan praktik belajar di lapangan," kata Jayadi.