Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Adapada Kedai Coffee Shop Makassar. (Instagram/kedaiadapada)-IDN Times/Ashrawi Muin

Makassar, IDN Times - Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), memiliki potensi besar dengan banyaknya jumlah kafe maupun coffee shop. Tak ada yang mengira bisnis kopi tersebut kini berkembang pesat hampir di setip sudut Kota Daeng.

Nongkrong maupun bekerja di kafe atau coffee shop kini bukan lagi pemandangan baru. Hal ini turut dipicu kebiasaan work from home/everywhere yang diimulai saat pandemik COVID-19. Tak heran, bisnis kafe dan coffee shop semakin marak, terutama menyasar anak muda.

Adapada Kedai, coffee shop yang berfokus menawarkan konsep working space dan kolaborasi, merupakan salah satu contoh usaha yang bisa melihat peluang. Alhasil, Adapada Kedai yakin telah menggaet pasarnya sendiri.

"Adapada tetap dengan konsepnya working space dan kolaboriasi karena otomatis kami bukan sekadar menjual produk tapi menjual konsep, ada ruang yang bisa bikin kita kerja sama dengan satu yang lainnya. Maka kami yakin sudah punya audiens sendiri," kata Fadli, selaku pengelola Adapada Kedai, saat ditemui IDN Times di Adapada Kedai, Jalan Hertasning, Sabtu (6/1/2024).

Konsep working space yaitu menawarkan tempat yang tenang dan nyaman. Suasana ini tentu lebih disukai oleh orang-orang yang ingin bekerja ataupun mahasiswa yang ingin mengerjakan tugasnya, apalagi Adapada menyediakan jaringan internet WiFi yang cukup kencang.

Kemudian konsep kolaborasi yang dimaksud yaitu mengadakan kerja sama dengan komunitas untuk berkegiatan di Adapada. Bahkan Adapada membuka ruang bagi komunitas maupun mahasiswa yang ingin berkegiatan.

"Adapada mewadahi buat teman-teman. Malahan targetnya sih ingn membuka ruang buat teman-teman di luar untuk membuka les. Misalnya produk-produk handmade.
Produksi teman-teman yang bekerja sama dengan Adapada," kata Fadli.

1. Membangun bisnis kafe kekinian butuh modal cukup besar

Adapada Kedai Makassar. Instagram/kedaiadapada

Sedikit mundur ke belakang, Adapada Kedai hadir pada 2015 yang berlokasi di Pasar Segar. Sebenarnya, Adapada lebih dulu hadir sebagai media online. Adapada Kedai hanya menjadi penunjang lokasi untuk media online tersebut.

Namun seiring berjalannya waktu, Adapada Kedai justru lebih menonjol dibandingkan media onlinenya. Berselang setahun, Adapada Kedai pun pindah dari Pasar Segar dan buka gerai di Jalan Ratulangi.

Hanya dua tahun, Adapada di Jalan Ratulangi ditutup. Pada 2018, Adapada lalu memilih lokasi di Jalan Sultan Alauddin. Tiga tahun setelahnya tepatnya pada Oktober 2021, Adapada menambah cabang di Jalan Letjen Hertasning. Dua kedai inilah yang kini terus eksis hingga sekarang bahkan setelah era pandemik COVID-19.

"Kalau secara konsep sama sih, semi industrial garden. Gardennya pun minimalis dalam artian sedikit-sedikit hijau-hijau untuk penyegaran mata customer. Tapi secara konsep lebih ke working space dan kolaborasi," kata Fadli tentang konsep Adapada Kedai di Jalan Sultan Alauddin.

Untuk membangun bisnis coffee shop, kata Fadli, tergantung skalannya. Jika ingin membangun bisnis skala sedang, biasanya membutuhkan biaya minimal Rp100 juta. jika skalanya lebih besar maka setidaknya minimal biayanya sebesar Rp500 juta.

"Kalau Adapada termasuk besar," katanya.

Menurut Fadli, biaya terbesar umumnnya desain interior. Berbeda dengan biaya tempat atau peralatan dan bahan yang sudah jelas, biaya desain interior lebih abu-abu sehingga sulit ditebak.

"Kalau tempat kan dia harganya jelas. Kalau interior kan maksudnya kita masih menebak-nebak sedikit. Ada perubahan lagi, diubah lagi. Lebih ke interiornya," katanya.

2. Bukan sekadar menjual kopi tapi juga konsep

Adapada Kedai Makassar. Instagram/kedaiadapada

Membangun bisnis kafe atau coffee shop, belum tentu berjalan mulus. Menurut Fadli, rata-rata hambatan dalam berbisnis yaitu dana dan penentuan tempat. Terkadang dana sudah ada, tapi sulit memilih lokasi terlebih jika harga sewanya mahal. Belum lagi aspek lain seperti lahan parkir.

"Dilihat juga apakah kayak parkirannya memadai atau tidak. Di Hertasning itu termasuk kurang memadai sih kalau parkirannya. Tapi mungkin dengan keyakinan dan rasa percaya dirinya juga ada, customer loyalnya tersendiri. Akhirnya memberanikan diri dengan tempat yang minim tempat parkir," kata Fadli.

Di sisi lain, lokasi Adapada Kedai di Jalan Hertasning terbilang strategis karena merupakan area perkantoran. Sedangkan di Jalan Sultan Alauddin sempat dinilai kurang strategis sebab jalur kendaraan yang satu arah.

Namun hal itu justru menjadi peluang baru. Karena lokasi yang dianggap kurang strategis itu, maka boleh dikata Adapada Kedai di Jalan Sultan Alauddin nyaris tak memiliki kompetitor dan masih berdiri sendiri. Berbeda dengan coffee shop lain yan umumnya berdiri di lokasi yang memang ramai bisnis serupa.

Untuk menjangkau pelanggan, pengelola Adapada Kedai memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram. Media sosial juga harus dikelola secara atraktif supaya pelanggan tertarik datang ke Adapada. Setiap hari, akun Instagram Adapada Kedai tak pernah berhenti untuk memperbarui kontennya.

Tentu saja, Adapada Kedai juga telah memiliki pelanggan setianya. Pelanggan setia akan tetap datang karena sudah merasa nyaman.

"Yang jelas kalau usaha begini kan basic dasarnya hospitality. Sama produk yang sudah sejak lama ada dan dipertahankan dengan melakukan perkembangan-perkembangan. Kalau pun ada perubahan konsep interior, itu sedikit, paling cuma ganti warna cat karena kan itu yang memperbarui pandangan customer juga," kata Fadli.

3. Konsep yang tepat buat bisnis kafe berkelanjutan

Adapada Kedai Makassar. Instagram/kedaiadapada

Fadli meyakini bisnis kafe atau coffee shop ini sutainable atau berkelanjutan. Di Makassar, kata dia, masyarakat umumnya menyukai kopi, apalagi di era sekarang yang semuanya serba cepat.

"Jadi, culture kopi, pasti berkelanjutan, sisa bagaimana coffee shop memberi nilai tambah dari kopi itu. Entah konsepnya, hiburan-hiburannya, bukan sekadar datang ngopi," katanya.

Saat ini, muncul budaya baru yaitu work from anywhere yang kian masif pasca pandemik COVID-19. Orang bisa bekerja dari mana saja dan kafe atau coffee shop menjadi salah satu pilihan.

"Awal-awal coffee shop muncul kan jarang yang menggunakan WiFi. Orang datang betul-betul hanya minum kopi. Seiring berjalannya waktu, akhirnya pakai WiFi dan akhirnya menjadi working space juga," kata Fadli.

Hal ini kemudian menjadikan kafe atau coffee shop lebih didominasi anak muda atau usia produktif. Namun bukan berarti kafe atau coffee shop hanya untuk anak muda Milenial dan Gen Z saja.

Adapada sendiri membuka ruang sebesar-besarnya untuk semua pelanggan dari usia berapapun. Namun secara umum, pelanggan yang datang rata-rata memang didominasi anak muda.

"Saat ini lebih tidak dipungkiri memang kalau di Makassar, diramaikan sama Gen Z karena lingkungan yang betul-betul menurutnya suka yang penuh hiburan. Kami buka untuk semua kalangan tapi secara umum customer Adapada itu 70 persen anak muda dan 30 persen orang tua," kata Fadli.

4. Jangan sekadar mengikuti tren

Pengelola Adapada Kedai Makassar, Fadli saat diwawancara, Sabtu (6/1/2024). IDN Times/Ashrawi Muin

Untuk membangun sebuah bisnis kafe kekinian, tidak cukup hanya bermodal uang saja. Akan tetapi perlu ilmu dan strategi. Menurut Fadli, membangun bisnis ini harus memikirkan konsep, struktur manajemen, pemasaran hingga pemilhan lokasi.

Akan sangat merugi apabila biaya yang dikeluarkan besar tapi salah strategi. Apalagi jika hanya sekadar mengikuti tren bisnis kopi kekinian. Hal begini, kata Fadli, bisa memperpendek umur bisnis.

"Untuk teman-teman yang pemula ini istilahnya memperhatikan juga cost-nya jangan sampai terlalu besar mengeluarkan cost tanpa melihat pasarnya. Modal awal besar ternyata jatuhnya di pemasaran," katanya.

Jika punya modal besar, maka sebaiknya langsung mencari tempat yang strategis. Kalau hanya modal sedang, maka harus mempermantap fondasi dasarnya mulai dari manajemen, pemasaran hingga konsep.

"Kalau kita modal kecil ya betul--betul harus pahami bagaimana memperbaiki sirkel sama teman-teman komunitas," kata Fadli.

Namun hal terpenting dalam membangun bisnis, khusunya bisnis kafe kekinian, Fadli menekankan bahwa jangan hanya sekadar mengikuti tren. Setelah memulai bisnis, harus ada upaya lain yaitu mengembangkan, mempertahankan, dan menjaga keberlanjutan bisnsi agar tetap eksis.

"Jangan sekadar mengikuti tren. Tetap belajar. Tetap membangun relasi sama teman-teman yang ada pengalamannya. Banyak bertanya sama teman-teman yang sudah lama bergelut di dunia coffee shop itu pentiing ditanyakan. Jangan sekadar membuka saja," kata Fadli.

Editorial Team