Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi karhutla (Dok: istimewa)
Ilustrasi karhutla (Dok: istimewa)

Makassar, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Rapat Koordinasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Gubernur Sulsel, Jumat (11/7/2025). Kegiatan ini diikuti Kementerian Kehutanan bersama jajaran terkait.

Dalam pertemuan tersebut, pemerintah memaparkan data kebakaran hutan dan lahan di Sulsel. Luas area yang terbakar tercatat mencapai 474,91 hektare sejak awal Januari hingga akhir Mei 2025.

Dari total luasan tersebut, sekitar 93,56 persen atau 444,34 hektare tercatat berada di Areal Penggunaan Lain (APL). Kawasan ini umumnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

1. Pinrang catat luasan terbesar

Ilustrasi karhutla api membakar lahan (ANTARA FOTO/Auliya Rahman)

Kabupaten Pinrang menjadi wilayah dengan luasan terbakar terbesar mencapai 311,01 hektare. Menyusul Sidrap 85,09 hektare, Wajo 68,71 hektare, Enrekang 6,94 hektare, Luwu Timur 2,12 hektare, dan Luwu 1,04 hektare.

Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Hubungan Antar Lembaga Fahrizal Fitri menyampaikan jumlah hotspot di Sulsel terbilang banyak. Hasil identifikasi menunjukkan sebagian besar titik panas berada di kawasan pertanian dan perkebunan.

"Di luar kawasan hutan, dia berada di kawasan APL dan luasannya kurang lebih 400 hektar dari Januari sampai Juli awal. Yang terbesar untuk luasan itu terjadi di Pinrang," kata Fahrizal yang diwawancarai sesuai rapat tersebut.

2. Kebakaran lahan di Sulsel banyak dipicu pembakaran jerami

(Ilustrasi Karhutla) ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Fahrizal menjelaskan sebagian besar kebakaran terjadi karena praktik pembakaran lahan setelah panen. Aktivitas ini kerap dilakukan petani untuk membersihkan sisa jerami.

"Sepertinya berdasarkan identifikasi di lapangan itu seperti yang disampaikan oleh kepala KPH itu terjadi karena lahan pertanian di saat mereka membersihkan setelah panen, itu dibakar," kata Fahrizal. 

Menurutnya, kebakaran di APL perlu diantisipasi dengan edukasi. Jerami sebaiknya tidak dibakar, tetapi dimanfaatkan untuk pakan ternak agar dapat digunakan saat musim paceklik.

"Ini yang mungkin perlu disampaikan oleh Pak Gubernur bahwa perlu edukasi kepada masyarakat. Jerami itu tidak perlu dibakar. Bisa dimanfaatkan menjadi pakan ternak.  Jadi di saat kita paceklik, itu bisa digunakan untuk pakan ternak," katanya.

3. Kemenhut dorong daerah tingkatkan kesiapsiagaan hadapi kebakaran lahan

Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Hubungan Antar Lembaga Fahrizal Fitri diwawancarai usai rapat koordinasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kantor Gubernur Sulsel, Jumat (11/7/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Fahrizal berharap pemerintah kabupaten dan kota di Sulsel dapat meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi kebakaran, terutama di luar kawasan hutan negara. Dia menyebut kondisi kemarau di Sulsel cenderung pendek dan masuk kategori kemarau basah sehingga diharapkan dapat menekan risiko kebakaran.

"Kita berharap dukungan dari pemerintah kabupaten kota yang ada di Sulsel untuk menggerakkan. Kalau kami sudah ada Manggala Agni untuk kawasan hutan. Untuk di luar kasus hutan, biasanya BPBD untuk meningkatkan kesiapsiagaannya," kata Fahrizal.

Editorial Team