20 Tahun Krisis Air Bersih di Tallo Makassar, Warga Sampai Bayar Miliaran

Intinya sih...
Warga Tallo menghabiskan miliaran rupiah untuk air bersih setiap tahun
Minimnya ruang resapan air membuat masalah air bersih semakin rumit di Makassar
Persoalan air bersih perlu ditangani secara kolaboratif oleh berbagai pihak terkait
Makassar, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali membeberkan potret krisis air bersih di sejumlah kampung pesisir Kota Makassar. Hal ini dibahas dalam diskusi publik daring bertema Potret Tata Kelola Air Kota Makassar dari Hulu Hingga Hilir yang digelar Selasa (1/7/2025).
Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI Sulsel, Slamet Riadi, menyebut tiga kampung di Kecamatan Tallo masih berjuang mendapatkan air bersih sejak bertahun-tahun lalu. Kampung Galangan Kapal, Kampung Buloa, dan Kampung Makam Raja-Raja Tallo, menjadi wilayah dampingan WALHI yang hingga kini bergantung pada pasokan air yang terbatas.
"Ini adalah tiga kelurahan yang selama ini kesulitan mengakses air bersih. Bahkan sudah 20 tahun akses air bersihnya itu terkendal. Makanya kami berharap di kepemimpinan yang baru, semoga apa yang kita bisa lakukan, bisa segera terlaksana dan bermanfaat bagi semua masyarakat yang ada di Kecamatan Tallo," kata Slamet.
1. Warga terpaksa mengeluarkan biaya tinggi untuk membeli air bersih
Slamet menjelaskan warga terpaksa mengeluarkan biaya tinggi untuk membeli air bersih. Di Kampung Galangan Kapal, tiap rumah tangga rata-rata menghabiskan Rp240 ribu per bulan. Ada sebanyak 517 keluarga yang mendiami kampung ini.
"Kalau dikalikan, total biaya yang dihabiskan seluruh rumah tangga di Galangan Kapal bisa sampai Rp124 juta tiap bulan dan Rp1,4 miliar tiap tahun hanya untuk air bersih," kata Slamet.
Hal serupa terjadi di Kampung Buloa, setiap rumah tangga setidaknya merogoh kocek Rp210 ribu setiap bulan hanya untuk membeli air bersih. Jika ditotal, 210 kepala keluarga di kampung ini menghabiskan lebih dari Rp44 juta per bulan atau sekitar Rp529 juta dalam setahun.
Sementara di Kampung Makam Raja-Raja Tallo, warga masih mengandalkan sumur tua dengan jasa pengangkut untuk mendapatkan air bersih. Setiap rumah tangga rata-rata mengeluarkan Rp300 ribu per bulan, sehingga total biaya yang dihabiskan 600 keluarga bisa menembus Rp180 juta per bulan atau lebih dari Rp2 miliar setiap tahun.
2. Minimnya ruang resapan membuat masalah air bersih semakin rumit
WALHI menilai minimnya ruang resapan membuat masalah air bersih di Makassar semakin rumit. Slamet menyebut hampir 64 persen wilayah kota sudah terbangun sehingga ruang resapan air tanah semakin terbatas.
"Sangat kurang resapan airnya. Makanya kita sangat kekurangan cadangan air tanah. Biasanya kalau air PDAM tidak mengalir, warga menggunakan air tanah. Tapi kan di daerah pesisir, air tanahnya keruh atau asin. Jadi sulit untuk dipakai," kata Slamet.
3. Persoalan air bersih jangan hanya ditangani satu pihak
Slamet berharap persoalan air bersih di Makassar tidak hanya ditangani satu pihak. Pihaknya mendorong Pemerintah Kota Makassar, PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang dan pihak terkait lainnya duduk bersama mencari jalan keluar.
"Melihat masalah air bersih kan sangat penting untuk mengupayakan kegiatan yang sifatnya berkolaborasi. Karena setelah kami dalami, dan kaji juga, ada banyak aspek, ada banyak stakeholder yang harus terlibat," kata Slamet.
Slamet memaparkan hasil catatan WALHI mengenai persoalan air bersih di Makassar yang masih timpang. Menurutnya, ada wilayah yang mendapat pasokan lebih banyak dibanding kawasan lain.
Dia juga menyoroti debit sumber air baku di Bendung Lekopancing yang terbatas karena harus dibagi untuk Makassar, Maros, hingga irigasi. Selain distribusi yang timpang, Slamet menyebut ada potensi monopoli air bersih yang membuat masalah ini semakin kompleks.
"Makanya saat ini adalah ke depannya, secara bertahap menjajaki para pihak mulai juga melibatkan misalnya akademisi, sempat punya saran untuk perbaikan kota kita ke depannya, khususnya air bersih agar mari sama-sama dirembuk dan dikerja bareng-bareng," kata Slamet.
4. PDAM mulai perbaiki jalur distribusi agar air lebih merata di utara kota
Menanggapi hal itu, Plt Sekretaris Dewan Pengawas Perumda Air Minum Kota Makassar, Ahsan, memastikan ada beberapa langkah yang disiapkan untuk mengatasi krisis air di utara kota. Dia menekankan upaya ini fokus pada perbaikan jalur distribusi agar suplai air lebih merata.
"Kendala yang ada di Galangan Kapal, Buloa dan Kampung Makam Raja-raja Tallo. Pertama, di sisi pengaliran, memang ini yang paling terujung di pengaliran dari pendistribusian sehingga apa yang rencana untuk dikoreksi," kata Ahsan.
Ahsan menjelaskan pihaknya kini tengah memproses sambungan pipa dari Pabaeng-baeng ke Pontiku. Jalur baru ini diharapkan bisa menambah suplai air ke kawasan utara Makassar.
"Dengan dilakukannya koneksi yang ada di Pabaeng-baeng, itu mengarahkan air ke utara kota. Kedua, yang ada nanti akan dikoneksi pipa 1.000 mm ke pipa 3.500 mm yang ada di jalan Pontiku. Sumbernya dari Panaikang yang sekarang dalam proses penyelesaian untuk penambahan 200 liter per detik," kata Ahsan.