PPS Tasikoki Karantina 73 Burung Endemik yang Disita dari Filipina

Setelah direhabilitasi akan dikembalikan ke daerah asal

Manado, IDN Times – Sebanyak 73 ekor satwa liar burung jenis Kakatua Jambul Kuning, Kakatua Raja, Kakatua Maluku, dan Nuri Kepala Hitam berhasil dipulangkan ke Indonesia, Kamis (19/10/2023). Satwa liar dilindungi tersebut merupakan hasil sitaan tindak pidana penyelundupan di Pasay City, Filipina, yang putusannya sudah inkrah pada tahun 2021.

Kini, satwa yang disita Philippines Operations Group on Ivory and Illegal Wildlife Trade (POGI) ini tengah menjalani masa karantina di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara. “Setelah itu akan kami kembalikan ke daerah asal. Kalau dari Maluku kami kembalikan ke Maluku, kalau dari Maluku Utara kami kembalikan ke sana. Kalau dari Papua akan kami kembalikan ke Papua,” terang Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Askhari Dg Masikki, ketika dihubungi, Jumat (20/10/2023).

PPS Tasikoki sendiri merupakan lembaga kpnservasi khusus untuk rehabilitasi satwa baik itu hasil sitaan, penyerahan oleh masyarakat, maupun repatriasi. PPS Tasikoki dipilih sebagai tempat karantina 73 ekor burung dilindungi tersebut karena dekat dengan daerah asal dan memiliki instalasi karantina hewan (IKH) yang memadai.

1. Proses karantina memakan waktu satu bulan

PPS Tasikoki Karantina 73 Burung Endemik yang Disita dari FilipinaSejumlah burung endemik Indonesia yang dikarantina di PPS Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara, Kamis (19/10/2023). IDNTimes/Ungke Pepotoh/bt

Sebelum memasuki masa karantina, burung-burung tersebut akan diperiksa secara menyeluruh baik fisik maupun laboratorium. Ada beberapa penyakit yang masa inkubasinya memakan waktu satu bulan, sehingga masa karantina akan dilakukan dalam jangka waktu yang sama.

Hal tersebut guna memantau dan mencegah penyakit yang bisa ditularkan ke satwa lain yang ada di PPS Tasikoki. Setelahnya, burung-burung tersebut akan dipindah ke kandang rehabilitasi dan diberi pakan sesuai fisiologis mereka.

Dokter hewan PPS Tasikoki, drh Avivah Vega Meidienna, mengatakan seiring berjalannya waktu kemampuan mencari makan burung-burung tersebut akan menyesuaikan sendiri. “Di sini kita kasih makan semi alami kayak buah-buahan. Mereka di alam makannya nektar, biji-bijian. Memang mungkin nggak 100 persen sama seperti yang di alam, tapi yang jelas mereka diberi makan sesuai fisiologis mereka,” terang drh Avivah.

2. Waktu proses rehabilitasi masih belum bisa dipastikan

PPS Tasikoki Karantina 73 Burung Endemik yang Disita dari FilipinaBurung Kakatua Maluku yang dikarantina di PPS Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara, Kamis (19/10/2023). IDNTimes/Ungke Pepotoh/bt

Manajer PPS Tasikoki, Billy Lolowang, mengaku tak bisa memastikan waktu yang dibutuhkan untuk proses rehabilitasi. Lamanya proses yang dijalani akan tergantung pada burung-burung endemik Indonesia tersebut.

“Umumnya, burung yang diselundupkan ketika ditangkap oleh pemburu itu banyak bulu sayapnya yang dicabut, jadi tidak bisa terbang. Itu akan ketahuan ketika diperiksa dokter hewan,” kata Billy.

Jika bulu sayapnya lengkap, burung-burung tersebut masih harus dilatih untuk terbang. Selama proses latihan tersebut, kemampuan burung akan terus dipantau.

3. Jika tak bisa terbang, kecil kemungkinan untuk dilepasliarkan

PPS Tasikoki Karantina 73 Burung Endemik yang Disita dari FilipinaBurung Kakatua Maluku yang dikarantina di PPS Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara, Kamis (19/10/2023). IDNTimes/Ungke Pepotoh/bt

Jika tak bisa terbang, kecil kemungkinan  burung-burung tersebut akan dilepasliarkan. Billy mencontohkan, ada beberapa burung di PPS Tasikoki yang bulu sayapnya lengkap, namun tak mau terbang hingga saat ini.

“Karena ada masalah dari sisi mental sebetulnya. Kami sih berharapnya bisa cepat, entah tahun ini atau tahun depan, burung-burung ini bisa kembali ke alam,” ujarnya.

Selain dilatih terbang, burung-burung tersebut juga akan dilatih melindungi diri dari predator. Untuk itu selama rehabilitasi, PPS Tasikoki akan meminimalisir kontak manusia dengan burung-burung tersebut. “Kalau di tempat aslanya, predator mereka tidak banyak. Tapi tetap penting juga buat mereka punya kemampuan melindungi diri,” tambah drh Avivah.

Baca Juga: 73 Ekor Burung Endemik Diselundupkan ke Filipina Kembali ke Indonesia

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya