Komunitas Jaga Palu, Wadah Progresif Millennial Peduli Pendidikan Anak

Mencetuskan program ruang kreativitas anak di Kota Palu

Palu, IDN Times – Gerakan literasi semakin menggema di seluruh penjuru Tanah Air, termasuk di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Salah satu wadah para anak muda millennial di Bumi Tadulako bernama "Jaga Palu".

Komunitas tersebut memiliki kepedulian yang tinggi pada masa depan pendidikan anak-anak, khususnya di masa pandemik saat sistem pembelajaran sekolah dilaksanakan secara daring.

Pencetus Jaga Palu adalah seorang anak muda bernama Yaumil Masri, 35 tahun. Kepada IDN Times, ia menceritakan awal mula gerakan sosial ini dijalankan hingga akhirnya menarik minat puluhan pemuda lainnya.

Kata Yaumil, awalnya Jaga Palu hanya berjualan pernak-pernik dengan tujuan membantu korban bencana di Palu. Namun akhirnya bisa berkembang menjadi komunitas tempat bernaung para anak muda yang peduli pada dunia pendidikan.

“Melihat situasi saat ini maka kami fokus ke pendidikan anak dari usia PAUD hingga SMA,” kata Yaumil, Senin (7/6/2021).

1. Jaga Palu terbentuk di masa awal pandemik COVID-19

Komunitas Jaga Palu, Wadah Progresif Millennial Peduli Pendidikan AnakKomunitas Jaga Palu menyerahkan bantuan untuk korban banjir bandang di Kabupaten Parigi Moutong beberapa waktu lalu. IDN Times/Istimewa

Jaga Palu terbentuk sejak awal pandemik COVID-19 di Kota Palu, tepatnya awal April 2020. Kini anggotanya sudah berjumlah 50 orang, dimana sebagian besar di antaranya adalah anak muda.

Semangat awal komunitas ini ialah respons terhadap situasi para korban bencana di wilayah Palu, Sigi, Donggala, hingga Parigi Moutong, yang semakin terhimpit oleh pandemik. Para anggota Jaga Palu menyediakan bahan makan bagi warga tak mampu.

Namun seiring berjalannya waktu, Jaga Palu akhirnya fokus pada gerakan literasi untuk membantu anak-anak usia sekolah di Kota Palu.

“Sebenarnya Jaga Palu ini muncul dengan harapan adanya kesadaran individu untuk menjaga dan memberikan kontribusi baik. Kalau bukan kita, siapa lagi,” kata Yaumil.

2. Membuka ruang kreativitas anak di tujuh kelurahan

Komunitas Jaga Palu, Wadah Progresif Millennial Peduli Pendidikan AnakSejumlah anak sedang menggambar di ruang kreativitas anak di bantaran sungai, Kelurahan Lolu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (6/6/2021). IDN Times/Istimewa

Bersama sejumlah komunitas lain, Jaga Palu mencetuskan aliansi "Bergerak dari Palu". Mereka mengusung semangat penciptaan ruang kreativitas yang lebih banyak bagi anak-anak Palu. Tujuannya, agar anak usia sekolah bisa belajar secara gratis. Sistem pembelajaran pun diadopsi dari sekolah alam Sikola Pamore. Keunggulannya antara lain, menghilangkan kejenuhan ala sekolah formal dengan cara belajar dan bermain di alam terbuka setiap hari Sabtu dan Minggu sore.

Tahap awal pembelajaran dimulai Juni 2021 dengan membuka ruang kreativitas anak di bantaran Sungai Kelurahan Lolu Utara dan Huntara Pacuan Kuda Tawaeli. Kurang lebih 70-an anak sudah terdaftar dan mengikuti proses belajar pada Minggu (6/6/2021).

Yaumil menjelaskan, ada lima kelurahan lagi yang sedang dipersiapkan untuk jadi lokasi ruang kreativitas anak. Semua peralatan belajar, kata dia, bersumber dari hasil penjualan baju kaos bertuliskan Jaga Palu.

Satu kaos lengan panjang dijual dengan harga Rp125 ribu sedangkan lengan pendek Rp120 ribu. “Fokus kita di pendidikan saat ini, semua hasil penjualan baju kita pakai untuk kebutuhan anak-anak,” sebut Yaumil.

Baca Juga: Mengintip Aktivitas Warga Lapas Perempuan Palu Jelang Idul Fitri

3. Mengejar ketertinggalan pendidikan selama masa pandemik

Komunitas Jaga Palu, Wadah Progresif Millennial Peduli Pendidikan AnakIDN Times/Istimewa

Menurut Yaumil, sudah hampir dua tahun anak sekolah belajar dari rumah dengan kualitas pendidikan yang sangat memprihatinkan. Salah satu program besar Jaga Palu yakni mengikutsertakan 10 ribu anak di 46 kelurahan di Kota Palu untuk aktif dalam ruang kreativitas anak.

Selain menyediakan ruang dan peralatan, Jaga Palu juga menyiapkan puluhan relawan yang akan mengajar dan membina anak-anak. Relawan tersebut berstatus sebagai mahasiswa dari berbagai fakultas dan perguruan tinggi di Kota Palu.

“Tahap awal yah 2.000 anak di tujuh kelurahan, tahun depan kalau 46 kelurahan yah bisa mencapai 10 ribu anak,” kata Yaumil.

Yaumil menambahkan, saat ini yang menjadi kendala Jaga Palu yakni pendataan anak di tingkat kelurahan. Sebab tidak semua kelurahan memiliki kelengkapan data.

Rencananya, ruang kreativitas anak 2021 ini akan berakhir pada Desember 2021 mendatang dan ditutup dengan kegiatan pentas anak. “Sejauh ini Jaga Palu masih koordinasi dengan pemerintah, ke depan mungkin akan ada kerja sama untuk mendukung program ini,” kata Yaumil.

Baca Juga: Keceriaan Anak-Anak di LPKA Palu Ikut Lomba Permainan Tradisional 

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya