Gagal Panen Akibat Cuaca, Harga Bahan Pokok di Mimika Melonjak

Harga cabai mencapai Rp120 ribu per kg

Timika, IDN Times – Harga sejumlah komoditas bahan pokok di pusat perbelanjaan Pasar Sentral Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, melonjak naik. Berdasarkan pantauan IDN Times, komoditas yang mengalami kenaikan harga di antaranya cabai rawit, cabai keriting, tomat, bawang putih, dan kentang.

Cabai rawit yang sebelumnya dijual dengan harga Rp80 ribu — Rp100 ribu per kilogram (kg), kini telah naik menjadi Rp120 ribu per kg. Cabai keriting dari harga Rp60 ribu — Rp80 ribu per kg, naik menjadi Rp120 ribu per kg. Harga tomat dari Rp25 ribu — Rp30 ribu per kg, naik menjadi Rp40 ribu per kg.

Bawang putih dari harga Rp40 ribu per kg, naik hingga Rp45 ribu — Rp47 ribu per kg. Begitu pun harga kentang dari Rp20 ribu per kg, kini naik menjadi Rp35 ribu — Rp40 ribu per kg.

Menurut para pedagang di Pasar Sentral Timika, kenaikan harga ini disebabkan oleh kelangkaan persediaan komoditas lokal.

"Ini lagi naik semua harganya karena stok kurang. Rata-rata (komoditas) yang dari lokal tidak ada," ujar Hasna, salah seorang pedagang di Pasar Sentral Timika, Jumat (13/7/2024).

Hasna menyebut, sebagian besar komoditas yang dijual saat ini, diambil dari luar Kabupaten Mimika. "Dari luar semua ini tomat, cabai, kentang, wortel, bawang merah. Dikirim dari Jawa. Lokal tidak ada," tuturnya.

Kekurangan stok komoditas lokal ini juga diakui oleh petani di Mimika. Nanang salah satu petani di kawasan S4, Timika, mengungkapkan bahwa hampir sebagian besar komoditas yang ditanam mengalami gagal panen akibat faktor cuaca.

"Kalau cuaca hujan ekstrem begini, hampir semua tanaman itu susah pertumbuhannya. Pembibitan juga susah karena kan butuh sinar matahari," ujarnya saat ditemui di sebuah pondok dekat ladang miliknya di SP4, Timika.

"Tanaman itu kalau kena hujan terus, daunnya keriting. Kalau gak keriting ya dia cacar seperti ini," imbuh Nanang sembari memperlihatkan tanaman cabai yang ia tanam sejak tiga bulan lalu.

Dari 6.000 bibit cabai yang ditanam, Nanang menyebut hampir semuanya terkena cacar dan juga keriting daun. "Kalau cuaca gak ekstrem seperti ini, hasil panennya itu bisa sampai kuintal hitungannya. Bisa dua sampai tiga kuintal. Tapi ini bisa dilihat sendiri cuma tiga empat kiloan saja," kata Nanang.

Dengan modal yang dikeluarkannya sejak awal penanaman sekitar Rp20 juta, tampaknya Nanang telah mengalami kerugian yang cukup besar. "Saya kemarin tanam 3 gulung itu modalnya Rp15—20 juta, tapi ini sama sekali tidak balik modal. Paling baliknya gak sampai satu persen, karena semua kena cacar, tidak ada yang berhasil. Saya rencana mau semprot lagi ini untuk tanam yang lain," tuturnya.

Untuk diketahui, saat ini, Kabupaten Mimika memang sedang memasuki puncak musim hujan. Menurut Prakirawan BMKG Mimika, William Titahena, musim hujan di Mimika kerap berlangsung di bulan Juni, Juli hingga Agustus.

"Sekarag kan masuk pertengahan Juli, jadi bisa dikatakan sudah masuk puncaknya musim hujan," ujar William, Kamis (11/7/2024).

Terkait dengan curah hujan, William menyampaikan pada awal bulan Juli, tanggal 1—10, terpantau hampir 200 mm. "Jika dilihat dari intensitas curah hujan bisa dibilang sudah memasuki puncak musim hujan ini. Memang hujannya intensitas ringan, tapi durasinya lama," ungkapnya.

Diperkirakan pada akhir bulan Agustus nanti, Mimika akan kembali memasuki musim pancaroba.

Baca Juga: KPUD Mimika Tetapkan 35 Nama Caleg DPRD Terpilih 2024, Ini Daftarnya

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya