Walhi Khawatir Warga di Makassar Mulai Susah Mengakses Air Bersih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menilai kebutuhan air bersih di Sulsel, khususnya di Kota Makassar, akan semakin susah diakses oleh masyarakat.
Direktur Eksekutif Walhi Sulsel, Muh. Al Amin mengaku, susahnya masyarakat mengakses air baku sudah mulai terjadi dalam satu tahun terakhir ini karena Daerah Aliran Sungai (DAS) rusak.
"Sumber air baku PDAM kota Makassar kan diambil dari sungai Lekopancing Kabupaten Maros dan sungai Jene'berang di Kabupaten Gowa, itu debit air terus-menerus mengalami penurunan," ungkap Amin saat diwawancarai IDN Times Sulsel, Kamis sore (29/2/2024).
"Itu kenapa terjadi penurunan? Karena hulu daerah aliran sungai di Maros dan Gowa itu sudah rusak, tutupan hutannya saja sudah hilang, jadi daerah hutan di sekitar situ tidak bisa lagi menyimpan air baku," lanjutnya.
1. Hutan rusak karena alih fungsi lahan
Amin menjelaskan, rusaknya hutan dan DAS di Maros dan Gowa disebabkan masifnya alih fungsi hutan atau lahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
"Nah, kalau penyebab atau terjadinya alih fungsi lahan ini beragam, ada karena adanya pengembangan pertanian multikultural, ada karena masifnya pengembangan pariwisata, dan ada karena pertambangan," terang Amin.
2. Walhi dorong PDAM sediakan dana CSR untuk pemulihan hutan
Menurut Amin, kerusakan DAS di Maros dan Gowa ini mestinya jadi tanggung jawab pemerintah. Menurutnya, pemerintah gagal mengontrol dan memantau aktivitas di DAS. Selain itu, Perusahan Air Minum Daerah (PDAM) setempat juga wajib menjaga DAS agar supai air baku terus tersedia.
"Kami selalu kritik dan menyarankan PDAM, karena dia sudah mendapatkan keuntungan dari masyarakat harusnya mereka sediakan dana CSR untuk kegiatan reboisasi proses pemulihan hutan, karena PDAM kan ambil dari DAS Maros dan Gowa," jelas Al Amin.
Lanjut Amin, jika PDAM masih manfaatkan air baku dari sungai Jene'berang Gowa atau sungai Lekopancing di Maros dalam waktu yang panjang, harus ada alokasi anggaran.
"Alokasi anggaran ini salah satunya untuk mendukung masyarakat sekitar DAS ataupun pegunungan sekitar DAS agar tetap menjaga dan melestarikan hutan, mensupport juga pemerintah Desa yang di daerah DAS untuk punya kesadaran menjaga hutan," ujarnya.
3. Amin sebut pemerintah tidak peka jaga DAS-hutan
Hanya saja kata Amin, pemerintah Sulsel ataupun PDAM yang mengambil keuntungan di DAS Leko Pancing dan DAS Jene'berang ini tidak peka, malahan pemerintah lebih fokus pada proyek pengelolaan air limbah di perkotaan.
"Ini Pemerintah tidak peka, sehingga kalau datang musim kemarau atau kering sering terjadi krisis air seperti kemarin, dan itu bisa terjadi di tahun-tahun berikutnya dan mereka akan kebingungan," tegasnya.
Amin pun memberikan salah satu contoh di Makassar, yakni masyarakat di Kecamatan Tallo dan Tamalanrea yang dalam beberapa tahun terakhir susah mendapatkan air baku.
"Iya, proyek pengelolaan air limbah itu perlu tapi kami tidak yakin itu aman jadi sesuatu yang bermanfaat jangka panjang. Memang ada air tanah, tetapi sampai kapan itu ada? Ya harus pulihkan hutan," tambah Amin.
Baca Juga: Benarkah Musim Hujan 2024 Lebih Singkat? Ini Penjelasan BMKG Makassar