Pusat Studi Kebencanaan Unhas Kritik Mitigasi Bencana di Sulsel

Periode bencana harusnya bisa dimitigasi

Intinya Sih...

  • Banjir dan longsor di Sulsel merugikan warga dan merusak infrastruktur, dengan tujuh kabupaten dilanda banjir pada 3 Mei 2024.
  • Ilham Alimuddin menilai bencana alam bisa diprediksi, tetapi mitigasi bencana di Sulsel masih jauh dari harapan, terutama terkait risiko banjir dan longsor.
  • Pemerintah harus memaksimalkan upaya mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, termasuk peningkatan edukasi masyarakat dan distribusi bantuan selama masa tanggap darurat.

Makassar, IDN Times - Banjir dan longsor yang melanda sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) telah menimbulkan dampak merugikan secara luas. Tak hanya mengakibatkan belasan korban jiwa, bencana ini juga merusak rumah-rumah warga dan sederet infrastruktur.

Mitigasi bencana tak luput dari pembahasan. Hal ini lantaran banjir dan longsor di Sulsel terus berulang. Dengan demikian, kesiapan menghadapi bencana perlu menjadi perhatian.

Yang perlu digarisbawahi, banjir dan longsor kali ini terjadi di waktu yang nyaris bersamaan. Pada Jumat 3 Mei 2024 lalu, tujuh kabupaten yakni Luwu, Enrekang, Sidrap, Wajo, Luwu Utara, Pinrang, dan Sinjai dilanda banjir seiring meningkatnya intensitas hujan.

Melihat fenomena ini, Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas, Ilham Alimuddin, menilai banjir dan longsor di Sulsel sejatinya bisa dimitigasi. Sayangnya, mitigasi bencana alam di Sulsel masih jauh dari harapan.

"Untuk mitigasi sebenarnya kita harus menyadari bahwa upaya mitigasi kita masih belum optimal," kata Ilham ketika dihubungi IDN Times, Rabu (8/5/2014).

1. Bencana bisa diprediksi tapi tidak diketahui waktunya

Pusat Studi Kebencanaan Unhas Kritik Mitigasi Bencana di SulselKepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas, Ilham Alimuddin saat meninjau lokasi banjir di Luwu/Istimewa

Ilham menjelaskan bencana alam merupakan fenomena yang sebenarnya dapat diprediksi. Hanya saja, manusia tidak mengetahui pasti kapan waktu terjadinya. Demikian juga dengan bencana banjir dan longsor di Sulsel ini.

Dalam kasus banjir dan longsor, mekanisme kejadian bencana dapat diprediksi dari tanda-tanda seperti meningkatnya curah hujan. Secara logika, curah hujan tinggi tentu akan menghasilkan banyak air. Bukan tidak mungkin banjir akan segera terjadi.

Kondisi itu, diperparah dengan saluran drainase yang mampet. Bisa jadi karena adanya sedimentasi yang terjadi seiring berjalannya waktu dan mengakibatkan pendangkalan.

"Itu kan numpuk sehingga salurannya jadi dangkal. Kalau dulunya bisa menampung air seluruhnya sekarang air setengahnya saja sudah lewat. Akhirnya melimpah. Itu secara mekanisme konsep dari terjadinya banjir," kata Ilham.

2. Tiga periode bencana semua bisa dimitigasi

Pusat Studi Kebencanaan Unhas Kritik Mitigasi Bencana di SulselKepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas, Ilham Alimuddin saat meninjau lokasi banjir di Luwu/Istimewa

Ilham pun menjelaskan ada tiga tahapan dalam proses terjadinya bencana. Pertama, sebelum terjadi bencana. Kedua, saat tanggap darurat. Ketiga, pasca kejadian bencana.

Semua periode tersebut, kata Ilham, bisa dimitigasi. Mitigasi sendiri berarti pengurangan risiko bencana. Kondisi ini dapat diprediksi dengan mengacu pada dokumen kajian risiko bencana di setiap kabupaten dan kota.

"Ada berapa kabupaten memang yang belum memutakhirkan peta-peta kajian risiko bencananya. Sudah pernah ada tapi belum dimutakhirkan daerah mana yang sudah dulunya tidak rawan tapi karena seiring perjalanan waktu menjadi rawan karena dulunya tutupan lahannya bagus, sekarang sudah dibuka," kata Ilham.

Kondisi itu pun akhirnya menjadi rentan. Ada ancaman bahaya di sana. Namun sayangnya, implementasi dan edukasi ke masyarakat belum optimal. Padahal itu adalah upaya dari mitigasi.

"Ada tapi belum maksimal. Bagaimana mengedukasi masyarakat untuk tidak membuka lahan di daerah-daerah rawan atau membuka pemukiman yang harusnya menjadi daerah resapan," kata Ilham.

3. Pemerintah harus memaksimalkan penanganan bencana

Pusat Studi Kebencanaan Unhas Kritik Mitigasi Bencana di SulselBanjir di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (3/5/2024)/BPBD Sidrap

Maka dari itu, Ilham menegaskan pemerintah tentu masih harus mengevakuasi korban selama masa tanggap darurat. Pemerintah harus membuat para korban merasa lebih nyaman dan terlindungi.

Untuk hal ini, Ilham bersyukur karena pemerintah telah berupaya maksimal menyalurkan bantuan dan mengevakuasi warga meskipun medannya sulit. Sulitnya medan yang terputus mengakibatkan bantuan harus didistribusikan melalui udara.

Saat diwawancarai, Ilham sedang berada di Bandara Palopo. Dia tengah bersiap mendampingi tim BNPB menuju lokasi terisolasi dengan menggunakan helikopter. Hingga kini, distribusi bantuan dan evakuasi warga terus berlangsung.

"Alhamdulillah kami pemantauan di lapangan sudah dilakukan dengan upaya maksimal bagaimana korban dibantu. Kemudian kita salurkan bantuan-bantuan," kata Ilham.

Kemudian, BNPB telah mengucurkan dana siap pakai sebesar Rp2,5 miliar untuk bencana banjir dan longsor di Sulsel. Hal lainnya yang dilaksanakan pemerintah yakni koordinasi untuk penyaluran bantuan, pembuatan hunian sementara atau daerah pengungsian untuk masyarakat terdampak, baik itu kesehatan maupun logistik.

Meski begitu, upaya-upaya tersebut tetap harus dimaksimalkan. Dengan begitu, tidak ada korban yang tidak terakses atau terlayani. Kekhawatiran ini karena banyak kejadian bencana di mana masyarakat tidak terdistribusi bantuan secara merata.

"Jadi perlu sekali management pasca bencana yang lebih bagus. Jadi itu yang kami harapkan bisa dilakukan pemerintah daerah," kata Ilham.

Baca Juga: Banjir dan Longsor di Sulsel Akibat Alih Fungsi Lahan dan Tambang

4. Pemprov akui kondisi alam Sulsel rentan bencana

Pusat Studi Kebencanaan Unhas Kritik Mitigasi Bencana di SulselPj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin bertindak sebagai Pembina Upacara pada upacara bendera peringatan Hari Kesadaran Nasional (HKN), di Kantor Gubernur Sulsel, Rabu (17/4/2024). (Dok. Humas Pemprov Sulsel)

Pj Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin menyebut peristiwa banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah tak terlepas dari kondisi alam dan lahan yang kritis. Hal tersebut bisa mengancam kehidupan masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan Bahtiar saat konferensi pers di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Rabu (8/5/2024). Dia mengakui bahwa banjir yang terjadi di tujuh kabupaten karena kerusakan alam.

"Masalah lingkungan itu sejak tahun lalu, saya sudah bilang Sulsel ini mungkin dua per tiga keadaan alamnya, lahannya itu sudah kritis dan bahkan sangat kritis," kata Bahtiar.

Baca Juga: 16 Desa di Luwu Sulsel Masih Terisolasi usai Banjir dan Longsor

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya