[EKSKLUSIF] Ilhamsyah Mattalatta Ungkap Masalah Mattoanging: Beringas!

Gubernur Sulsel harus tanggung jawab bangun lagi Mattoanging

Makassar, IDN Times -

 “Kalau soal penguasaan lahan, kan, sisa diatur saja baik-baik tanpa harus menghancurkan. Tapi kenyataannya sangat beringas. Yang bahkan untuk membangun kembali sampai hari ini tidak tahu mau dari mana."

Andi Ilhamsyah Mattalatta melontarkan kalimat itu dengan suara bergetar, saat IDN Times diundang wawancara khusus terkait polemik pembangunan kembali Stadion Mattoanging Andi Mattalatta, di rumah pribadinya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 23 September 2022.

*

Rabu, 21 Oktober 2020, tepat dua tahun lalu, hari pertama pembongkaran stadion. Proses awal dari rencana revitalisasi besar-besaran ini ditandai dengan satu ayunan lengan ekskavator di tangga masuk gerbang Tribun VIP Utara, yang dikendarai langsung Nurdin Abdullah, Gubernur Sulsel kala itu. Mattoanging direncanakan untuk direhabilitasi menuju stadion berstandar FIFA.

Pemerintah Provinsi Sulsel sesumbar pengerjaan fisik Stadion Mattoanging Makassar selesai tahun 2022 dengan masa pengerjaan paling lama 18 bulan. Namun hingga hari ini, stadion Mattoanging tak kunjung dibangun kembali. Kondisinya bahkan kian memprihatinkan. Lokasi eks stadion kini ditumbuhi ilalang. Yang paling ironis ialah munculnya kubangan bekas galian liar yang menelan tiga korban jiwa.

Nasib pembangunan kembali stadion yang tidak jelas juntrungannya, membawa luka mendalam bagi keluarga besar Andi Mattalatta, tokoh olahraga Sulsel yang membangun stadion itu dengan uang pribadi.

Berikut wawancara eksklusif IDN Times dengan Andi Ilhamsyah Mattalatta, ahli waris Andi Mattalatta, yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS).

[EKSKLUSIF] Ilhamsyah Mattalatta Ungkap Masalah Mattoanging: Beringas!Andi Ilhamsyah Mattalatta, ahli waris keluarga Andi Mattalatta. IDN Times/Ashrawi Muin

Apa peran Andi Mattalatta dalam dunia olahraga Sulawesi Selatan?

Ada manusia yang begitu kepada olahraga, yang akhirnya berpikir bagaimana menciptakan sebuah tempat keolahragaan di Sulsel. Karena beliau selalu berprinsip bahwa pembangunan bangsa adalah pembangunan manusia seutuhnya. Dan pembangunan manusia dengan apa? Dengan olahraga. Bangun fisiknya, bangun rohaninya. Dan cara yang paling cepat untuk membangun fisik manusia adalah olahraga, mental juga. Jadi itu prinsip almarhum. Satu kelebihannya adalah almarhum adalah salah satu tokoh olahraga di Indonesia. Saya mungkin terdengar berlebihan. Tapi penggarap biografi almarhum, Mirdan Miding, almarhum betul-betul olahragawan. Saya sering olahraga, tapi saya masih kalah dengan beliau.

Beliau juga membangun fasilitas. Ski air contohnya. Dia nonton film ‘Easy to Love’, bertema ski air di Semarang pada 1950-an sambil menunggu ketemu Gatot Soebroto. Yang terbayang di benak beliau adalah olahraga inilah yang dibutuhkan untuk memotivasi bangsa Indonesia untuk mau ke laut. Kenapa? Ketika mendapat mandat dari Panglima Besar Soedirman untuk membentuk tentara di Sulawesi, dan saat itu mayoritas masih berada di Pulau Jawa. Ratusan mendaftar, tapi saat bersiap di Situbondo untuk pemberangkatan pada Januari. Tapi, saat hendak berangkat, ternyata banyak yang mundur karena melihat kondisi laut. Nah itu salah satu pemikiran beliau, Indonesia adalah negara maritim dan tentu saja tak masuk akal jika tak tahu berenang. Jadi salah satu misi saya mempertahankan POPSA itu adalah untuk mempertahankan olahraga perairan. Sekarang ini kita kampanyekan agar lebih banyak orang yang mau ke laut.

Ada juga pengalaman mendasar. Saat bertugas di Seram untuk operasi RMS, banyak anak buahnya yang mati karena tidak tahu berenang. Karena pantai di Ambon tidak sama dengan di sini yang landai. Jadi ketika kapal mendarat, banyak yang tenggelam. Ia terpikir inilah yang cocok, bagaimana olahraga perairan membuat masyarakat suka ke laut. Dia juga berkeras dengan sikapnya.

Bagaimana sejarah pembangunan Stadion Mattoanging?

Stadion ini dibangun untuk PON IV yang dilaksanakan untuk menarik pemuda Sulsel masuk ke kota. Karena waktu itu, mereka yang berada di wilayah di luar Makassar, dihadapkan dua pilihan takut tinggalkan daerahnya atau gabung dengan Kahar (Abdul Kahar Muzakkar, pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi). Nah, strateginya adalah membawa mereka ke kota karena ada sebuah hajatan olahraga besar. Ini juga mengingatkan pada Colloseum, sebuah peninggalan peradaban Romawi untuk Gladiator. Orang-orang tentu berpikir kehebatan bangsa Roma. Tahun 1957, di mana ada stadion besar di Indonesia saat itu? Dengan kapasitas 18 ribu orang, termegah saat itu. Kembali ke soal kehebatan bangsa Roma tadi, kenapa kita tidak berpikir kehebatan orang Makassar juga? Yang bisa membangun stadion sebesar itu pada tahun 1957? Orang Roma menjaganya sebagai bukti kejayaan di masa lalu, kita justru malah menghancurkannya, sebuah penanda kemajuan berpikir.

Tahun ’57, belum ada yang sekelas Mattoanging di Indonesia. GBK baru 1962. Sriwedari, di PON pertama, masih sangat sederhana dengan satu tribun duduk. Stadion IKADA juga kecil sekali.

Jadi itu yang saya katakan bahwa kita ini tak memikirkan ada sesuatu yang harus dilihat di baliknya. Mau membangun? Oke, tapi jangan sampai merusak sesuatu yang punya arti sejarah yang begitu besar. Sekarang apa penanda bahwa kita pernah memiliki stadion terbesar? Tidak ada, kan? Ini yang tak pernah terekspos keluar, cuma tentang bagaimana pemerintah menguasai sebuah kawasan.

[EKSKLUSIF] Ilhamsyah Mattalatta Ungkap Masalah Mattoanging: Beringas!Papan bicara di salah satu sudut GOR Mattoanging, yang sedang dalam kisruh pengelolaan. IDN Times/Sahrul Ramadan

Tentang polemik kepemilikan lahan eks Stadion Mattoanging, bagaimana pendapat Anda?

Kalau soal penguasaan lahan, kan, sisa diatur saja baik-baik tanpa harus menghancurkan. Tapi kenyataannya sangat beringas. Yang bahkan untuk membangun kembali sampai hari ini tidak tahu mau dari mana. Ini yang sebenarnya yang mendasar dari stadion ini. Bukan tentang bagaimana pemerintah menguasai asset daerah. Itu juga tak pernah kami persoalkan.

Saat pertama kali bertemu Nurdin Abdullah empat mata di kantornya, dia ngomong ingin merenovasi stadion. Saya jawab ‘Please, dengan senang hati.’

Waktu itu dia juga mengutarakan bahwa ini adalah tindakan untuk membantu PSM. Saya jawab, ‘Pak Gub, Pemprov tidak bisa membantu PSM karena PSM sudah milik perseroan jadi Pemprov tak bisa memfasilitasi lagi dengan stadion yang nilainya begitu mahal.’ Bayangkan kalau tiba-tiba muncul klub sepak bola lain yang punya prestasi yang sama dengan PSM di Sulsel dan meminta fasilitas yang sama yakni stadion. Mau bagaimana. Mau renovasi? Silakan. Saya juga meminta agar YOSS diperhatikan sebagai pengelola. Saya ngotot YOSS harus mengelola karena kita punya pengalaman buruk di masa lalu dengan pemerintah terkait pemeliharaan stadion. Mattoanging pernah dikelola pemerintah di era 1959 sampai 1960-an.

Tapi waktu itu hampir tidak ada alokasi dana untuk memelihara fasilitas olahraga. Akhirnya pada tahun 78 atau 79, baru dipikirkan ini harus dikelola oleh sebuah yayasan yang serius mengurus. Dan kemudian terbentuklah YOSS tahun 1982. Jadi saya bilang ke Pak Gub soal pengalaman kami di masa lalu. Dia mungkin peduli di masa lima tahun, tapi apakah akan sama dengan gubernur yang baru? Ini kenyataan yang tak bisa kita pungkiri. Stadion fasilitas untuk PON faktanya kan tak terurus kan? Palaran di Kaltim, Stadion Utama Riau. Tanpa anggaran yang cukup, itu tak mungkin. Jadi saya bilang tetap libatkan YOSS, jangan disingkirkan saja. Tapi kenyataannya malah terbalik.

Dia cuma bilang oke, sampai ketika kami mau digusur begitu saja. Sampai sebelum terjadi pembongkaran itu, ada kesepakatan bersama yang kita tandatangani. Ada tiga poin; penghentian polemik soal stadion, bekerja sama dalam setiap proses pembangunan, serta pembicaraan yang dilanjutkan. Kita menandatangani ini di depan seluruh anggota DPR Sulsel dan Ketua KPK.

Tapi beberapa minggu kemudian, saya ditelpon ajudannya yang meminta saya datang ke stadion untuk groundbreaking. Begitu saya datang, ternyata sudah ada dua ekskavator yang disiapkan. Dan NA pun mengendarai salah satunya.

Peran penting Andi Mattalatta di proses pembangunan Mattoanging

Terlalu besar. Karena hanya hanya bermodal kemauan dan niat baik, dan dasar pemikiran tadi, bisa dibangun. Uangnya dari mana? Negara tidak ada uang. Dana dari uang pribadinya. Untuk memberi makan tentara yang bekerja, karena posisinya sebagai Panglima membuatnya bisa mengerahkan mereka. Bekerja siang-malam selama 9 bulan sampai stadion selesai. Bisa bayangkan itu? Peralatan masih sederhana, material juga.

Satu persoalannya adalah beliau memang orang yang berjuang tanpa pamrih untuk kepentingan masyarakat. Jadi tidak pernah terpikir tentang surat-surat, karena ini adalah kepentingan daerah.

Karena andil besar, mungkin luput berpikir kepemilikan?

Saya pun sebagai satu-satunya anak laki-laki (Andi Mattalatta) mengatakan pada saya, dua-tiga minggu sebelum meninggal, ‘Ingat ya, kamu bukan pemilik stadion. Ini milik rakyat. Kamu mengelola, menjaga dan memeilihara.’

Itulah gunanya YOSS. Beberapa kali ada anggota DPR berkunjung dan bertanya siapa pemilik stadion. Saya jawab ini milik rakyat Sulsel. Tapi kalau berbicara tentang pemiliknya adalah Andi Mattalatta. Telusuri saja arsip-arsip negara yang ada yang mengatakan ada uang pribadi yang didrop untuk pembangunannya. Di zaman Gubernur Amin Syam, ada tim BPK berkunjung dan bertanya hal sama ke saya dan pengurus YOSS. Telusuri saja apakah ada bukti-bukti konkrit bahwa ini milik pemerintah. Mereka jawab tidak ada. Dan saya adalah pewaris hal-hal susahnya saja. Ngurus stadion itu tidak gampang. Ampun-ampunan, sebagian penghasilan saya bahkan saya keluarkan untuk nombok pemeliharaan. Jadi, ini saya diwariskan hal-hal yang bikin saya pusing. Orang mungkin bilang saya hebat karena saya punya stadion. Memangnya saya bisa bikin apa dengan stadion? Satu celakanya saya, mungkin karena dibesarkan dengan olahraga, saya tekankan ke pengurus YOSS kita harus berupaya memberi pelayanan sebaik-baiknya pada PSM. Prinsipnya, pertandingan akan enak ditonton jika lapangan bagus. Saya pernah jadi CEO PSM sebelum Rully Habibie. Wim Rijsbergen pernah bilang ke saya kalau Mattoanging memang tua, tapi rumputnya salah satu yang terbaik di Indonesia. Nah ini yang bikin celaka. Rumput ini barang bernyawa, harus dipelihara, dicukur, disiram. Dari mana biaya air? PDAM dari mana? Itu semua yang bikin pusing saya. (tertawa)

Kalau mau diringkaskan dengan sederhana, tidak ada bulu-bulunya pemerintah di stadion ini. Itu yang dikatakan almarhum Andi Muallim (Sekda Pemprov Sulsel di akhir masa jabatan Amin Syam).

Bahwa dari kejadian-kejadian tadi saya ceritakan ke NA (Nurdin Abdullah). Dia mengatakan kepada banyak orang bahwa kami masih bertalian saudara. Tapi ternyata sebaliknya. Dan dua pekan kemudian kita diserbu dengan ekskavator.

Baca Juga: Merunut Sejarah Stadion Mattoanging hingga Dikelola oleh YOSS

Sertifikat Pemprov jadi dasar hukum, bagaimana ceritanya?

Tahun 1990, itu pemerintah merencanakan membangun Kawasan Olahraga Sudiang (KOS). Mungkin perencanaannya sudah, dan Gubernur Amiruddin melakukannya perlahan-lahan sebelum mengutus Ketua DPRD Sulsel menghadap bapak. Mereka datang meminta restu dan kesediaan untuk menjadi Ketua Panitia Pembangunan KOS. Ayah saya bilang, ‘Nak, ko tau toh kalau bicara olaharaga saya tak pernah tawar-tawar? Silakan saja. Saya dengan senang hati pasti saya bantu. Tapi pertanyaan saya, darimana ko punya uang untuk bangun stadion. Saya tahu kemampuan Pemprov dan stadion itu miliaran. Paling banyak kemampuan satu tahun cuma 400 juta.’ Nah, mereka mengusulkan tukar guling, Mattoanging dijual untuk KOS. Ayah saya bilang oke, tapi KOS harus dibangun dulu. Karena di mana anak-anak (atlet PON 1993) mau latihan? Prosesnya alot, hingga waktu itu ramai dan massa bahkan sampai turun ke jalan. Tapi saat itu banyak yang berpihak ke Andi Mattalatta.

Tapi cerita ini sampai ke Cendana. Bung Gafur (Menpora) diutus untuk melakukan verifikasi. Saat itu Mattoanging disebut tak layak lagi. Mereka justru menemukan hal sebaliknya. Tapi masih gonjang-ganjing. Akhirnya, katanya menurut cerita yang saya dapat, Pak Try Soetrisno Wapres diminta turun langsung menangani karena Andi Mattalatta disebut tidak pernah macam-macam, berarti ini masalah besar. Akhirnya Try langsung datang, dan dia juga menyebut kondisi stadion masih bagus. Akhirnya, Amiruddin langsung diberhentikan meski masa jabatannya masih ada 8 bulan.

Ada beberapa masa di mana Pemprov berpolemik dengan YOSS pada 1990-91 dan 2019-20. Apa ada selain itu?

Tidak ada. Karena selama itu Pemrpov tak berpikiran apa-apa, tendensi mencari uang, dan segala macam. Dan juga pemerintah tak pernah memberi apa-apa ke YOSS? Tidak ada lagi tindakan pemerintah selain itu. Kebetulan waktu itu semua rata-rata perwira purnawirawan yang pernah ikut berjuang dan jadi bawahan langsung Andi Mattalatta.

Ada upaya penerbitan sertifikat yang tidak sesuai prosedur.

Rupanya waktu itu sudah ada sertifikat yang diterbitkan diam-diam. Dari sisi itu banyak kesalahan di proses penerbitan. Yang paling sederhana, bagaimana sebuah sertifikat diterbitkan atas nama Pemprov, tapi penguasaan bukan Pemprov? Ada 21 poin kelemahan penerbitan sertifikat. Seharusnya siapa yang menguasai obyek yang harusnya menerbitkan sertifikat. Ibarat kamu punya rumah dan tanah selama sekian tahun, tapi justru orang lain yang menerbitkan sertifikatnya, atas namanya pula.

Di aturan adalah 30 tahun penguasaan.

Ada banyak sekali masalahnya. Termasuk menandatangani kewenangan penerbitan sertifikat. Ada hitungannya dan peraturannya, kan? Itu kalau bicara stadionnya. Kalau ada yang mau mempertanyakan kalau YOSS tidak bikin apa-apa selama ini. Ya mau menghidupkan lampu saja kita susah. Melakukan kerja sama dengan investor, tidak ada hitam di atas putih tapi kita secara de facto menguasai lahan.

Karena memang di zaman itu tidak berpikir untuk menguasai. Dan diwakafkan itu secara lisan, dihibahkan untuk masyarakat Sulawesi Selatan, bukan secara tertulis. Ternyata setelah berpolemik, ternyata warisan harus tertulis. Karena almarhum tidak berpikir ke sana.

Apakah pihak keluarga kini berpikir untuk menerbitkan sertifikat?

Dulu tidak. Tapi setelah polemik ini, kita terpaksa secara bersama-sama dengan bersaudara harus menyatakan kita adalah pewaris dan pemilik. Sudah ada usahanya pada 1987 yakni surat ukur yang sudah dibuat. Tapi surat ukur tersebut jadi dasar sertifikat, tapi tetap ada kelemahan di situ.

Tahun berapa perubahan nama Mattoanging ke Andi Mattalatta?

Tahun 2006, atas usulan Amin Syam ke Kementerian. Padahal kami sama sekali tidak mengusulkan, loh.

Bagaimana hubungan dengan NA sekarang?

Tidak ada setelah ditangkap. Sebelum ditangkap, terakhir kali saat pembongkaran. Ground breaking ini menurut saya juga mengada-ada. Bagaimana mau membangun stadion kalau anggarannya belum ada, desain belum jelas tapi langsung dibongkar. Harusnya kan seperti itu dulu baru pelelangan?

Menurut Anda kenapa?

Ambisinya saja untuk memperlihatkan kekuasaannya sebagai gubernur. Arogansi.

Logika sederhananya saja, ya. Sebelum membongkar dan membangun ulang, harus jelas dulu segala-galanya kan? Kalau sudah direncanakan dengan baik, harusnya tetap jalan dong? Nah kenyataannya tidak seperti itu. Pernah kita ribut-ribut dan kami dipertemukan di Jakarta dengan NA, Andi Ina (Ketua DPRD Sulsel dan Selle (Anggota DPRD Sulsel). Di situ ada satu hal lagi. NA mengatakan ingin meningkatkan anggarannya jadi Rp1,4 triliun. Saya menjawab, ‘Sebentar, pak. Anggarannya dari mana? Dan berapa tahun? Sebab setahu saya anggaran yang disetujui hanya Rp200 miliar.’ Berarti ini adalah proyek multi years. Saya juga tanya apakah dia masih menjabat 2024, dia tidak bisa menjawab. Pertemuan di Jakarta ini sebelum kami bertemu lagi di Rumah Jabatan.

Lantas bagaiamana persoalan gugatan YOSS terhadap Pemprov Sulsel?

Kami menggugat yang pertama itu masalah kepemilikan. Itu keputusan NO (Niet Ontvankelijke Verklaard). Kami menggugat ulang karena kami masih punya peluang. Setelah menggugat ulang, kami menggugat pembongkaran karena tidak sesuai dengan PTUN. Mungkin di satu sisi mereka tidak berani memberikan keputusan yang mana, yang mana berhak lah. Makanya diambillah jalan tengahnya. Kami masih banding, dan sudah masuk.

Baca Juga: [KALEIDOSKOP] Sengkarut Nasib Stadion Mattoanging Berakhir di 2020

[EKSKLUSIF] Ilhamsyah Mattalatta Ungkap Masalah Mattoanging: Beringas!Penandatanganan penyerahan Stadion Mattoanging di Rujab Gubernur Sulsel, Senin (2/3). IDN Times/Asrhawi Muin

Dari pihak keluarga sendiri, apa ada solusi mengakhiri polemik?

Kita cuma ingin (berperan) pengelola karena ini amanah almarhum. Selama ini tidak ada pemikiran kami untuk memiliki stadion. Tapi karena polemik ini, kami harus menggugat dan harus memiliki legal standing. Makanya kita gugat kepemilikannya. Tapi sekali lagi, tidak ada niatan untuk memiliki sepenuhnya.

Pada mediasi, yang kami mau ada dua. YOSS tetap jadi pengelola, dan Andi Mattalatta tetap jadi nama. Dua-duanya ditolak oleh Pemprov. Padahal ini ada keputusan resminya.

Jika ini terjadi, saya akan ke Jakarta untuk bertemu Presiden dan mengembalikan semua tanda jasanya. Semuanya percuma.

Seperti apa posisi stadion dan kawasan ini bagi olahraga Sulsel? Seberapa penting?

Sebagai seorang olahragawan, stadion itu harus ada. Dan kalau berbicara Mattoanging, ini sudah memberi sumbangsih yang begitu besar. Tak cuma sepak bola, tapi juga semua cabang olahraga. Mereka para atlet jelas butuh tempat latihan. Itu yang terjadi sejak Pak Andi Mattalatta memimpin KONI pada 1981, karena semuanya TC di kompleks stadion.

Pemprov mengatakan memang masih ada gugatan, apa ini penyebab gagal tender beberapa kali?

Secara simpel, pengusaha tentu berpikir jangan sampai ada apa-apa di tengah jalan. Kehati-hatian, semua harus berpikir dua-tiga kali. Harus ada keputusan hukumnya dulu. Itu satu. Yang kedua, kepastian tentang anggaran. Sebelum membangun pasti harus jelas, dong? Semua logika sederhana saja. Menyesuaikan anggaran kan tidak gampang. Perlu kajian dan perhitungan untuk bisa mencocokkan anggaran dengan bangunan itu sendiri. Kira-kira seperti itu.

Kalau ada satu hal yang ingin dikatakan ke Pemprov, termasuk NA, apa itu?

Harusnya dia bertanggung jawab kepada pembongkaran itu. Urusan pertanggungjawabannya itu lain lagi. Kenapa dibongkar saat anggaran dan desain belum jelas? Saya kecewa dengan segala tindakan dan perlakuannya kepada kami.

Saya pernah terpikir untuk (menyetujui rencana) renovasi karena keluhannya selalu tentang kapasitas stadion. Saya pernah bilang ke Aco (Ilham Arief Sirajuddin, eks Wali Kota Makasssar), renovasi tidak susah. Tapi untuk mengatasi membludaknya penonton karena pertandingan yang seru, maka solusinya adalah jual tiketnya lebih mahal. Agar penonton bisa “terseleksi.” Kalau tidak ya tentu saja penambahannya. Kami pernah terpikir bahwa tribun timur bisa ditingkatkan.

*

Pembangunan kembali Stadion Mattoanging Andi Mattalatta Makassar, menjadi sorotan banyak pihak. Desakan kepada Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, datang dari berbagai pihak, antara lain pencinta sepak bola, DPRD Sulsel, hingga Menteri Pemuda dan Olahraga. Namun, sejak stadion dirobohkan, lelang proyek pengerjaan selalu menemukan jalan buntu. 

Sudirman Sulaiman pada beberapa kesempatan selalu berjanji untuk memulai pembangunan, namun nihil. Tidak ada langkah nyata. Dalam agenda rapat paripurna jawaban gubernur atas pemandangan umum fraksi terhadap Ranperda tentang perubahan APBD TA 2022 di gedung DPRD Sulsel, Rabu, 21 September lalu, Sekretaris Daerah (Sekda) Sulsel, Abdul Hayat Gani, yang hadir membacakan jawab gubernur mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk tetap melanjutkan proyek Stadion Mattoanging. Hanya saja, mereka sangat berhati-hati mengingat ada proses hukum.

"Kami akan berusaha sepenuhnya untuk menghadirkan stadion yang merupakan keinginan masyarakat Sulsel. Kami masih mengedepankan kehati-hatian di mana ada gugatan hukum," kata Hayat.

[EKSKLUSIF] Ilhamsyah Mattalatta Ungkap Masalah Mattoanging: Beringas!Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah memimpin langsung pembongkaran bangunan Stadion Mattoanging, Rabu (21/10/2020). Humas Pemprov Sulsel

Baca Juga: Siapa Andi Ilhamsyah Mattalatta, Ketua Dewan Pembina YOSS?

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya