Banjir Belum Surut, 8.863 Hektare Sawah di Sulsel Masih Terendam

Menanam kembali harus menunggu cuaca kondusif

Intinya Sih...

  • Banjir di Sulawesi Selatan masih menyisakan ribuan hektar lahan pertanian terendam, memengaruhi produksi padi dan jagung
  • Kondisi sawah yang terendam sudah hampir panen mengakibatkan perlunya penanaman kembali, tetapi harus menunggu cuaca kondusif
  • Estimasi kerugian petani mencapai Rp26 juta untuk budidaya padi dan Rp77 juta untuk kehilangan produksi, sementara pemerintah siapkan bantuan benih untuk penanaman kembali

Makassar, IDN Times - Banjir yang melanda sebagian wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sejak Jumat 3 Mei 2024 dilaporkan belum sepenuhnya surut. Hingga Selasa (7/5/2024), ribuan hektare lahan pertanian pun tak luput dari dampak banjir dan masih terendam bahkan sudah ada yang gagal panen atau puso.

Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, Hortikulura, dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, setidaknya ada 8.863 hektar sawah terdampak banjir. Lahan itu tersebar di 8 kabupaten yakni Pinrang, Sidrap, Soppeng, Wajo, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Sinjai. Kemudian sebanyak 2.350 hektar sawah puso. Selain itu, ada 910 hektar sawah yang telah surut.

"Kalau kita melihat ini kan sampai data kemarin, untuk padi itu kan ada 8.863 hektar yang masih terendam. Posisinya itu untuk puso 2.350 hektar. Artinya kalau puso itu jelas, sudah tidak bisa diapa-apai lagi," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikulura, dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Imran Jausi, saat diwawancarai IDN Times, Jumat (10/5/2024).

1. Mengganggu produksi padi

Banjir Belum Surut, 8.863 Hektare Sawah di Sulsel Masih TerendamBanjir di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (3/5/2024)/BPBD Sidrap

Imran mengakui kondisi itu otomatis mengganggu produksi padi. Terlebih lagi sawah yang terendam itu rata-rata umurnya sudah hampir panen. Dengan kondisi itu, kata Imran, perlu penanaman kembali.

"Umur per tanamannya hari setelah tanam (HST) itu, ada yang sudah 85 hari, ada yang malah sudah hampir panen, ada yang sudah panen. Ini kan otomatis mempengaruhi produksi padi," kata Imran.

2. Menanam kembali harus menunggu cuaca kondusif

Banjir Belum Surut, 8.863 Hektare Sawah di Sulsel Masih TerendamBanjir di Desa Awo Kecamatan Keera Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (3/5/2024)/Istimewa

Menanam kembali pun harus butuh kesabaran. Umumnya, menanam padi membutuhkan waktu tanam sekitar 3-4 bulan tergantung varietasnya. Jika menanam dari sekarang, maka kemungkinan panen di bulan Agustus atau September 2024.

"Bayangkan itu menanam ulang lagi. Tentunya tidak boleh sembarang. Jangan sampai kita menanam tiba-tiba datang lagi banjir. Makanya lihat dulu kondisi. Kita butuh data-data BMKG. Kalau dianggap sudah kondusif, kita bisa menanam kembali dengan asumsi benihnya sudah ada," kata Imran.

3. Kerugian mencapai puluhan juta

Banjir Belum Surut, 8.863 Hektare Sawah di Sulsel Masih Terendambanjir di Kabupaten Luwu (dok.bnpb.go.id/BNPB)

Selain sawah, banjir juga berdampak pada lahan pertanian lainnya. Masih bersumber pada data yang sama, sebanyak 3.685 hektar lahan jagung juga masih terendam, 4 hektar puso dan 782 hektar surut. Lahan jagung ini tersebar di 6 kabupaten yakni Pinrang, Soppeng, Wajo, Luwu, Luwu Utara dan Bulukumba.

Lalu ada lahan cabai seluas 60 hektar yang masih terendam. Lahan cabai ini berada di Kabupaten Wajo, tepatnya di Kecamatan Tanasitolo dan Belawa.

Estimasi kerugian yang dialami petani akibat bencana tersebut yaitu Rp26 juta untuk kerugian budidaya padi berdasarkan sistem tanam yaitu Rp16 juta untuk tanam pindah dan Rp10 juta untuk tanam benih langsung. Kemudian, Rp77 juta untuk kehilangan produksi yang dikalkulasi berdasarkan luas puso, provitas dan harga gabah.

Baca Juga: Banjir di Sidrap: Satu Korban Meninggal, Dua Rumah Hanyut Terseret Air

4. Pemerintah upayakan bantuan benih

Banjir Belum Surut, 8.863 Hektare Sawah di Sulsel Masih Terendambanjir di Kabupaten Luwu (dok.bnpb.go.id/BNPB)

Untuk penanaman kembali, Imran menyatakan pihaknya menyiapkan cadangan benih. Selain itu, pihaknya juga mengupayakan bantuan cadangan benih dari Kementerian Pertanian dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Bantuan benih itu setidaknya akan meringankan beban para petani. Lagipula untuk menanam kembali juga butuh biaya tambahan seperti pupuk dan tenaga kerja.

"Kita bantu dengan benih. Sekiranya kita lagi mencari bantuan dari pusat. Ada yang bantu nanti untuk biaya produksi boleh. Tapi kita tidak ingin memastikan karena yang namanya bencana pasti tugas pemerintah provinsi bagaimana mencarikan bantuan kepada masyarakat," kata Imran.

Baca Juga: Jenguk Korban Bencana di Luwu, Mensos Janjikan Bantuan Sosial

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya