[WANSUS] Akmal Melawan Krisis Sampah Plastik dengan Rappo

Setiap bulan mengumpulkan enam ribu lembar kantong sampah

Persoalan sampah plastik menjadi salah satu isu utama pencemaran lingkungan, tak terkecuali di Makassar. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2023 timbulan sampah di Makassar rata-rata satu ton per hari, dengan jumlah akumulasi 376,7 ton dalam setahun . Plastik jadi salah satu penyumbang sampah terbesar, yaitu 16 persen, di bawah sampah sisa makanan yang mencapai 65 persen.

Data lain dari Making Ocean Plasctic Free menunjukkan, pada 2017 penggunaan kantong plastik di Indonesia mencapai 182,7 miliar lembar per tahun. Bobotnya mencapai 1,2 juta ton, menyumbang setidaknya 40 persen dari total sampah plastik. Ironisnya, diperkirakan 511 ribu ton sampah kantong plastik berakhir ke lautan. Di sisi lain, tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia masih rendah dibandingkan yang dihasilkan.

Kondisi itu mendorong pemuda Makassar, Akmal Idrus untuk bergerak. Melalui unit usaha sosial bernama Rappo Indonesia, pemuda asal Kota Makassar ini mengubah krisis permasalahan sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomi. Kantong sekali pakai alias kresek didaur ulang untuk menghasilkan berbagai model tas dan aksesori unik.

Konsep green business dijalankan seiring upaya pemberdayaan perempuan, dengan melibatkan ibu-ibu di kawasan pesisir dan prasejahtera. Dengan semangat dan inovasi, dia membuktikan bahwa sampah bukan sekadar masalah, melainkan juga peluang untuk berbuat lebih baik.

Berawal di tengah situasi pandemi Covid-19 pada Juni 2020, Akmal mengajak perempuan prasejahtera di kawasan pemukiman nelayan di pesisir Untia, Kecamatan Biringkanaya, Makassar untuk mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah kantong plastik. Plastik diubah menjadi berbagai produk bermanfaat, seperti tas, dompet, dan barang-barang rumah tangga lainnya. Produk yang dinamai Rappo itu kemudian dipasarkan melalui e-commerce, maupun toko yang kini tersedia di Makassar, Surabaya, Bali, dan Jakarta. Memasuki tahun keempat, kini produksi Rappo juga melibatkan perempuan di kawasan prasejahtera di Depok, Jawa Barat.

Nama Rappo diambil dari kata dalam bahasa Bugis-Makassar, yang berarti “buah”. Filosofi buah diyakini menggambarkan semangat dan mimpi besar usaha ini, yakni suatu saat berbuah manis dari segi dampak lingkungan dan masyarakat.

IDN Times berbincang dengan Akmal Idrus pada Selasa (25/6/2024). Dia mengungkap bagaimana upaya Rappo menjalankan bisnis sosial sekaligus memberdayakan perempuan. Berikut petikan wawancaranya:

Baca Juga: Perempuan Berdaya ala Rappo, Menyulap Kresek Menjadi Emas

Bisa dijelaskan apa itu Rappo Indonesia dan bagaimana menjalankannya?

Rappo Indonesia itu usaha sosial. Kita mendaur lang sampah kantong plastik, dan yang buat produknya perempuan prasejahtera.

Sekarang ada di dua lokasi, yaitu di kawasan pesisir Untia Makassar, sama di kawasan prasejahtera Di Depok, Jawa Barat. Jadi kita produk Makassar, tapi sudah ekspansi ke Depok.

Dari mana datangnya ide membuat bisnis ini?

Inspirasi awal dari permasalahan sampah plastik. Kita lahir Juni 2020, waktu pandemik. Di situ kita lihat permasalahan sampah plastik belum banyak diolah. Saya riset, mencari referensi, kira-kira sampah plastik ini bisa diapakan. Akhirnya terpikir membuat produk tas.

Selain itu,Rappo juga bukan cuma masalah sampah plastik. Tapi juga masalah kesenjangan pekerjaan antara perempuan dan laki-laki yang masih jomplang. Jadi di satu sisi sampah bisa diolah, di sisi lain juga bisa memberdayakan perempuan khususnya di kawasan prasejahtera.

Dari mana bahan baku kantong plastik didapatkan?

[WANSUS] Akmal Melawan Krisis Sampah Plastik dengan RappoRappo Indonesia, bisnis sosial yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dalam upaya memerangi masalah sampah plastik. (Dok. Rappo Indonesia)

Bahan bakunya dari kantong plastik yang kita olah pakai teknik pressing, lalu dibentuk sesuai bentuk tas yang mau kita buat. Sampahnya dikumpulkan dari masyarakat, donasi dari warga Makassar, ada juga yang kita beli dari sampah-sampah masyarakat di pesisir.

Ketiga, dari pelaku-pelaku usaha yang menghasilkan sampah plastik. Jadi sudah ada mitra, dan setiap bulan kita bisa mengumpulkan sampai enam ribu lembar kantong plastik.

Ada jenis kantong plastik tertentu yang berpengaruh terhadap kualitas produk?

Untuk bahannya, semua jenis kantong plastik kita daur ulang. Saat ini memang kita focus di kantong plastik, karena ini yang jarang ada mengolah. Kalau plastik seperti botol sudah banyak yang mengolah, padahal kalau dilihat, sampah kantong plastik ini jumlahnya cukup besar juga.

Alatnya memakai mesin jahit seperti pada umumnya, dan ada alat press khusus kita pakai. Pertama, kita kumpulkan sampah plastik lalu dibersihkan. Setelah dibersihkan, kita pakai teknik press untuk dijadikan lembaran plastik. Lembaran itu yang dijahit dan dikombinasikan dengan material lain.

Bagaimana menentukan desain yang estetik agar bisa mudah terjual?

Kita sudah punya tim desainer yang khusus mendesain produk. Karena kita benar-benar konsen ada desain. Kita mau produk-produk ramah lingkungan ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat, bukan kita mau buat produk lalu orang beli karena kasihan karena ini dari daur ulang.

Kita memang benar-benar buat produk yang dibutuhkan dan dipakai oleh masyarakat atau pembeli kita.

Bagaimana produk-produk Rappo dipasarkan?

Kita menjangkau seluruh Indonesia. Store ada di Surabaya, Bali, Jakarta, dn Makassar. Kita juga jual secara online melalui marketplace, barangnya dikirim ari Makassar dan depok.

Permintaan produk ramah lingkungan mostly permintaannya dari Jakarta. Misalnya perusahaan-perusahaan yang butuh merchandise.

Pengirimannya bahkan udah mencapai Vietnam dan Singapura. Beberapa event internasional pakai produk kita sebagai merch, seperti WWF dan NGO internasional lainnya.

Dari segi produksi kita sudah sangat siap untuk melakukan pengiriman. Sekarang memang kita fokus memperluas jangkauan ekspor kita.

[WANSUS] Akmal Melawan Krisis Sampah Plastik dengan RappoRappo mengubah krisis sampah menjadi peluang ekonomi lewat daur ulang kantong plastik menjadi tas bernilai tinggi. (Dok. Rappo Indonesia)

Selain mengatasi masalah sampah plastik, Rappo Indonesia juga berfokus pada penyediaan akses pekerjaan bagi perempuan. Akmal melihat akses itu masih sangat terbatas, terutama di kawasan prasejahtera. Kondisi yang semakin memburuk di pandemi Covid-19, saat banyak orang kehilangan sumber penghasilan.

Rappo mendorong keterlibatan perempuan dalam setiap prosesnya produksinya. Setiap produk yang dihasilkan tidak hanya memberikan nilai tambahan bagi lingkungan, melainkan juga mendorong keberlanjutan ekonomi perempuan. Partisipasi perempuan juga diharapkan dpat meningkatkan kesadaran perempuan soal pentingnya pengelolaan sampah sembari memberikannya keterampilan untuk menciptakan peluang ekonomi baru.

Rappo Indonesia mengelola Rappo Impact Centre sebagai rumah produksi sekaligus pusat pengembangan kapasitas perempuan. Selain jadi pusat produksi daur ulang, ini jadi tempat perempuan dapat belajar dan mengembangkan berbagai keterampilan.

Secara berkala, dengan menggandeng berbagai pihak, Rappo Indonesia memberikan pelatihan tentang cara mengolah sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomi. Para perempuan juga dibekali keterampilan nonteknis, seperti manajemen waktu, komunikasi, dan kewirausahaan.

Seperti apa pemberdayaan perempuan di Rappo Indonesia?

Fokus Rappo bukan cuma mendaur ulang sampah plastik, tapi bagaimana meningkatkan pemberdayaan perempuan. Untuk meningkatkannya, kita lakukan dengan pemberian skill ke ibu-ibu.

Beberapa kali kita kerja sama NGO internasional untuk mengadakan pelatihan untuk perempuan prasejahtera.Bukan cuma menjahit, misalnya,tapi sampai membuat bisnis mereka sendiri.

Apa rencana Rappo ke depan?

Kita ingin bukan hanya mengolah sampah kantong plastik, tapi juga jenis sampah lain. Karena tingkat daur ulang di Indonesia masih berkisar 9-11 persen. itu masih sangat rendah dibandingkan sampah yang dihasilkan.

Kita ingin lebih banyak lagi jenis sampah didaur ulang.

Baca Juga: Kesadaran Bijak Plastik Harus Dimulai sejak Dini

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya