Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur Panjang

Pelonggaran aturan jadi angin segari bagi sektor pariwisata

Makassar, IDN Times - Seorang lelaki menjunjung dua susun papan surfing menuju ke arah pantai. Dia bertelanjang dada, mengenakan celana pendek, dan dengan ransel di bahu. Hari itu, Rabu, 9 Maret 2022, langit Pantai Kuta sedang cerah. Suasana yang pas untuk berselancar menantang ombak.

Surfing merupakan aktivitas yang akrab dengan Pantai Kuta. Di destinasi wisata andalan Kabupaten Badung, Bali itu, sudah jadi hal biasa melihat banyak orang orang meluncur dengan papan di atas air. Seperti halnya melihat turis berjemur di sepanjang pantai.

Tapi itu dulu. Sudah dua tahun lebih sejak pandemik COVID-19 melanda di awal 2020. Sejak itu pula, pemandangan di Pantai Kuta berbanding terbalik. Di awal Maret yang terik, cuma terlihat ada beberapa wisatawan asing yang asyik surfing. Papan yang biasanya disewakan lebih banyak tersandar. Pantai Kuta sepi pengunjung.

"Sekarang turis asing belum ada. Tamu domestik mulai ada sedikit-sedikit ya. Ya, penghasilan cukup untuk memenuhi sehari-hari saja dulu," kata Dewa Yayunk, warga Kuta.

Selama pandemik, dibandingkan wisatawan, lebih banyak orang lokal yang berjualan di pinggir Pantai Kuta. Termasuk Dewa yang membantu istrinya berjualan di sana. Dia berharap pariwisata Bali bisa segera pulih.

Pandemik yang membuat pemerintah terpaksa membatasi aktivitas masyarakat dan memperketat pergerakan, membuat sektor pariwisata tiarap. Kalau pun tempat wisata ada yang buka, jumlah pengunjung jauh menurun dibandingkan biasanya.

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan, di sepanjang tahun 2021 tercatat 1,5 juta lebih kunjungan wisatawan mancanegara. Di tahun 2020, ada sekitar empat juta kunjungan wisman, meski sebagian besar tercatat di tiga bulan pertama sebelum COVID-19 merebak. Di tahun terakhir sebelum pandemik, 2019, jumlahnya lebih dari 16,1 juta kunjungan wisman.

Bagaimana potret pariwisata di nusantara? Berikut ini laporan kolaborasi hyperlocal IDN Times di berbagai daerah.

Baca Juga: Upaya Kominfo Majukan Pariwisata, Perkuat Internet dan Sosialisasi

1. Sektor pariwisata tiarap dua tahun terakhir

Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur PanjangIlustrasi kunjungan wisatawan (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Terpukulnya sektor pariwisata terjadi di mana-mana. Misalnya kawasan wisata edukasi Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) di Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Wisata edukasi yang terkenal sebagai tempat perlindungan satwa gajah ini kehilangan 70 persen pengunjungnya. Bahkan, untuk wisata mancanegara sama sekali tidak ada, pada dua tahun terakhir.

Direktur Barumun Nagari Wildlife Sanctuary, Henry Sukaya Wijaya, mengatakan sulitnya mendapatkan pengunjung juga secara tidak langsung berdampak terhadap kebutuhan pangan gajah. Biaya kunjungan yang bisa digunakan untuk membantu pemenuhan pangan menjadi berkurang. Menurut Henry, gajah harus memenuhi asupan pangan 10 persen dari berat badannya. 

“Jadi untuk berat badan gajah dua ton, makanannya itu normalnya 200 kilogram, sayur dan buah. Di tengah pandemik ini, kami bilang ke pengunjung begini lah situasi kami, semua serba sulit. Kami harapkan dari hasil perkebunan untuk pakan gajah,” ujarnya kepada IDN Times, Jumat (18/3/2022). 

Di lahan BNWS seluas 400 hektare yang dulunya lahan perkebunan sawit pribadi milik orang tua Henry, kini terdapat 15 ekor gajah. Gajah-gajah tersebut berasal dari beberapa pusat pelatihan gajah di provinsi Sumatera Utara. Kini BNWS dikenal sebagai salah satu lokasi wisata edukasi gajah di Sumatra Utara. Secercah harapan muncul ketika kawasan itu ditetapkan sebagai area konservasi. Wisatawan dari luar negeri mulai melirik untuk belajar tentang gajah. 

“Namun sejak adanya pandemik tidak ada pengunjung dari luar negeri,” ujar Henry.

Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur PanjangStatistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dua tahun terakhir. (Dok. Kemenparekraf)

Hal serupa ditemuidi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) yang terletak di Kilometer 23, Karang Joang, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Kawasan wisata edukasi itu terkenal sebagai tempat perlindungan satwa beruang madu. Di masa pandemik, jumlah pengunjungnya disebut menurun sampai 75 persen.

Pembatasan menjadi faktor utama terpangkasnya wisatawan. Di mana berdasarkan arahan pemerintah, semua tempat yang menjadi pusat kerumunan harus mengurangi kapasitasnya untuk menekan penularan COVID-19.

"Karena kami kawasan wisata, kami ikuti surat edaran (PPKM) yang dikeluarkan, tidak buka atau boleh buka tetapi dengan waktu yang ditetapkan," terang Manager KWPLH Uvang Permana.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh KWPLH selama 3 tahun terakhir, kunjungan wisatawan yang sebelum pandemik rata-rata mencapai 50 ribu orang dalam setahun pada 2019. Pada tahun berikutnya hanya mampu menerima 14 ribu orang setahun.

Angka mencolok ditunjukkan Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. Penutupan penerbangan internasional melalui pintu Bandara Sultan Hasanuddin Makassar membuat jumlah kunjungan wisman menurun drastis, bahkan menjadi nihil.

Berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisman di Sulsel pada 2020 hanya 3.573 orang. Angka ini jelas sangat jauh dibandingkan tahun 2019 atau sebelum pandemik COVID-19 yang mencapai 17.771 orang.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulsel mulai berhenti pada April 2020, seiring dengan diterapkannya sejumlah pembatasan dan ditutupnya penerbangan internasional. Di tahun kedua pandemik COVID-19 yaitu pada 2021, sama sekali tidak tercatat adanya kunjungan wisman alias nol. Sampai sekarang pintu penerbangan internasional di Bandara Makassar masih ditutup.

2. Pelonggaran aturan jadi angin segar

Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur PanjangWisatawan berada di kawasan Malioboro, Yogyakarta. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Angin segar berembus di awal Maret ini. Pemerintah menurunkan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai daerah seiring melandainya kasus penyebaran COVID-19. Yang teranyar, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, menghapus persyaratan hasil tes negatif PCR dan antigen bagi pelaku perjalanan domestik. Namun, hal itu berlaku bagi orang yang sudah menerima dosis lengkap vaksin COVID-19.

Aturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 11 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan mulai berlaku pada 8 Maret 2022.

“Ruang lingkup Surat Edaran ini adalah protokol kesehatan terhadap Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) yang menggunakan seluruh moda transportasi di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Ketua Satgas Suharyanto dalam siaran tertulis, Selasa (8/3/2022).

Bagi wisatan asing, pemerintah membebaskan karantina serta Visa on Arrival (VoA) bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), termasuk turis asing. Namun aturan ini baru diuji coba penerapannya di Bali dengan sejumlah persyaratan.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga merevisi aturan terkait pintu masuk wisatawan asing. Lewat SE Nomor 12/2022, Kemenhub menetapkan empat pintu bandara yang dibuka, yakni Soekarno-Hatta di Jakarta, Ngurah Rai di Bali, Hang Nadim Batam, dan Haji Fisabilillah di Tanjung Pinang.

Terlalu dini untuk melihat pengaruh aturan baru tersebut terhadap aktivitas pariwisata. Namun setidaknya berbagai pelonggaran diikuti peningkatan mobilitas masyarakat.

Data Google Mobility Report menunjukkan bahwa pada 14 Maret 2022, tren mobilitas masyarakat di sektor Ritel dan Rekreasi meningkat 6% dibandingkan akhir Januari 2022. Data menunjukkan perubahan kunjungan ke tempat-tempat umum di setiap geografis wilayah. Sedangkan sektor ritel dan rekreasi meliputi tempat-tempat seperti restauran, kafe, pusat perbelanjaan, taman, museum, bioskop, dan sebagainya.

Tren mobilitas untuk kategori Taman juga meningkat 38 persen di periode itu. Kategori ini meliputi kunjungan untuk tempat-tempat seperti taman nasional,
pantai, alun-alun, dan sebagainya.

Usai aturan wajib tes antigen dibebaskan bagi pelaku perjalanan yang sudah menerima vaksinasi dosis kedua, terlihat ada kenaikan penumpang kereta api di stasiun yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Manajer Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Supriyanto mengungkapkan, kenaikan penumpang kereta ini berada di kisaran 20 persen.

Supriyanto mengatakan, berdasarkan data pada Sabtu, 2 Maret 2022 ada 3.528 penumpang yang turun di Stasiun Yogyakarta. Jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya, 5 Maret 2022, hanya ada sebanyak 2.308 penumpang turun.

"(Kenaikan penumpang) dari Jakarta dan Surabaya," terangnya.

Di sisi lain, efek dari penghapusan syarat tersebut belum begitu terasa bagi usaha hotel dan restoran di Kabupaten Sleman. Ketua PHRI Kabupaten Sleman, Joko Paromo mengungkapkan, kemungkinan efek dari penghapusan syarat tersebut baru terasa setelah 3 minggu kemudian. Seba biasanya seseorang perlu perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan.

"Kalau dalam waktu satu minggu belum berpengaruh. Apalagi yang sifatnya grup, orang mau merencanakan wisata harus terplaning. Kalau membatalkan kan hitungannya gampang. Kalau perjalanan biasanya membutuhkan perencanaan minimal tiga minggu sebelum perjalanan," ungkapnya pada Sabtu (12/3/2022).

Joko menjelaskan, saat ini okupansi hotel di Kabupaten Sleman rata-rata di angka 38-40 persen. Ketika muncul penghapusan persyaratan tes COVID-19 bagi pelaku perjalanan, maka diprediksi akan ada kenaikan okupansi 15-20 persen dalam tiga minggu ke depan.

"Prediksi 3 minggu ke depan ada kenaikan, tapi kan puasa, itu juga sangat berpengaruh. Di mana okupansi terendah biasanya ada di bulan puasa," terangnya.

Ketua PHRI Jawa Timur, Dwi Cahyono juga mengungkap bahwa rata-rata okupansi hotel di Jatim mulai naik. Tapi kenaikannya masih merangkak. Sebab, sejak awal tahun tidak menyentuh 50 persen. Selama ini hanya berkisar 35-40 persen.

Dwi mengakui kenaikan ini dampak dari kebijakan pelonggaran yang diputuskan pemerintah. Namun, pihaknya menyayangkan mengenai Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) via Bandara Juanda yang belum maksimal. Pasalnya, hanya dimanfaatkan jemaah umrah saja.

"Ada dampaknya (pelonggaran ini). Tapi untuk PPLN masih belum dibuka, masih umrah saja. Yang dibuka (PPLN) masih Bali," kata dia.

3. Denyut kebangkitan pariwisata mulai berdetak

Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur PanjangWarga melintas di area Pantai Losari saat matahari terbenam di Makassar, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Di tengah pelonggaran perjalanan di Indonesia, maskapai Australia, Jetstar, meluncurkan penjualan tiket penerbangan. Rute internasional dari Perth ke Bali dijual cuma 115 dolar AS atau Rp1,6 jutaan.

Pada 14 Maret 2022, penerbangan perdana dari Australia ke Bali digelar. Pelancong Australia berbondong-bondong ke Pulau Dewata. Ini adalah pertama kalinya turis Australia terbang ke Bali sejak pesawat dilarang terbang pada Maret 2020 karena pandemik.

CEO Jetstar Gareth Evans mengatakan bahwa mereka sangat antusias untuk membawa wisatawan kembali ke Bali. Ia juga mengatakan penjualan tiket untuk hotspot wisata ini sangat tinggi.

“Penjualan Bali kami baru-baru ini mengalami lonjakan pemesanan terbesar yang kami lihat sejak 2016, dan survei terbaru kami secara konsisten menunjukkan bahwa Bali masih menjadi tujuan internasional teratas yang ingin dikunjungi orang-orang,” katanya.

“Kami yakin bahwa Bali akan segera mendapatkan kembali posisinya sebagai tujuan wisata internasional terpopuler kami sekarang setelah perbatasan dibuka,” dia menambahkan.

Gubernur Bali, I Wayan Koster mengatakan , jumlah kedatangan PPLN dan penerbangan ke Bali semakin meningkat. Selain itu, Koster mengklaim tidak ada penambahan kasus positif COVID-19.

Dari jumlah kedatangan PPLN, tercatat hanya 20 orang yang positif COVID-19 dan tanpa gejala. Hingga saat ini, mereka dinyatakan sudah sembuh dan tersisa hanya 7 orang yang melakukan isolasi di hotel.

“Saya mendapat laporan memang masyarakat di luar negeri itu menyampaikan responsnya bahwa Bali ini luar biasa. Sangat cepat dalam melakukan kebijakan tanpa karantina dan Visa on Arrival. Mereka itu hampir tidak yakin bahwa berlaku kebijakan seperti itu,” jelasnya.

Kebijakan VoA diterapkan untuk 23 negara, termasuk Australia. Namun Pemerintah Provinsi Bali kembali mengajukan 16 negara dengan perkiraan 5 sampai 6 negara yang akan disetujui oleh Pemerintah Pusat.

Geliat kebangkitan pariwisata juga mulai terasa di Bantul, Yogyakarta. Aktivitas di objek wisata yang dikelola Pemkab, yang sebagian besar wisata pantai, sempat terpuruk selama pandemik. Pada tahun 2021, kunjungan wisata ke Bantul hanya mencapai 1,4 juta wisatawan. Jumlah itu hanya setengah dari angka sebelum pandemik yang bisa menembus di atas tiga juta wisatawan dengan pendapatan mencapai Rp31miliar.‎

"Objek wisata milik pemerintah ditutup berbulan-bulan pasti dampaknya pengunjung akan drop dan pendapatan dari sektor pariwisata juga jatuh. Sudah mati suri," ujar Kepala Seksi Promosi dan Informasi, Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo Adi.

Angin segar bagi dunia pariwisata di Kabupaten Bantul baru dirasakan sejak akhir tahun hingga awal tahun 2022. Saat pemerintah mulai memberikan berbagai kelonggaran.

"Jadi 2,5 bulan ini dari sektor wisata saja bisa memberikan pemasukan bagi Pemkab Bantul mencapai Rp 6 miliar sendiri," katanya.

Pemkab Bantul kini fokus pada objek wisata alam, khususnya Pantai Parangritis. Sebab wisata atraksi atau seni belum dibolehkan. Yang jadi perhatian adalah bagaimana memberikan rasa nyaman dan aman bagi wisatawan yang berkunjung.

"Aman dari paparan COVID-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Penyekatan juga tidak seketat dahulu. Wisatawan yang dari luar kota cukup menunjukkan kartu vaksin saja boleh memasuki objek wisata ketika ada aturan nomor kendaraan ganjil genap," ungkapnya.

Memang berbagai pelonggaran aturan langsung berdampak terhadap aktivitas pariwisata. Di Jaw tengah, sejumlah obyek wisata alam masih tertatih-tatih menggaet wisatawan. Salah satunya kompleks Candi Gedongsongo, Kabupaten Semarang.

Kepala UPTD Candi Gedongsongo, Siyamto mengatakan, saat ini banyak masyarakat yang masih ketakutan untuk liburan karena informasi yang disebar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang belum bisa diserap secara menyeluruh. 

"Kegiatan pariwisata di Gedongsongo sekarang belum stabil. Karena mungkin banyak orang masih takut liburan. Dan juga masyarakat secara finansial belum sepenuhnya pulih. Makanya, jumlah pengunjung di Candi Gedongsongo belum normal," kata Yamto.

Yamto mengungkapkan jika dipantau saban hari, wisatawan yang plesiran di Candi Gedongsongo berkutat pada angka 200--500 orang. Selain itu, untuk jumlah kunjungan setiap akhir pekan sekitar 1.000--1.500 orang. 

Yamto menilai, rendahnya minat masyarakat untuk liburan di Candi Gedongsongo karena lebih cenderung mengalihkan keinginannya dengan mencukupi kebutuhan hidupnya saban hari.  Di sisi lain, sejumlah promosi dan atraksi wisata di kompleks Candi Gedongsongo masih terbatas karena harus menyesuaikan dengan status level 3 yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. 

Yamto berharap supaya Kemenparekraf memberikan bantuan stimulus untuk memulihkan sektor pariwisata di Candi Gedongsongo. Bantuan, katanya bisa berupa pemberian kredit lunak bagi para pelaku wisata supaya kembali bangkit dan bisa mendukung program-program promosi pariwisata yang digaungkan oleh UPTD Candi Gedongsongo. 

"Biar mereka bangkit seperti semula. Dan perlu disupport penuh terutama dari segi promosi. Untuk memulihkan kunjungan wisatawan, pemerintah lebih baik menguatkan ekonomi menengah ke bawah, kalau finansial orag-orang sudah pulih, saya yakin situasi di lokasi wisata alam kayak Gedongsongo akan normal lagi," cetusnya.

Kasi Pengelolaan Destinasi Wisata, Disporapar Jawa Tengah, Riyadi Kurniawan menyatakan dari 1.100 obyek wisata yang terdata saat ini, hampir 90 persen sudah buka.

Ia merinci kini ada 25 kabupaten-kota yang menerapkan status PPKM Level 3 dengan aturan kapasitas tempat wisata 50 persen, 9 kabupaten/kota menerapkan PPKM Level 2 dengan aturan kapasitas tempat wisata maksimal 75 persen buka.

4. Butuh genjot promosi biar bisa bangkit lagi

Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur PanjangAir Terjun Tiu teja - Lombok Utara (instagram.com/ lalu_puri_)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat-baru-baru ini meluncurkan West Java Calendar of Event 2022 (WJCOE 2022). Program ini bakal menghadirkan 50 event besar sebagai wajah sektor pariwisata Jawa Barat yang diharapkan mampu menggenjot ekonomi daerah.

Dengan berbagai kegiatan pariwisata di 27 kabupaten/kota, Pemprov Jabar menargetkan 36 sampai 40 juta kunjungan wisata di Jabar. Harapannya ragam strategi yang dibuat Disparbud Jabar bisa kembali mengulang kejayaan pariwisata Jabar pada tahun 2018 dengan 60 juta kujungan wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Benny Bachtiar mengatakan, event ini dibuat sebagai bentuk kebijakan pemerintah untuk meningkatkan gairah pelaku industri kreatif yang sangat terdampak selama pandemi. 

Di Kabupaten Majalengka, Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Adhy Setya Putra mengatakan, berbagai persiapan sudah mulai dilakukan pemerintah daerah. Termasuk menyebar kalender kegiatan pariwisata yang diharap bisa menggaet wisatawan bertandang ke Kota Angin.

Untuk merangsang pertumbuhan di masa pandemik yang belum usai, protokol kesehatan menjadi poin penting. Meski ingin pariwisata tumbuh agar mampu menggerakan perekonomian masyarakat, kewaspadaan tetap harus dijalani dengan ketat.

"Kita harus lebih teliti dan sigap menjalankan protokol kesehatan di tempat wisata. Karena namanya wisata pasti banyak orang datang. Kita harus beli pengalaman wisata yang menyenangkan tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Sehingga mereka bisa nyaman dan mau kembali berwisata ke Majalengka," ujarnya.

Yang menjadi fokus pada pengembangan kawasan wisata di Majalengka adalah yang berkaitan dengan alam. Mulai dari pemandangan perkebunan, air terjun, hingga bermain di sungai disajikan bagi mereka yang suka kegiatan berpetualang.

"Kekuatan kami ada di sana (wisata alam). Dengan wisata ini kami juga berupaya agar alam tetap asri, tidak dirusak tapi wisatawan masih bisa bersenang-senang dengan alam dan budaya di Majalengka," kata Adhy.

Seiring tujuan promosi, Disparbud Jabar tengah membuka pendaftaran Smiling West Java (SWJ) Ambassador. Ajang ini dimaksudkan untuk mempromosikan 108 destinasi wisata prioritas Jawa Barat.

"Ambasador ini akan mengeksplor destinasi wisata di Jabar untuk meningkatkan promosi, serta membuat viralitas terhadap pariwisata Jawa Barat. Sedikitnya ada 108 destinasi wisata yang akan digarap," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar Benny Bachtiar Benny.

Adapun kriteria SWJ Ambassador menyasar influencer atau kreator konten yang memiliki ketertarikan terhadap dunia pariwisata di Jabar dan hobi traveling.

"Ambasador yang terpilih akan diberdayakan untuk mengeksplor destinasi wisata, membuat konten kreatif, kemudian diunggah ke media sosial masing-masing," jelasnya.

Sebanyak 108 Ambasador yang terpilih akan dikontrak selama 8 bulan, yakni dari April hingga November 2022. Selama masa kontrak, Ambasador akan melakukan eksplorasi dan mempromosikan 108 destinasi wisata prioritas Jabar.

Gubernur Sumsel Herman Deru juga meminta kepada wali kota dan bupati di masing-masing wilayah untuk menggencarkan kembali event tahunan Pariwisata. Deru menilai kalender Pariwisata harus disusun secara detail agar masyarakat berbondong mendatangi Sumsel dengan tujuan wisata.

"Saat ini pandemik COVID berangsur semakin baik. Kita menyikapi event ini dengan benar maka menjadi bonus terbesar bagi daerah," jelas dia.

Kegiatan pariwisata harus disusun sedemikian rupa sejak awal tahun dimaksudkan agar tidak menumpuk di akhir tahun. Sehingga wisatawan yang datang bisa menentukan agendanya tersendiri seperti, menikmati wisata alam atau seni dan budaya.

"Kita tidak boleh juga menyelenggarakan kegiatan itu itu saja. Sekarang kita bertransformasi digital, bagaimana kita masuk kesitu dengan tidak salah alamat," jelas dia.

Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Devo Khadaffi mengatakan, pihaknya baru akan meluncurkan kalender pariwisata pada 25 Maret 2022. Dengan kalender wisata, masyarakat yang merindukan berlibur bisa mengetahui jadwal event menarik di Sulsel.

"Tentu saja kita berharap dengan promosi di awal seperti begini, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sulsel akan meningkat karena mereka sudah lebih awal tahu apa saja event yang akan mereka tertarik untuk datang ke Sulsel," kata Devo.

Dia berharap, promosi bisa memicu peningkatan aktivitas pariwisata yang kemudian mendorong pendapatan daerah.

"Jika pendapatan dari sektor kepariwisataan bisa naik, industri bisa bergerak kembali sehingga sektor-sektor yang membuka lapangan kerja di kepariwisataan itu bisa menarik lagi tenaga kerja yang tadinya mungkin dirumahkan," kata Devo.

Pemerintah daerah juga berupaya menangkap geliat pariwisata dengan membuka destinasi alternatif. Misalnya kemacetan parah yang kerap terjadi di kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dijadikan 'peluang' oleh Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten untuk menjadikan wilayahnya menjadi destinasi alternatif warga Jabodetabek.

Salah satu target yang dicanangkan adalah target wisata Negeri di Atas Awan. Asisten Daerah II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Lebak, Ajis Suhendi mengatakan, pemda tahun ini tengah menuntaskan Jembatan Muhara sebagai akses utama menuju destinasi wisata Citorek.

Pihaknya menyiapkan beberapa rencana dalam memperbaiki kualitas di kawasan wisata unggulan Negeri di Atas Awan. Adanya paket-paket wisata menjadi salah satu rencana yang akan segera terealisasi. Wisata edukasi perkebunan juga akan jadi salah satu pilihan.

"Nanti ada paket wisata ke Curug (air terjun) yang juga cukup bagus dan di dekat Curug itu juga ada lokasi wisata sejarah tambang dan juga di sana ada masyarakat Kasepuhan Citorek," kata Ajis.

5. Sarana dan prasarana pendukung tidak boleh diabaikan

Waktunya Pariwisata Indonesia Bangun dari Tidur PanjangKawasan wisata edukasi Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) di Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. (Dok. BNWS)

Pengelolaan sektor pariwisata di daerah tertentu belum berjalan maksimal. Salah satu sebabnya adalah sarana dan prasarana pendukung yang minim untuk mendukung perkembangan pariwisata.

Seperti kondisi yang terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim), yang daerahnya dijadikan kawasan ibu kota negara Nusantara. Hal itu ditambah minimnya promosi pengelolaan wisata, serta kurangnya peran serta masyarakat.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Kabupaten PPU Sodikin, mengakui perkembangan dunia pariwisata di PPU masih belum maksimal. Baik sisi kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) maupun sisi pertumbuhan jumlah wisatawan yang mengunjungi daerah ini.

Padahal sebenarnya PPU memiliki potensi objek wisata bahari dan pantai cukup menjanjikan. Namun sarana dan prasarana saat ini masih kurang, bahkan untuk objek wisata sekelas Pantai Tanjung Jumlai, Corong maupun Pantai Nipah-Nipah yang sudah cukup terkenal. 

“Sejumlah objek tersebut adalah sebagai ikon pariwisata PPU. Namun harus memiliki sarana dan prasarana pendukung serta harus dikelola dengan profesional, ditata dengan baik sehingga menjadi lebih menarik lagi,” sebutnya.

Sodikin menjelaskan, kenapa pengelolaan objek wisata pantai di PPU tidak dilanjutkan. Ternyata kendalanya adalah soal pembiayaan dan pemasukan yang tidak seimbang. Kelemahan di PPU adalah soal kuantitas jumlah penduduk yang berbanding terbalik dengan di Jawa. 

“Ketika kita kelola dengan baik ternyata cost nya lebih tinggi dari income nya, kalau di Jawa dengan 48 juta penduduk, yang datang ke tempat pariwisata silih bergantian, tetapi kalau kita satu Kabupaten PUU dengan luas wilayah 3.333,36 kilometer persegi tersebut jumlah penduduknya tidak mencapai 200 ribu jiwa sehingga yang datang ke tempat wisata itu kurang,” katanya.

Ia berharap, ibu kota negara (IKN) secepatnya terbangun, sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung secara bergantian dalam setiap harinya, mampu mendapatkan pemasukan lebih besar daripada pengeluaran untuk biaya operasional. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyadari bahwa sarana dan prasrana jadi pendukung utama untuk memajukan pariwisata di Indonesia. Terutama upaya pembangunan teknologi pembangunan teknologi dan informasi.

Direktur Pengelolaan Media, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, Nursodik Gunarjo, mengungkapkan upaya itu berkaitan dengan pembangunan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK).

"Jadi fokus dari kita Kominfo ini adalah pada upaya membangun dan mempertahankan infrastruktur TIK untuk pemerataan akses dan konektivitas broadband, ini untuk diseluruh Indonesia, tentunya adalah agar akses internet ini lebih cepat dan lebih baik, termasuk di lokasi-lokasi pariwisata," kata Nursodik dalam diskusi Lombok Writer Festival (IWF) 2022 by IDN Times bertajuk 'Manfaat Digital dalam Mengembangkan Potensi Wisata dan Kuliner Lombok', Kamis (10/3/2022).

Ia menyebut internet yang cepat sudah mejadi kenyamanan bagi wisatawan. Sebab, jika tempat wisata sangat bagus tapi akses internet buruk, maka akan menjadi citra yang tak baik.

Masalah internet cepat sudah mulai diperhatikan untuk pengembangan parwisata di Indonesia. Nursodik mengatakan ada 10 destinasi wisata yang jadi prioritas peningkatan akses internet di Indonesia. Lombok, tepatnya kawasan Mandalika, masuk dalam 10 daftar wisata super prioritas itu.

Pemerintah tengah membangun jaringan sinyal 4G di daerah 3T yakni terdepan, terpencil dan tertinggal. Sebab, banyak daerah 3T yang justru banyak menyimpan tempat wisata tersembunyi, indah dan belum terekspos.

Oleh karena itu Kominfo melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) sudah membangun 9.130 desa dan ada 3.435 desa yang non-3T yang mana di situ infrastrukturnya dikembangkan oleh operator selular," kata Nursodik.

Pada 2022, diharapkan sebanyak 823.000 desa di Indonesia sudah terlayani dengan sinyal 4G. Hal tersebut diharapkan bisa menjadi pondasi kuat tranformasi digital, khususnya terkait ekonomi digital yang di dalamnya termasuk pariwisata.

Pengamat pariwisata Lampung, Yopie Pangkey punya pandangan lain soal masih lesunya sektor wisata di daerah tersebut. Dia mengatakan kebijakan PPKM yang membuat beberapa tempat wisata tutup sementara kemudian diizinkan beroperasi kembali, akan menimbulkan ketidakpastian bagi wisatawan.

“Jadi hal itu bisa bikin bingung wisatawan juga, antara mau datang atau tidak. Ini yang mungkin bakal merugikan agen travel dan destinasi wisata,” katanya.

Bahkan menurut Yopie, tak hanya travel agent atau pengelola destinasi wisata, hampir semua sektor merasakan dampak pandemik. Hal itu dikarenakan semua sektor seperti kuliner, perhotelan, transportasi, kafe, bahkan hiburan itu saling terhubung, khususnya di ibu kota provinsi.

“Tapi dalam pengamatan saya, tingkat occupancy (hunian hotel) di beberapa hotel juga yang makan di restoran sudah banyak, kuliner dan destinasi wisata juga begitu. Artinya geliat mereka sudah mulai terasa untuk bangkit,” papar pegiat wisata yang aktif menjadi travel vlogger di media sosial ini. 

Terlepas dari berbagai hambatan, keputusan pemerintah melonggarkan aktivitas masyarakat diyakini bisa membangkitkan kembali sektor pariwisata. Abdul Muthalib, ekonom Universitas Muhammadiyah Makassar berpendapat, bahwa langkah yang diambil pemerintah sudah cukup tepat.

"Ekonomi kan sudah mulai berjalan meskipun misalnya dalam sektor pariwisata, di kita ini belum begitu kompetitif dibandingkan dengan daerah di luar Sulsel. Tapi itu pemantik supaya pariwisata menggeliat," kata Abdul.

Khusus Sulsel, Abdul menilai sektor pariwisata bisa kembali bangkit dengan cepat apabila pemerintah provinsi dengan pemerintah daerah bekerja sama.

"Jangan biarkan yang di daerah-daerah ini bekerja secara parsial, sendiri-sendiri. Harus ada dukungan dari pemerintah provinsi," ucap Abdul.

Menurut Abdul, bangkitnya sektor pariwisata di Sulsel akan berdampak positif terhadap seluruh aspek ekonomi lainnya. Misalnya, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di sekitar ojek wisata, penyedia layanan jasa transportasi ke objek wisata, hingga tingkat hunian penginapan berbagai level. Namun semua tetap bergantung dengan seberapa cepat respons pemprov membantu daerah yang punya potensi pariwisata ikonik.

Selama pandemik, banyak masyarakat yang kondisi psikologinya terguncang. Masyarakat dibatasi ruang geraknya karena pemerintah khawatir dengan penyebaran COVID-19. Saat aturan dilonggarkan, di situlah sektor wisata mengambil peluang.

"Masyarakat stres karena COVID-19 ini jadi butuh hiburan pasti ke tempat wisata. Mereka akan mencari daerah yang punya objek pariwisata," kata Abdul.

Penulis:

(Masdalena, Sudiani, Riani Rahayu, Ashrawi Muin, Siti Umaiyah, Ardiansyah Fajar, Rehia Sebayang, Ayu Afria Ulita Ermalia, Daruwaskita, Fariz Fardianto, Debbie Sutrisno, Rohmah Mustaurida, Muhammad Iqbal, Ervan Masbanjar, Sahrul Ramadan, Lia Hutasoit)

Baca Juga: Promosikan Pariwisata, Sandiaga Uno Siapkan Tagline It’s Time for Bali

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya