Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Tanda Seorang Wanita Memiliki Tingkat Kematangan Emosi yang Rendah

potret wanita sedang fokus kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Kedewasaan emosional bukan hanya tentang usia, tapi juga tentang emotional intelligence dan self-awareness
  • Empati adalah indikator kematangan emosi yang penting, menunjukkan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
  • Menolak kritik, menghindari konflik, playing victim, dan tindakan impulsif menandakan kematangan emosi yang rendah

Kamu mungkin sering mendengarkan kata-kata kalau usia, katanya hanya angka. Yup! Frasa tersebut, memang ada benarnya ternyata, bahkan dari sisi psikologi. Pasalnya, seseorang yang sudah dewasa tidak dapat diukur dari seberapa banyak ulang tahun yang sudah pernah dilewatinya. Kedewasaan, dapat diukur melalui emotional intelligence, self-awareness, dan bagaimana orang tersebut menangani setiap relasi dengan manusia lain di dalam kehidupan. Termasuk dalam diri sendiri.

Ada banyak wanita yang bisa bersikap sangat bijak, bahkan melebihi usianya dalam menghadapi situasi tertentu. Di sisi lain, masih ada juga wanita yang bahkan bersikap jauh lebih kekanak-kanakan dari usia sebenarnya ketika menghadapi situasi tertentu. Tenang, ini bukan suatu kesalahan besar yang tidak dapat diubah, karena setiap orang itu berproses. Jika kamu menemukan seorang wanita yang ada di dalam hidupmu, menunjukkan sikap ini, tidak apa-apa. Tetapi, dengan memahami bahwa kedewasaan emosionalnya belum matang, kamu mungkin bisa lebih tahu cara bersikap menghadapinya dan perlahan mendorongnya untuk berubah menjadi lebih baik. Untuk itu, baca artikel ini sampai tuntas, ya!

1. Dia kesulitan untuk menerapkan empati

potret seorang wanita bekerja di kantor (pexels.com/Anna Shvets)

Ada banyak indikator yang dapat berpengaruh terhadap kematangan emosi seseorang, namun salah satu yang paling besar adalah dilihat dari bagaimana kemampuan orang tersebut dalam berempati. Dalam hal ini, empati bukan hanya sekadar memahami perasaan orang lain. Empati adalah saat kamu dapat menempatkan diri kamu melalui sudut pandang orang tersebut. Bagaimana kamu kemudian dapat menunjukkan perasaan belas kasih, bahkan saat sebenarnya diri kamu sendiri belum pernah merasakan apa yang orang lain rasakan. 

Jika kamu melihat seorang wanita sering kali menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap orang lain, bahkan sulit memahami perasaan orang lain. Itu bisa jadi karena ia belum mampu menunjukkan rasa empati, akibat dari kematangan emosinya yang belum bertumbuh dengan baik. Empati bukanlah sikap yang mudah untuk dilakukan, maka dari itu saat seseorang sudah dapat melakukannya dengan baik, maka wanita sudah cukup dewasa. Sikap empati penting untuk dimiliki, karena di dunia ini terdiri dari banyak individu yang memiliki latar belakang, pengalaman, dan karakteristik yang berbeda-beda.

2. Dia tidak pandai dalam menangani kritik

potret wanita di kantor (pexels.com/Anna Shvets)

Sama hal saat kamu harus berhadapan dengan banyak orang dengan latar belakang berbeda, dalam menjalani kehidupan, terutama saat berkarir, kamu juga akan menemukan banyak kritikan. Meskipun begitu, pasti banyak orang setuju bahwa menerima kritikan itu, tidaklah mudah, dan ada kalanya seseorang bisa merasa ciut ketika pertama kali mendengarnya. Di sisi lain, seorang wanita yang memiliki kematangan emosi yang sudah baik, seharusnya sudah dapat memahami, bahwa sebuah kritik yang bersifat konstruktif atau membangun, itu baik untuk pertumbuhan pribadi kamu.

Ketika kamu tidak bisa menerima kritik dengan baik, cenderung sering kali sensitif, bahkan marah, maka justru akan membuatmu terhambat untuk maju. Seorang wanita dengan kematangan emosi yang rendah, bisa bersikap defensif, di mana ia justru melihat kritikan tersebut sebagai bentuk serangan pribadi bukannya peluang untuk berkembang. Belajar menerima kritik dengan tenang dan elegan, mungkin tidaklah mudah. Tetapi kamu bisa berproses untuk menjadi lebih baik dalam menerima kritik, sebagai bagian dari langkah penting menuju kedewasaan emosional.

3. Dia menghidari percakapan yang sulit

potret wanita sedang memegang ponsel (pexels.com/Alex Green)

Setiap orang pasti pernah mengalam momen ketika harus menghadapi suatu percakapan sulit, namun karena terlalu sulit, rasanya lebih baik menghindar. Inilah masalahnya, menghindari percakapan yang kurang mengenakan tetap tidak akan menyelesaikan akar permasalahannya. Nah, seorang wanita yang cenderung terus-menerus menghindari konflik, lebih suka menutup-nutupi masalah dalam menghadapinya secara langsung, menunjukkan ia memiliki tingkat kematangan emosi yang masih rendah.

Individu yang dewasa memahami, bahwa percakapan yang sulit merupakan bagian dari kehidupan yang tidak akan bisa dihindari. Wanita dewasa akan menggapnya sesuatu yang wajar untuk dihadapi, karena dengan cara itulah bahkan sebuah hubungan sebenarnya bisa menjadi lebih kuat. Memilih untuk menghindari masalah mungkin terdengar lebih mudah, padahal faktanya cara tersebut hanya akan lebih banyak menimbulkan kebencian dan kesalahpahaman dalam jangka panjang.

4. Dia sering kali bersikap playing victim

potret seorang wanita merenung sendirian (pexels.com/Keira Burton)

Pernahkah kamu bertemu seseorang yang rasanya selalu dapat membuat sebuah cerita sedih dari setiap situasi yang ada? Mungkin dialah seseorang yang sering melakukan sikap playing victim. Seorang wanita yang sering berperan seolah-olah ia adalah korban dalam setiap kejadian, menunjukkan bahwa sepertinya ia adalah manusia yang memiliki kehidupan paling tidak adil. Merupakan salah satu ciri wanita yang memiliki tingkat kematangan emosional yang rendah.

Orang yang memang sudah dewasa akan menyadari bahwa hidup memang sering kali tidak adil. Setiap orang, memiliki tanggung jawab atas setiap tindakan dan hasil dalam perjalan hidupnya. Seorang wanita yang sudah memiliki kedewasaan emosional yang baik, tidak akan pernah menuding hingga menyalahkan orang lain. Berperan sebagai korban mungkin bisa menarik simpati dalam jangka pendek, namun sikap ini tetap tidak akan bisa menyelesaikan masalah, apalagi membuat dirimu bertumbuh.

5. Dia kurang mampu mengontrol tindakan impulsif

potret seorang wanita setelah belanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Ada sebuah tes psikologi yang dilakukan kepada anak-anak, bernama Test Marsmellow. Yakni, sebuah tes terkait tingkat kepuasan yang tertunda, anak-anak dijanjikan akan sebuah hadiah kecil yang diberikan dengan segera atau dengan harus menunggu selama beberapa waktu. Ternyata, anak-anak memilih mendapatkan hadiah dari hasil menunggu dalam waktu singkat tersebut. Anak-anak yang berhasil menunggu, ketika dewasa disebut memiliki tingkat pengendalian impulsif yang lebih baik.

Ketika kamu bertemu seorang wanita yang sering bertindak impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya, mungkin ini menunjukkan wanita tersebut memiliki tingkat kematangan emosi yang rendah. Bentuk tindakan impulsif ini bisa bermacam-macam, entah belanja dengan impulsif, makan dengan impulsif, atau mengambil keputusan dengan cara yang impulsif. Pada akhirnya, jika sifat ini terus berlanjut bisa mengarah pada kemampuan pengendalian diri yang tidak baik. Belajar untuk mengendalikan sikap impulsif tidak bisa hanya dalam semalam, namun merupakan salah satu aspek kunci dari kematangan emosi dan pertumbuhan pribadi.

6. Dia tidak memiliki perasaan percaya diri yang tinggi

potret seorang wanita di depan laptop (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mengetahui siapa diri kamu, apa yang kamu hargai, dan apa yang kamu inginkan dalam hidup, merupakan sebuah perjalanan yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan banyak refleksi diri. Jika seorang wanita tampak tidak yakin dengan identitasnya, kemudian kerap kali labil dalam menunjukkan jati dirinya tergantung dari siapa orang yang sedang bersamanya, itu bisa jadi karena tingkat kepercayaan dirinya masih rendah.

Wanita seperti ini cenderung masih memerlukan validasi dari orang lain agar bisa merasa nyaman dengan dirinya sendiri.Kedengarannya mungkin tidak mengenakan, namun tidak apa-apa, kembali lagi jika setiap manusia itu berproses. Setiap manusia juga memiliki kecepatan masing-masing dan tidak ada batasan waktu yang tepat jika mengenai penemuan jati diri. Poin yang paling penting adalah wanita tersebut membuka diri untuk mau bertumbuh menjadi lebih baik dan yakin pada diri sendiri dalam prosesnya. 

Jika kamu pada akhirnya menemukan sikap-sikap ini ada pada diri kamu sendiri atau teman dan lainnya, tidak apa. Mengakui kamu masih memiliki sifat yang merujuk pada tingkat kematangan emosional yang belum dewasa, bukan artinya untuk menyalahkan diri sendiri atau memikirkan hal-hal negatif. Tetapi, tentang bagaimana hal-hal ini dapat mendorongmu untuk lebih mau bertumbuh. Kedewasaan emosional itu bukanlah tujuan, tetapi sebuah perjalanan. Dalam perjalanannya pun kamu bisa alami pasang surut dan perjalanan mudah hingga menantang. Namun, sekecil apapun itu, jika ada perubahannya, maka kamu akan tetap bisa maju.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us