4 Pilar Fondasi Kepercayaan Harus Dimiliki Dalam Hubungan Sukses

- Kamu dan pasangan harus memiliki standar yang dipertahankan dan dilepas dalam hubungan
- Memiliki prinsip yang sama dalam moral dan keyakinan membangun kepercayaan
- Mendistribusikan sumber daya bersama, membiarkan waktu sendiri, dan terlibat dalam momen rentan adalah pilar kepercayaan
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Setiap orang berharap ia dan pasangannya bisa saling mengandalkan satu sama lain. Apabila kamu dan pasangan tidak bisa memenuhi harapan ini hubungan disebut tidak dapat berjalan langgeng. Setiap pasangan biasanya memiliki definisi unik yang berbeda-beda mengenai makna dari mengandalkan satu sama lain. Di sisi lain, hubungan yang sehat menurut psikologi memerlukan sejumlah fondasi yang kuat. Fondasi tersebut salah satunya berkaitan dengan nilai kepercayaan.
Ada sejumlah pilar dari kepercayaan yang menurut ahli harus melandasi sebuah hubungan yang sukses. Sejumlah pilar ini harus sama-sama dipahami oleh masing-masing orang dalam hubungan. Pada dasarnya, tidak ada hubungan yang sempurna. Semua hubungan yang tampak sempurna dan bisa dikatakan sukses itu merupakan hasil usaha masing-masing orang yang ada di dalamnya. Termasuk usaha untuk tetap menjaga dan memelihara kepercayaan yang dimiliki untuk satu sama lain. Lantas, apa saja lima pilar kepercayaan yang dimaksud tersebut?
1. Pengabdian bersama pada prinsip yang sama

Pasangan terdiri dari dua individu dengan latar belakang dan pengalaman berbeda. Tetapi, saat kamu dan ia sudah setuju untuk menjalin hubungan, kalian juga harus memeriksa kembali nilai-nilai dan prinsip yang dipercayai bersama. Kamu dan pasangan harus memutuskan standar apa saja yang akan tetap dipertahankan dalam hubungan tersebut. Termasuk, standar apa saja yang juga harus dilepas.
Terlepas kalian merupakan dua individu dengan kepribadian berbeda, kecocokan itu hadir atas dasar kepercayaan terhadap prinsip yang sama.Kamu dapat membangun kepercayaan dengan pasangan karena kalian sepakat tentang bagaimana seharusnya bersikap di dalam hubungan. Kamu harus melihat, bagaimana moral dan keyakinan yang dimiliki sama, sehingga akan saling bekerja sama untuk memenuhi hal tersebut.
Dengan begitu, saat ada masalah tak terduga yang datang, kamu dan pasangan akan sama-sama paham bahwa kalian tak akan saling mengkhianati. Saat kamu dan pasangan menghormati pentingnya prinsip tersebut maka tak akan ada sikap impulsif yang bisa sebabkan rusaknya hubungan. Prinsip ini ada sebagai fondasi yang membuat hubungan dapat berjalan dengan lebih kokoh.
2. Prioritas selama krisis

Pasangan yang sudah berkomitmen dalam hubungan harus terus-menerus memilih mendistribusikan sumber daya bersama, seperti waktu, ketersediaan, keuangan, dan pilihan. Intinya, membiarkan masing-masing memiliki waktu sendiri juga penting, meskipun terkadang hubungan itu sendiri seperti terabaikan. Namun, akan ada kalanya saat masing-masing lebih menyadari kalo kamu dan pasangan saling membutuhkan satu sama lain. Kepercayaan terhadap pasangan untuk memiliki waktu sendiri ini merupakan salah satu pilar utama.
Dengan begitu, secara alami kamu akan tetap segera ada untuk pasangan saat ia mengatakan sedang kewalahan. Fondasi ini juga membangun kepercayaan kamu bahwa pasangan tidak akan pernah memanfaatkanmu. Saat membuat kesepatan bersama, maka kalian berdua akan menepatinya. Kamu dan pasangan sudah sama-sama percaya, bahwa kalian tidak akan banyak menuntut, kecuali apa yang diminta itu memang signifikan dan benar-benar dibutuhkan.
3. Kerentanan sakral dihormati

Pasangan yang berkomitmen akan membiarkan satu sama lainnya untuk terlibat dalam momen rentan dan sakral yang masing-masing alami. Saat kamu dan pasangan membangun hubungan percaya satu sama lain, kamu mungkin sudah berbagi trauma masa lalu, rasa malu, yang sebelumnya pernah dihadapi. Kamu dan pasangan sudah saling tahu bahwa kalian tidak akan membagikan cerita-cerita tersebut kepada orang lain tanpa izin. Saat kamu mengetahui rahasia rentan dari pasangan, tingkat kepercayaan dalam hubungan semakin meningkat.
Pasalnya, saat untuk cerita paling dalam saja kalian bisa berbagi, otomatis komunikasi sehari-hari pun akan berjalan lancar. Menunjukkan momen-momen rentan dalam hidupmu pada pasangan tidak berarti menunjukkan dirimu buruk. Pada dasarnya, tidak ada manusia yang sempurna dan setiap trauma masa lalu itulah yang juga membentuk dirimu saat ini. Berbagi kerentanan pada pasangan juga menunjukkan bagaimana kamu ingin pasangan percaya jika kamu ingin ia selalu ada di setiap momen penting dalam hidupmu.
4. Saling berperan sebagai orang tua saat pasangan membutuhkan

Kenangan menyakitkan di masa lalu sering kali membuat kamu berubah menjadi anak kecil serupa saat kamu masih berada dalam usia tersebut. Kamu mungkin merasa trauma dari masa kecil tersebut kembali terulang, sehingga kamu bersikap seolah-olahnya anak kecil lagi. Saat situasi seperti ini terjadi pada pasangan, kamu bisa berperan sebagai seorang orang tua simbolis yang baik dan tidak menghakimi. Misalnya, ketika pasangan kembali teringat akan masa lalu saat saudara laki-lakinya meninggal dunia, saat melihat orang lain meninggal juga, berilah ia ruang untuk bisa menangis seperti anak kecil tanpa takut terlihat bodoh.
Berilah pasangan kamu ruang untuk merasa hancur dan tidak menyudutkannya saat ia menunjukkan kelemahan tersebut. Bisa jadi, kamu memiliki kebiasaan menyendiri saat merasa terluka seperti waktu kecil. Pasangan yang sudah menaruh kepercayaan selayaknya orang tua yang bijak, ia akan membiarkan kamu menyendiri terlebih dahulu. Pada akhirnya, kesempatan untuk sembuh dengan sendiri itu menyadarkan kamu untuk percaya hadir dan tidak lagi lari karenanya.
Membangun pilar kepercayaan dalam hubungan sebagai fondasi yang sehat merupakan bagian dari upaya menjaga kelanggengan. Apalagi, saat kamu dan pasangan sudah menetapkan komitmen sebagai sepasang suami istri. Hubungan tersebut tidak hanya bisa didasari oleh cinta yang kuat. Jauh lebih daripada itu, fondasinya juga berupa prinsip yang telah disepakati bersama, mempertimbangkan nilai independen masing-masing, saling membuka diri dalam kerentanan, dan saling memahami proses untuk sembuh dari trauma.