TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kebiasaan Orang dengan Kecerdasan Emosional Rendah, Bikin Annoying

Apa kamu atau temanmu memiliki salah satunya?

Ilustrasi hubungan sosial. Unsplash/Eliott Reyna

Makassar, IDN Times - Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence atau EI), menurut banyak orang, adalah keterampilan yang harus dikuasai di zaman modern. Gak cuma sebagai dasar perilaku manusia di lingkungan sosialnya, EI membawa seseorang lebih unggul dalam interaksi sehari-hari.

Menurut HelpGuide.org,  kecerdasan emosional berarti kemampuan memahami, menggunakan, dan mengelola emosi Anda sendiri dengan cara yang positif. Emosi positif ini berguna untuk menghilangkan stres, berkomunikasi secara efektif, berempati dengan orang lain, mengatasi tantangan dan meredakan konflik.

Terdengar sempurna, kan? Tapi gak semua punya kemampuan yang sama. Di sekitar kita, hidup orang-orang dengan kecerdasan emosional rendah. Menurut  jurnalis sains Daniel Goleman, dalam buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (Bantam Books, 1995), mereka umumnya sulit bergaul, sulit diajak bekerja sama hingga tak mampu mendeteksi perasaan diri atau orang lain dengan baik.

Gimana sih ciri-cirinya? Nah, berikut ini IDN Times menjabarkan kebiasaan buruk orang dengan tingkat kecerdasan emosional rendah, disadur dari artikel Thomas Oppong di medium.com.

1. Tidak berniat membangun hubungan yang tulus

Ilustrasi kesendirian, kesepian. (Unsplash.com/Noah Silliman)

"Orang dengan kecerdasan emosional rendah gak mampu memberi koneksi dan respons yang sesuai ke orang di dekatnya. Oleh karena itu, mereka gak punya kesempatan menjalin hubungan yang sarat makna. Itu bisa berarti mengasingkan diri," tulis Daniel.

Sudah jadi rahasia umum kalau salah satu cara mengembangkan diri adalah terlibat relasi antarpersonal. Saat seseorang punya kecerdasan emosional rendah, mereka cenderung menjalani hidup sehari-hari dalam kesendirian. Alhasil mereka sulit menjalin relasi pertemanan.

Persahabatan atau pacaran, di mata Daniel, adalah hubungan personal yang terbentuk melalui pertukaran ide, saling menunjukkan empati dan kasih sayang, serta menawarkan dukungan kepada orang yang disayangi. Semuanya tentu gak bisa dirasakan kalau gak ada teman dekat atau pasangan.

Cara menghindarinya? Simpel, kok. Cobalah lebih mengenal orang lain. Bangun relasi yang lebih intim. "Tahan juga godaan untuk berbicara dan perbanyak mendengar," papar Daniel.

2. Gagal mengekspresikan emosi dengan tepat

Ilustrasi emosi, kemarahan. (Unsplash.com/Engin Akyurt)

Kecerdasan emosional membawa seseorang memilih jujur dengan kondisi dan situasi yang sedang mereka alami. Atau lebih mudahnya, gak ada yang namanya membohongi diri sendiri.

"Orang yang cerdas secara emosional selalu berbuat sesuai dengan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka gak membiarkan emosi mengatur total hidup mereka. Mereka bakal mencurahkan perhatian penuh ketika harus merespons sebuah situasi," tulis Daniel.

Sebaliknya, seseorang dengan kecerdasan emosional rendah gak mengerti kenapa emosi mempengaruhi perilaku. Alhasil, kesadaran emosional pun berkurang drastis. Respons emosi mereka untuk sebuah kejadian gak sesuai dengan lingkungan sekitar.

Cara menghilangkannya susah-susah gampang: introspeksi dalam-dalam demi mengenali diri sendiri. Pastinya ini butuh waktu lama.

3. Ingin semuanya berpusat pada dirinya sendiri

Ilustrasi diskusi, pertemanan, sahabat. (Unsplash.com/Andrea Tummons)

Karena gak mampu memahami emosi orang lain, orang-orang dengan kecerdasan emosional rendah cenderung narsistik. Semua percakapan dan perhatian harus berpusat pada mereka.

Mereka juga cenderung mengambil alih perbincangan dan mengajukan pertanyaan retoris daripada pertanyaan bersifat terbuka.

"Pertanyaan yang diajukan biasanya untuk menarik atau menjaga perhatianmu. Bukan untuk mendengar tanggapan atau bahkan memberi kamu kesempatan untuk menanggapi," tulis Daniel.

Mereka gak bisa benar-benar membuka diri, tetapi gak membiarkan orang lain untuk terbuka saat terlibat dalam percakapan. Merekapun manipulatif, penuh perhitungan dan punya sifat ingin mengendalikan.

"Ini bisa diatasi dengan mengasah keterampilan mendengarkan," ungkap Daniel.

Baca Juga: 5 Langkah Cerdas untuk Meningkatkan Kepedulian Terhadap Orang Lain

4. Selalu memicu debat kusir dengan lawan bicara

Ilustrasi marah, berdebat. (Unsplash.com/Icons8 Team)

Mereka biasanya menganggap pendapatnya yang paling benar. Perdebatan pun bakal sering terjadi karena ada keinginan kuat dari dalam diri untuk memaksakan pandangan, atau mempengaruhi lawan bicara.

"Berurusan dengan orang-orang argumentatif seperti ini bisa menjadi pengalaman yang membuat frustrasi. Karena, mereka mendengarkan perkataan bukan untuk mendengar. Mereka pun menolak mengakui hak orang lain untuk punya pilihan atau pandangan yang berbeda," papar Daniel.

Kebiasaan memicu debat kusir berasal dari sifat gak simpatik, gak bisa berempati dengan orang lain. Selain itu ada kecenderungan tak ingin menunjukkan emosi, sulit mengaturnya dan mengartikan emosi lawan bicara dari pilihan kata atau gestur tubuh.

"Ini bisa dihentikan dengan cara belajar melihat, mendengar, dan merasakan emosi orang lain. Coba juga belajar merespons atau reaksi yang sesuai," ungkap Daniel.

Baca Juga: 5 Ciri Perilaku Intimidasi ke Orang Lain, Kamu Gimana?

Berita Terkini Lainnya