3 Alasan Ghosting Itu Menyakitkan, Bukan Cuma Masalah Ego!

Pernah dekat dengan seseorang, lalu tiba-tiba dia menghilang tanpa jejak? Tidak ada kabar, tidak ada penjelasan, seolah-olah hubungan yang pernah ada itu tidak berarti apa-apa. Itulah yang disebut ghosting. Ghosting adalah situasi ketika seseorang memutus komunikasi begitu saja tanpa penjelasan, dan membuat orang lain dilingkupi dengan banyak pertanyaan dan perasaan campur aduk.
Banyak yang menganggap ghosting sebagai hal biasa dalam hubungan zaman sekarang. Bahkan, ada yang berpikir kalau orang yang merasa sakit hati karena ghosting itu terlalu dramatis atau cuma alay. Padahal, dampaknya bisa jauh lebih dalam dari sekadar itu semua. Berikut tiga alasan kenapa ghosting itu benar-benar menyakitkan dan bukan sekadar masalah ego!
1. Meninggalkan banyak pertanyaan

Salah satu hal paling menyakitkan dari ghosting adalah tidak adanya kepastian. Tiba-tiba seseorang yang sebelumnya dekat dan hadir dalam hidupmu menghilang begitu saja tanpa alasan yang jelas. Ini bukan hanya soal kehilangan seseorang, tapi juga kehilangan kesempatan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Ketika seseorang pergi tanpa kata-kata, orang yang ditinggalkan cenderung mencari jawaban sendiri. Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Apa dia memang tidak pernah serius sejak awal? Atau ada sesuatu yang terjadi yang tidak kuketahui? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menghantui dan membuat seseorang overthinking, dan membuat mereka berusaha mencari kepastian yang sayangnya tidak akan pernah mereka dapatkan. Akibatnya bisa panjang dan mungkin bisa membuat mereka mulai meragukan dirinya sendiri.
2. Menghancurkan rasa percaya

Ghosting bukan hanya menyakitkan secara emosional, tetapi juga bisa merusak kepercayaan seseorang terhadap hubungan di masa depan. Ketika seseorang pernah mengalami ghosting, mereka mungkin akan kesulitan untuk percaya pada orang baru yang mendekati mereka. Ada ketakutan bahwa hal yang sama akan terulang lagi. Yaitu, bahwa suatu saat, orang yang mereka percaya akan tiba-tiba menghilang tanpa peringatan sebelumnya.
Ini bisa membuat seseorang lebih waspada dalam membangun hubungan, bahkan cenderung menutup diri agar tidak terluka lagi. Akhirnya, tanpa disadari, ghosting tidak hanya berdampak pada hubungan yang telah berlalu, tetapi juga memengaruhi cara seseorang menjalin hubungan di masa depan. Luka yang ditinggalkan bisa bertahan lama, membuat seseorang ragu untuk percaya dan sulit merasa aman dalam sebuah hubungan.
3. Menyebabkan luka emosional yang tidak terlihat

Banyak orang menganggap ghosting sebagai hal yang sepele, hanya sekadar "ditinggal tanpa kabar". Namun, dampaknya bisa jauh lebih dalam, terutama bagi seseorang yang sudah memberikan perasaan dan harapan. Ketika seseorang menghilang begitu saja, ada rasa kehilangan yang sulit dijelaskan. Ini bisa menimbulkan perasaan tidak berharga, ditinggalkan, atau bahkan tidak layak dicintai.
Dampak emosional dari ghosting sering kali diremehkan, padahal bisa berujung pada stres, kecemasan, atau bahkan perasaan rendah diri. Ada yang merasa gagal dalam hubungan, ada yang mulai mempertanyakan diri sendiri, dan ada pula yang butuh waktu lama untuk pulih dari luka yang ditinggalkan. Ghosting juga bisa meninggalkan bekas yang tidak terlihat di hati orang lain.
Ghosting mungkin terasa sebagai cara termudah untuk menghindari percakapan yang tidak nyaman, tetapi itu bukan alasan untuk meninggalkan seseorang tanpa penjelasan. Jika memang ingin mengakhiri hubungan, lebih baik komunikasikan dengan jujur, meskipun sulit. Dengan begitu, tidak ada yang dibiarkan dalam kebingungan dan rasa sakit yang berkepanjangan.
Jadi, jika kamu pernah menjadi korban ghosting, ingatlah bahwa bukan kamu yang buruk dan ini semua juga bukan salahmu. Dan untuk kamu yang pernah berpikir untuk melakukan ghosting, ingatlah bahwa meninggalkan seseorang tanpa kata-kata itu tindakan buruk yang tidak seharusnya dilakukan. Jadi yuk, stop normalisasi ghosting!