Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan LDR (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan LDR (freepik.com/freepik)

Memasuki usia 30-an, hubungan jarak jauh sering kali dianggap gak wajar kalau belum diakhiri dengan pernikahan. Banyak yang heran kenapa kalian masih LDR, masih sibuk sendiri-sendiri, dan belum juga ke pelaminan. Padahal gak semua hubungan harus mengikuti garis waktu orang lain, apalagi cuma demi menghindari omongan orang.

Di usia yang katanya “harus segera”, kalian memilih menata segalanya dengan sadar. Bukan karena takut, tapi karena ingin memastikan bahwa saat menyatu nanti, tak ada lagi yang terasa tergesa. Jika kamu sedang dalam perjalanan serupa, lima alasan ini mungkin bisa lebih membuatmu tenang. Yuk, lanjut membaca!

1. Kalian sedang saling dukung, bukan sedang diburu waktu

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Waktu terbaik untuk menikah bukan ditentukan oleh orang lain, tapi oleh kalian sendiri. Fokus utama kalian sekarang bukan soal status, tapi bagaimana bisa saling dorong jadi versi terbaik satu sama lain. Kalian paham betul bahwa menikah tanpa siap bisa lebih menakutkan daripada menjawab pertanyaan “kapan nikah?” berulang-ulang.

Menunda bukan berarti lari dari kenyataan, tapi justru tanda bahwa kalian mau memulai dengan sadar. Daripada terburu-buru lalu goyah di tengah jalan, kalian lebih memilih tenang walau perlahan. Toh tujuan kalian tetap sama yaitu tiba di pelaminan dalam keadaan siap, bukan sekadar cepat.

2. Kalian sama-sama sedang membangun karier dan itu bukan egois

ilustrasi perempuan sedang bekerja secara online (pexels.com/Liza Summer)

Biasanya di usia 30-an karier seseorang tengah memasuki titik krusial. Kalian tahu menunda pernikahan demi fokus ke pekerjaan bukan berarti gak serius dengan hubungan. Justru karena serius, kalian ingin punya pijakan kuat sebelum melangkah ke jenjang berikutnya.

Meskipun banyak orang melihatnya sebagai alasan, tapi kalian melihatnya sebagai investasi. Investasi ke masa depan, ke kehidupan bersama yang stabil, dan ke versi diri yang lebih utuh. Kalian ingin nantinya bisa saling menopang, bukan justru menuntut satu sama lain.

3. Kalian percaya cinta yang dewasa tahu cara bertahan tanpa validasi tergesa

ilustrasi pasangan (pexels.com/Uriel Mont)

Di usia ini cinta kalian mungkin gak lagi penuh drama, tapi justru itu yang membuatnya kuat. Kalian gak lagi perlu pengakuan tiap hari atau status yang diumumkan ke semua orang. Kalian tahu benar hubungan ini sedang dijaga dan itu sudah cukup.

Kalian gak sekadar mencintai, tapi membagi ruang dalam hidup yang sama-sama padat. Tetap memilih menyempatkan waktu meski lelah dan mendengar meski singkat. Bagi kalian cinta di usia ini bukan tentang kecepatan, tapi tentang siapa yang masih bertahan dan memilih pulang ke tempat yang sama.

4. Kalian gak mau nikah hanya untuk meredam omongan orang

ilustrasi pasangan (freepik.com/odua)

Omongan tetangga, keluarga, atau teman bisa jadi tekanan, tapi kalian gak menjadikan itu sebagai alasan untuk buru-buru menikah. Kalian sadar bahwa hidup bersama seseorang butuh lebih dari sekadar “biar gak ditanya-tanya terus”. Kalian paham bahwa untuk menuju jenjang serius butuh kenyamanan, ruang, dan visi yang selaras.

Memutuskan menikah demi meredam omongan orang hanya akan bikin kalian lelah di kemudian hari. Gak ada yang salah jika kalian memilih untuk sabar dan menunggu waktu yang memang kalian rasa tepat. Toh nantinya yang menjalani rumah tangga itu kalian, bukan mereka yang sibuk bertanya tanpa tahu apa-apa.

5. Kalian ingin saling datang dengan utuh, bukan saling mengisi kekosongan

ilustrasi pasangan LDR (freepik.com/faststocklv)

Hubungan yang sehat bukan tentang menambal luka satu sama lain. Kalian ingin datang dengan hati yang utuh, dengan mimpi yang gak lagi tertunda. Bagi kalian menikah bukan tempat bersembunyi, tapi ruang untuk tumbuh bersama.

Itulah kenapa jarak bukan halangan, tapi bagian dari perjalanan. LDR memberi kalian jeda untuk saling mengenal lebih dalam, meski tanpa tatap yang rutin. Kalian memilih sabar bukan karena enggan melangkah, tapi karena ingin benar-benar siap berjalan bersama saat waktunya tiba.

Gak semua cinta butuh dipamerkan buru-buru agar dianggap serius. Kadang, cinta paling kuat justru lahir dari dua orang yang sama-sama berani menunggu. Jadi, masih yakin hubungan harus diukur dari seberapa cepat menuju pelaminan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team