Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Mitos tentang Cut Off yang Sering Bikin Ragu, Nyatanya Gak Gitu!

Ilustrasi memutuskan hubungan (Pexels.com/Keira Burton)
Intinya sih...
  • Memutus hubungan bukan tentang dendam atau kesulitan move on, melainkan perlindungan dari hubungan tidak sehat.
  • Peduli pada diri sendiri bukan berarti tidak mencintai, tapi memilih pergi dari hubungan toksik demi kesehatan emosional.
  • Cut off adalah bentuk self-love setelah usaha komunikasi dan kompromi, bukan tindakan egois atau kasar.

Belakangan ini, istilah cut off semakin sering dibahas di media sosial. Banyak orang mulai berani memutus hubungan dengan seseorang yang membawa dampak negatif dalam hidup mereka, baik itu pasangan, teman, atau bahkan keluarga. Tapi, gak sedikit juga yang masih ragu untuk melakukan cut off karena terpengaruh berbagai mitos yang beredar.  

Padahal, kalau dipikir-pikir, cut off bukan tindakan egois atau kejam seperti yang sering dikatakan orang kok. Justru, dalam beberapa kasus, ini adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan diri sendiri. Nah, supaya kamu gak termakan anggapan yang salah, yuk simak beberapa mitos tentang cut off yang sering bikin ragu, beserta faktanya!  

1. Cut off berarti kamu pendendam

Ilustrasi sedang marahan (Pexels.com/Liza Summer)

Banyak yang menganggap kalau memutus hubungan dengan seseorang berarti kamu menyimpan dendam atau gak bisa move on dari masalah yang terjadi. Padahal, cut off bukan tentang membalas sakit hati atau ingin "menghukum" seseorang, melainkan soal melindungi diri dari hubungan yang sudah tidak sehat.  

Terkadang, ada situasi di mana hubungan lebih banyak membawa luka daripada kebahagiaan. Terus bertahan hanya akan membuat kamu semakin tersakiti dan kehilangan diri sendiri. Jadi, memutuskan untuk cut off bukan berarti kamu pendendam, melainkan kamu tahu kapan harus berhenti memberi kesempatan kepada orang yang terus menyakitimu.  

2. Kalau benar-benar sayang, gak akan tega buat cut off

Ilustrasi mendengarkan curhat (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Ini adalah salah satu mitos yang paling sering membuat orang ragu. Banyak yang berpikir bahwa jika kamu benar-benar peduli atau mencintai seseorang, kamu gak akan tega untuk meninggalkan mereka, apa pun yang terjadi. Tapi, nyatanya, sayang sama seseorang bukan berarti kamu harus terus membiarkan diri tersakiti.  

Terkadang, justru karena kamu peduli pada dirimu sendiri, kamu memilih untuk pergi dari hubungan yang toxic. Memaksakan diri untuk bertahan dalam hubungan yang sudah tidak sehat hanya akan membuat mentalmu semakin tertekan. Jadi, jangan merasa bersalah kalau kamu harus cut off seseorang demi menjaga kesehatan emosionalmu ya!

3. Cut off itu kejam dan egois

Ilustrasi galau (Pexels.com/Liza Summer)

Banyak yang menganggap bahwa cut off adalah tindakan yang kasar dan egois, seolah-olah kamu membuang seseorang begitu saja tanpa peduli perasaannya. Padahal, kenyataannya, keputusan ini sering kali diambil setelah banyak pertimbangan dan usaha untuk memperbaiki keadaan.  

Seseorang yang memutuskan untuk cut off biasanya sudah melalui berbagai upaya komunikasi dan kompromi. Tapi kalau semua usaha sudah dilakukan dan tetap gak ada perubahan, apa harus terus bertahan? Justru, membiarkan diri terus-menerus berada dalam hubungan yang merugikan lebih kejam terhadap dirimu sendiri. Ingat, menjaga batasan dan kesehatan mental bukanlah tindakan egois, melainkan bentuk self-love yang penting.  

4. Setelah cut off, hubungan akan selamanya buruk

Ilustrasi sedang bertengkar (Pexels.com/Photo By: Koboompics.com

Banyak yang berpikir kalau setelah cut off, hubungan akan berakhir dengan permusuhan dan kebencian selamanya. Padahal, gak selalu begitu. Ada banyak kasus di mana setelah memberi jarak, kedua belah pihak justru bisa saling memahami dan memperbaiki diri.  

Cut off bukan berarti harus membenci atau melupakan seseorang sepenuhnya. Bisa saja suatu hari nanti hubungan membaik dengan versi yang lebih sehat, atau mungkin memang lebih baik berjalan di jalur masing-masing. Yang penting, kamu sudah membuat keputusan yang tepat untuk dirimu sendiri saat itu. Jika suatu saat takdir mempertemukan kembali dalam keadaan yang lebih baik, kenapa tidak?  

Jangan biarkan mitos-mitos di atas membuat kamu ragu untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk diri sendiri. Cut off bukan tentang dendam, keegoisan, atau kebencian, melainkan tentang menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan. Jika sebuah hubungan lebih banyak membawa luka daripada kebahagiaan, gak ada salahnya untuk mengambil jarak atau bahkan mengakhiri hubungan tersebut. Yang terpenting, kamu tahu alasan di balik keputusanmu. Semoga kita semua selalu dikelilingi oleh orang-orang yang membawa energi positif, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us