4 Alasan Mengapa Banyak Orang Memberi Kesempatan Kedua untuk Mantan

Kembali menjalin hubungan dengan mantan adalah hal paling mudah yang bisa kamu lakukan. Kamu sudah tahu kebiasaan satu sama lain, film favoritnya, apa makanan dan minuman yang biasa mereka pesan ketika ketemuan, dan masih banyak lagi. Mudah banget buat kembali menjalin hubungan dengan orang yang sudah kamu kenal.

Menurut Shelby, orang-orang terbiasa dengan rasa sakit yang datang dari perbuatan pasangan atau mantan. Jadi, kamu gak bakal terkejut dengan segala perbuatan buruk yang bakal kamu alami. Kamu secara sadar memilih kemungkinan untuk terluka lagi.

Perpisahan memang gak mudah. Sekonyong-konyong, kamu merasa kesepian tanpa  orang istimewa di sisi. Di fase ini, kamu mempertanyakan apakah sikap memutus hubungan dengan si dia sudah benar atau malah keliru. Kamu juga bakal teringat segala memori bahagia dan hal-hal baik yang mantan kamu lakukan. Hal-hal buruk dan penyebab kamu putus pun diabaikan

Shelby mengatakan orang-orang takut sendirian dan mulai membina hubungan asmara dengan orang baru. Alhasil, mereka berpikir bahwa lebih baik kembali kepada orang yang sudah menyakiti dan memberi luka di hati ketimbang merasa kesepian.

Perpisahan cenderung dramatis dan acap kali membuat kita merasa hancur lebur. Dan yang lebih buruk adalah efek dari perpisahan itu. Kita bisa merasa takut sepanjang waktu. Namun, ada dua skenario yang bakal dihadapi. Entah kita berhasil mengatasi rasa kesepian dan move on sepenuhnya, atau malah kembali bersama si mantan yang sudah menyakitimu.

Shelby menjelaskan bahwa ketika berpisah, kita mudah mengenang kembali segala ingatan baik tentang si dia dan mengabaikan yang buruk. Lebih jauh, kita disebut seringkali secara gak sadar menekan habis ingatan negatif demi melindungi diri dari serangkaian trauma.

Istilah "buta karena cinta" memang benar, sih. Kita sering gak sadar bahwa tindakan yang diambil justru berlawanan dengan pendirian. Terkadang kita lupa pada harga diri dan prinsip. Jadi, kamu bakal menyerah pada harapan gak realistis bahwa si mantan akan berubah jadi lebih baik.

Pada akhirnya, kita akan percaya pada janji si mantan pacar untuk mengubah sikap dan perilaku. Padahal jauh di lubuk hati, kamu tahu kalau itu sangat gak mungkin. Akan tetapi, sugesti untuk yakin pada janjinya justru lebih kuat daripada logika. Padahal pada kenyataannya, orang jarang banget berhasil mengubah sifat bawaan mereka.

Kamu pernah terjebak toxic relationship? Apa kamu sepakat bahwa orang yang pernah nyakitin kamu berhak mendapat kesempatan kedua? Silakan nulis komentar pendapatmu, ya.