Makassar, IDN Times - Bagi para pencinta musik lokal Makassar, Juang Manyala layak disebut sebagai salah satu sosok sentral. Pada gelombang awal musik indie mulai tumbuh pesat di dekade akhir 2000-an, ia bersama lima karib masa kecilnya membentuk Melismatis yang bergenre post-rock.
Eksis dari 2010 hingga 2017, Melismatis merilis dua album yang disambut dengan antusias oleh khalayak luas yakni "Finding Moon" (2012) dan "Semesta - Rupa Pesona" (2016) yang dibungkus dalam format double album.
Usai mengakhiri perjalanan Melismatis secara epik lewat "Konser Usai Berlabuh" medio Maret 2017, Juang kemudian terlibat dalam lahirnya Loka' yang mengusung rock progresif dengan berbagai warna.
Grup musik dengan personel tujuh orang itu memperkenalkan diri mereka lewat konser tunggal di dalam bioskop pada Februari 2021, sekaligus jadi panggung musik pertama di Makassar yang dihadiri penonton (dengan penerapan prokes ketat tentu saja) selama pandemik.
Kini, selain sibuk dengan Loka', pria kelahiran Bone, 22 Oktober 1990, tersebut juga terlibat dalam kegiatan lain. Ia menggeluti dunia produksi film sebagai penata musik, serta jadi pengajar-pengelola di Prolog Studio, ruang kolektif kesenian Makassar yang didirikan pada tahun 2015.
Di sela kesibukan usai mengisi konser daring "Saferoom Concert" pada Sabtu pekan lalu (31/7/2021), ayah dari satu putri ini membagi kisahnya kepada IDN Times secara daring. Ia menceritakan banyak hal.
Mulai dari awal mengenal musik, pendirian hingga pembubaran Melismatis, menjadi pengasuh zine Vonis Media, pergerakan musik Makassar, proses kreatif, saat terjun ke dunia penata musik, kesibukan selama pandemik hingga proyek album solo anyarnya yakni "THIRTY CONTEXT" yang rilis akhir 2020 lalu. Berikut ini wawancaranya.