Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengutarakan "maaf" (pexels.com/fauxels)
ilustrasi mengutarakan "maaf" (pexels.com/fauxels)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua pasti pernah melakukan kesalahan yang membuat perasaan tak enak. Entah itu kesalahan kecil yang hanya berdampak pada diri sendiri, atau kesalahan besar yang melibatkan orang lain. Meskipun sulit diterima, mengakui kesalahan dengan tulus ternyata bukan sekadar tentang rasa bersalah semata.

Banyak orang beranggapan bahwa mengakui kesalahan adalah tanda kelemahan atau akan merusak reputasi mereka. Padahal, justru dari keberanian mengakui kesalahan dengan hati yang tulus, kamu bisa merasakan dampak positif yang tak terduga. Untuk memahami lebih dalam tentang sisi positif yang bisa kamu peroleh, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

1. Membangun kepemimpinan yang lebih dipercaya dan dihormati

ilustrasi berkerja sama (unsplash.com/krakenimages)

Kamu jadi lebih dipercaya saat berani mengakui kesalahan, bukan malah menutupinya. Sisi ini menunjukkan kalau kamu tak takut jujur, bahkan pada kelemahan diri sendiri. Di tengah tim, kamu tak hanya dilihat sebagai pemimpin, tapi sosok yang bisa jadi tempat bergantung.

Kita sering salah kaprah dengan mengira pemimpin hebat tak boleh ada celah ketidaktahuan. Padahal, justru saat kamu mengakui bahwa tak segalanya sempurna, di situlah kedewasaan muncul. Kalau kamu bisa menerima diri yang tak sempurna, kamu juga lebih mudah memaafkan orang lain.

2. Akan mempercepat penyelesaian masalah

ilustrasi sedang menelpon teman (unsplash.com/bruce mars)

Mengucapkan “maaf” setelah melakukan kesalahan memang gak pernah terasa mudah. Tapi justru di balik rasa berat itulah letak kekuatan sebenarnya. Kamu gak lagi lari dari kenyataan, tapi memilih menghadapinya dengan jujur. Dari satu kata tulus, masalah yang tadinya membesar bisa langsung melandai.

Kalau kamu terus menutupi atau membela diri, masalah cuma akan berputar-putar tanpa arah. Tapi saat kamu berani bilang “aku salah”, semuanya jadi lebih ringan. Bukan cuma orang lain yang lega, kamu sendiri juga ikut lepas dari beban. Itu langkah awal menuju solusi yang sebenarnya.

3. Meningkatkan kredibilitas melalui tanggung jawab penuh

ilustrasi memberikan tanggung jawab (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ketika kamu salah, banyak yang langsung panik atau buru-buru cari kambing hitam. Tapi justru di saat seperti itu, langkah paling berani adalah mengulurkan tangan dan bilang, “Ini kesalahan saya, dan saya yang akan memperbaikinya.” Tanggung jawab seperti ini gak cuma menenangkan orang lain, tapi juga menunjukkan kalau kamu punya integritas.

Janji tanpa aksi itu ibarat angin lalu cepat berlalu dan gak meninggalkan bekas. Tapi kalau kamu konsisten menepati apa yang kamu ucapkan, orang bakal merasakan kalau kamu berbeda. Mereka bisa merasakan ketulusan di balik usaha kamu. Gak ada yang sempurna, tapi mereka akan menghormati kamu karena berani bertanggung jawab.

4. Dapat mengembangkan karakter kita menjadi lebih dewasa

ilustrasi girls smiling (unsplash.com/xin liu)

Bukan hal yang mudah untuk berdiri di depan orang yang terluka karena ulahmu dan berkata, “aku yang salah.” Tapi justru di sanalah proses kedewasaan dimulai. Kamu gak lagi mencari celah untuk lepas tanggung jawab, tapi memilih merasakan beban yang kamu sebabkan. Saat kamu melakukan itu dengan tulus, permintaan maaf jadi jembatan, bukan sekadar ritual.

Dari titik itulah karaktermu benar-benar terbentuk. Kalau kamu cuma minta maaf tanpa niat memperbaiki, semuanya akan terasa hampa. Tapi kalau kamu serius, dan menunjukkan lewat tindakan bahwa kamu ingin jadi lebih baik. Dan pelan-pelan, kamu bukan cuma dikenang karena kesalahanmu, tapi juga karena keberanianmu untuk bangkit dan bertumbuh darinya.

5. Menciptakan solusi nyata untuk perbaikan berkelanjutan

ilustrasi menemukan solusi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kesalahan memang gak bisa dihindari, tapi cara kamu menyikapinya yang menentukan arah hidupmu. Kalau kamu salah, jangan buru-buru lempar kesalahan ke orang lain atau bersembunyi di balik alasan. Tanggung jawab itu dimulai saat kamu berani bilang, “ini salah saya,” tanpa syarat. Solusi terbaik tumbuh dari keterusterangan, bukan dari sandiwara kesempurnaan.

Orang mungkin sempat kecewa, bahkan mulai meragukan kamu. Tapi justru saat kamu mengakui kesalahan dengan tulus dan langsung ambil langkah memperbaiki, mereka mulai melihat sesuatu yang lebih dalam integritas. Mereka tahu kamu manusia biasa, tapi mereka hormat karena kamu gak lari.

Mungkin tak ada yang lebih sulit dari mengucapkan dua kata sederhana "aku salah." Tapi justru dari keberanian kecil itulah, kamu mulai menemukan siapa diri kamu sebenarnya. Gak ada manusia yang luput dari kesalahan, tapi hanya sedikit yang berani mengakuinya dengan tulus. Kalau kamu salah satu dari mereka yang berani, maka kamu sedang membuka pintu menuju versi terbaik dari dirimu sendiri.

Sumber:

  • https://app.morningcoach.com/blog/admitting-your-mistakes

  • https://www.forbes.com/sites/tracybrower/2021/12/29/the-surprising-benefits-of-admitting-mistakes-5-ways-to-build-intellectual-humility/

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team