Ilustrasi mudik Lebaran. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Mudik, menurut KBBI, adalah kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Meski belakangan istilah "pulang kampung" (akronim: pulkam) turut digunakan, namun istilah "mudik" seolah sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Tapi muncul sebuah pertanyaan: dari mana kata itu tercipta?
Menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi, dalam buku Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya (1997), istilah mudik lahir dari lidah orang Betawi penduduk Batavia. Kata "udik", yang berarti "selatan atau hulu," turut digunakan untuk menandai nama kawasan seperti Meruya Udik di selatan dan Meruya Ilir di utara.
Keberadaan sungai sebagai nadi aktivitas ekonomi warga turut berperan dalam lahirnya istilah ini. Lantaran hasil bumi dan buah-buahan Batavia datang dari selatan tembok kota (tak heran ada kawasan Kebon Jeruk, Kebon Kopi, Kemanggisan, dan lain-lain), maka para petani dan pedagang mengangkut hasil buminya ke kota menggunakan perahu.
Dan, muncullah istilah hilir-mudik atau bolak-balik, sebuah aktivitas di mana para petani/pedagang mondar-mandir dari kota ke ladang dan sebaliknya, demi menyambung hidup. Lepas kata "hilir" dan terciptalah "mudik". Menarik bukan?