Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Salah satu adegan dari serial dokumenter "Pacukka: Budaya Pengasam di Sulawesi Selatan" tentang tradisi pengasaman makanan di lima wilayah Sulsel. (Dok. Pacukka Project)

Intinya sih...

  • Serial dokumenter Pacukka mengangkat tradisi pengasaman makanan di lima wilayah Sulsel.
  • Disutradarai oleh Aziziah Diah Aprilya, terdiri dari lima episode dengan topik berbeda-beda.
  • Digarap selama setahun, serial ini diputar perdana pada 28 Agustus 2024 dan akan diunggah ke YouTube.

Makassar, IDN Times - Pernah mendengar tradisi pacukka di khazanah kuliner Sulawesi Selatan (Sulsel)? Proses mengasamkan sejatinya adalah cara masyarakat pesisir untuk mengetahui apakah suatu makanan masih segar atau tidak. Tapi, perubahan pola konsumsi dan masalah ekologi seperti pemanasan global membuat kebiasaan tersebut kian tergerus.

Tradisi yang kini luput dari perbincangan sehari-hari tersebut kemudian menjadi topik utama serial dokumenter berjudul Pacukka yang sudah rilis pada September lalu. Menjaga tradisi menjadi alasan utama Pacukka Project, nama kolektif yang mengangkatnya ke medium sinema tersebut.

"Alasan kenapa topiknya pacukka karena itu hal yang paling dekat. Budaya pengasam itu sangat dekat dengan kebiasaan masyarakat Sulawesi Selatan, spesifik di Kota Makassar yang apa-apa harus pakai jeruk nipis," ujar Wilda Yanti Salam selaku produser tersebut kepada IDN Times pada 30 November 2024.

"Jadi menarik sekali bagi kami untuk mengeksplorasi pacukka sebagai bagian dari keseharian, bagian yang sehari-hari ada di masyarakat," imbuhnya.

1. Membahas tradisi pengasaman makanan di seantero Sulsel, mulai dari Makassar hingga Luwu Raya

Serial dokumenter yang disutradarai oleh Aziziah Diah Aprilya ini terdiri dari lima episode. Masing-masing mengangkat satu bahan pengasam per daerah Sulsel. Jeruk nipis yang oleh penduduk Kota Makassar diangkat sebagai pendamping coto dan nasi goreng dibahas pada episode pertama.

Palekko masuk dalam episode kedua yang membahas kebiasaan wilayah Ajatappareng (Pinrang, Sidrap dan Pare-Pare) dalam menggunakan asam mangga (kaloko pao) dalam olahan daging itik kaya protein tersebut. Episode ketiga mengangkat camba atau pohon asam yang tumbuh di Kabupaten Jeneponto, serta sejarah saat pemerintah kolonial Hindia-Belanda membawanya dari Pulau Jawa.

Masuk episode keempat, penonton diajak berjalan-jalan ke Kota Palopo untuk melihat dari dekat kebiasaan masyarakat Luwu Raya menggunakan patikala (kecombrang) untuk kapurung dan ikan kuah kuning. Di epsiode terakhir, Pacukka Project pergi ke Desa Adat Kaluppini di Kabupaten Enrekang untuk mendokumentasikan tradisi daun uriang sebagai bahan baku pengasaman.

"Masing-masing judulnya adalah Ada Jeruk Nipis Ta?, Kaloko Pao dari Kolong Rumah, Berkumpul di Bawah Pohon Camba, Tunas-Tunas Muda Patikala, dan Ritus Daun Uriang," jelas Wilda lebih jauh.

2. Mobilisasi kru lantaran harus berpindah-pindah lokasi syuting menjadi tantangan tersendiri untuk Pacukka Project

Salah satu adegan dari serial dokumenter "Pacukka: Budaya Pengasam di Sulawesi Selatan" tentang tradisi pengasaman makanan di lima wilayah Sulsel. (Dok. Pacukka Project)

Upaya Pacukka Project mengangkat tradisi pengasaman makanan di lima wilayah Sulsel rupanya menjadi tantangan tersendiri. Terutama mobilisasi kru lantaran film dokumenter yang digarap dengan format ekspedisi, sebab harus melakukan dari Makassar hingga ke Palopo.

"Untuk tantangan sendiri sebenarnya lebih ke produksi. Tim kami banyak, ada 10 orang. Dan kami memiliki banyak alat teknis yang perlu dibawa. Dan agak ribet di bagian pindah-pindah lokasi karena harus seminggu atau dua minggu di sebuah kabupaten, dan pindah lagi ke kabupaten lainnya," jelas Wilda yang juga kerap menulis esai tentang kuliner Sulsel.

Serial dengan judul lengkap Pacukka: Budaya Pengasam di Sulawesi Selatan tersebut membutuhkan waktu penggarapan selama satu tahun. Pacukka Project juga turut berkolaborasi dengan Kemendikbudristek, LPDP serta Dana Indonesia.

"Karena kami harus mempersiapkan budgeting, riset, proses produksi, editing, revisi, dan transkrip. Termasuk juga dealing untuk mencari lokasi pemutaran, sampai proses pemutaran, plus laporan publikasi acara," tutur Wilda.

3. Diharapkan bisa menambah referensi topik tentang kuliner Sulsel, termasuk budaya pacukka yang kerap luput

Suasana pemutaran perdana serial dokumenter "Pacukka: Budaya Pengasam di Sulawesi Selatan" yang berlangsung di Buloa Ekosistem, 28 Agustus 2024. (Dok. Pacukka Project)

Serial dokumenter ini sendiri sudah diputar perdana pada 28 Agustus 2024, melalui "pesta kecil-kecilan" yang berlangsung di Buloa Ekosistem Antang, sebuah komunitas yang berfokus pada pertanian alami dan pembuatan kompos alami untuk mengatasi krisis iklim.

Roadshow pemutaran Pacukka kemudian berlanjut ke beberapa tempat. Mulai dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin, Festival Kaluppini, Bioskop Kampus Liga Film Mahasiswa (LFM) Unhas serta SMA Islam Athirah.

Wilda menjelaskan bahwa tujuan utama mereka yakni menambah referensi dan memantik percakapan bahwa pacukka tak cuma sekadar apa yang tersaji dalam mangkuk atau piring. Tapi juga meliputi perbincangan tentang lingkungan hidup dan identitas sosial kultural. Jangka panjangnya? Tentu saja menjadi arsip dan referensi tentang khazanah kuliner Sulsel.

Lantas apakah ada rencana serial dokumenter ini bisa diakses secara luas? "Iya, kami memiliki rencana untuk itu sebab kami akan mengunggah seluruh episodenya ke YouTube," tandas Wilda.

Editorial Team