Letnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo (kiri) saat Reuni Trembesi di Markas Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa 6 Desember 2022. Dok. IDN Times/Istimewa
Salah satu tokoh penting yang hadir hari itu adalah Mayjen TNI Purn Djoko Susilo Utomo. Joko adalah Danbrigif Kariango ke-19, tahun 1997. Sepuluh tahun kemudian ia kembali bertugas ke Sulsel sebagai Pangdam VII/Wirabuana (sekarang Kodam XIV/Hasanuddin).
Joko sendiri mengaku mengenal trembesi sejak tahun 60-an. Di depan rumahnya di Bandung, terdapat satu pohon trembesi. Saat itu, ia ingat betul sering mengumpulkan biji-biji trembesi kemudian disangrai menyerupai pop-corn.
Kenangan itu kemudian terngiang kembali saat ia menjabat Pangdam VII/Wirabuana (2007 – 2009). Saat itulah ia dipertemukan dengan Andi Tenri "Onny" Gappa.
Djoko pun membuat semacam surat tugas kepada Onny, menjalankan misi menanam trembesi di seluruh wilayah Sulawesi. Maka Onny pun mendatangi semua Korem dan Kodim untuk maksud tersebut.
Djoko mengaku sangat senang bisa hadir dalam acara reuni di Kariango. Lebih bahagia lagi karena mimpi Onny untuk “mentrembesikan” Sulawesi, bahkan seluruh Indonesia, sudah terwujud. “Lebih dari segalanya, upaya kita menanam trembesi bermanfaat untuk umat,” katanya, takzim.
Pemberi testimoni selanjutnya adalah Andi Herry Iskandar, yang merupakan Wakil Walikota Makassar periode 2004 – 2009. “Saya senang sekali ada acara reuni trembesi. Ini adalah nostalgia pribadi. Saat Mako dibangun saya bekerja di sini, bahkan sempat bermalam. Saya melihat langsung bagaimana prajurit TNI bekerja,” katanya.
Dikisahkan, seminggu sebelum jadwal peresmian Mabrig (Dulu bernama Markas Kopasandha), kondisinya masih rawa-rawa. Tapi pada saatnya, peresmian bisa berjalan tepat waktu. “Sejak itu saya berkesimpulan, apa yang tidak mungkin, kasih tentara, pasti jadi,” kata Herry.
“Peran saya sebenarnya mirip bagian pemasarannya pak Onny dan pak Doni,” katanya sambil tertawa.
Testimoni virtual dilanjutkan oleh Andi Muhammad Said Chalik, yang mewakili PT Semen Tonasa. Ia berfoto dengan sejumlah staf di belakang, dengan latar pohon-pohon trembesi yang rimbun. Said Chalik mengucapkan terima kasih karena Tonasa sekarang hijau dengan trembesi. Bicara begitu, ia menunjuk deretan pohon trembesi di belakangnya.
Dari kalangan pengusaha yang berhalangan hadir dan memberi testimoni secara virtual, adalah Danny Amril Ichdan, Direktur Hubungan Antar Lembaga MIND ID. Menurut Danny, menanam pohon sama artinya dengan menanam kebajikan.
“Bukan saja berfungsi memperbaiki ekosistem, tapi mengingat alam adalah warisan bagi anak cucu kita. Karena itu, sebaiknya kita mewariskan bumi yang hijau. Karena itu kita harus lebih banyak menanam pohon,” ujarnya.
Yang tak kalah menarik adalah testimoni dari Adriansyah Chaniago wakil dirut PT Vale Indonesia. Adriansyah menceritakan, tahun lalu ia mengajak Doni Monardo dalam kapasitanya sebagai Komisaris Utama MIND ID berkunjung ke PT Vale Indonesia di Soroako. Saat tiba, Doni langsung menyambangi pohon trembesi yang ada di areal PT Vale seraya berkata, "Bibit Trembesi ini dari Kariango dan ditanam sekitar tahun 2007-2008."
Doni mengingat, untuk penanaman di wilayah Soroako ketika itu, dikomandoi Letkol Marga Taufik dandim Palopo dan kemudian dandim Makassar. Lulusan Akmil 1987 ini juga pernah menjabat sebagai Pangdam Pattimura tahun 2019.
Dalam kesempatan itu, Danbrig Kariango, Kolonel Inf. Kamil Bahren Pasha mengajak 5 anggotanya sebagai saksi pembibitan di Kariango. Mereka adalah Mayor Inf Jayadi, Letda Inf Batwi Jumar, Letda Inf Harun, Serka Dani S. Rote dan Sertu Bakhtiar.
“Izin, saya tampilkan beberapa prajurit yang terlibat langsung penanaman trembesi tahun 2006, dan kebetulan hingga hari ini masih bertugas di Brigif Kariango,” kata Kamil Bahren.
Mereka, satu per satu, mengisahkan pengalaman tugas menghijaukan markas Brigif. Mulai dari pengalaman pahit, pengalaman buruk kena hukuman, sampai pengalaman-pengalaman lucu yang saat ini menjadi kenangan indah.
Salah satu saksi hidup sekaligus terlibat aktif pada program penghijauan Mabrig Kariango adalah Letjen TNI Purn AM Putranto. Saat Doni komandan, Putranto menjabat Kepala Staf (Kas) Brigif.
“Hampir tiap hari satu mobil dengan beliau. Yang kami bahas hanya dua. Pertama adalah kesejahteraan prajurit dan kedua soal pohon. Sampai saya perhatikan gallery HP beliau isinya foto pohon semua,” kata Anto, sambil tertawa.
Kesan yang tertanam di benak Putranto adalah komitmen yang kuat dalam menjaga lingkungan. Selain itu, kerja keras. “Pesan beliau adalah jangan berhenti berbuat baik, karena manfaatnya pasti akan dirasakan orang lain,” katanhya.
Ia ingat periode awal kepemimpinan Doni Monardo di Kariango. Doni menghentikan latihan prajurit. Yang diutamakan adalah membersihkan area markas yang sangat kumuh. “Kalau latihan pun, dalam suasana markas Brigif kotor, hasilnya tidak akan maksimal,” kata Anto menirukan kalimat Doni, komandannya.
Akhirnya, seluruh prajurit dikerahkan untuk melakukan bersih-bersih area markas. Sejumlah titik pembuangan sampah dibersihkan. Saluran air juga dibersihkan. “Saya ingat, dalam dua bulan tak kurang dari 350 rit truk sampah, sampai-sampai anggaran bensin habis untuk mengangkut sampah,” kenang Anto.
Setelah bersih, barulah proses penanaman trembesi. Disiplin personil juga ditingkatkan. Kualitas SDM dibangun dengan menghidupkan aktivitas masjid dan gereja.
Sementara itu, program trembesi tidak ada istilah kendor. Penyiraman pohon harus rutin. Mesin air menyala hampir 24 jam. “Yang saya heran, beliau tidak pernah nanya sama sekali soal anggaran. Tapi kalau anggaran kurang, selalu bisa terselesaikan. Karena beliau tidak pernah tanya masalah anggaran, maka daftar mata anggaran pun saya cetak besar dan tempel di papan, agar transparan,” katanya.
“Saya benar-benar bangga pernah menjadi bagian dari program penghijauan di sini. Pak Doni adalah tipikal yang tidak banyak bicara, tetapi prestasinya internasional,” pungkasnya.
Peserta reuni trembesi lain yang diminta memberi testimoni adalah keluarga Onny Gappa dan Pangdam XIV/Hasanuddin. Pangdam Mayjen TNI Totok Imam Santoso mencatat kesan, “Pak Doni itu identik dengan yang tidak ada menjadi ada. Seperti di Kariango, dari gersang menjadi hijau. Di Maluku, dari tidak ada menjadi ada program emas biru dan emas hijau,” kata Totok yang menjabat Irdam XVI/Pattimura saat Doni menjabat Pangdam. Ia belajar banyak dari Doni Monardo. Termasuk soal transparansi anggaran.